Media Bawean, 28 Juni 2008

Menurut Abah Hafidz "Gellem yaitu dulu di Gunung Pataonan ada pelarian dari Sulawesi yang dikejar-kejar oleh pasukan dari sana. Sampai di Gunung Pataonan ada dua orang namanya Nyai Ennah dan Yasin Sulaeman sepakat menikah artinya gellem akabhin," ujarnya.
"Karena gellem akabhin, maka disebut Gelam nama desa disini," katanya Abah Hafidz.

Pintu Gerbang masuk desa Gelam
"Di Gelam banyak tokoh Kyainya seperti Kyai Asyik tua wafat di Singapura, Kyai Asyik muda yang membuat peristiwa berdarah pada tahun 1956, masa Presiden Sukarno," jelasnya.
"Pada saat itu Kyai Asyik dituduh menyebarkan ajaran sesat, padahal menurut PBNU yang datang ke Bawean ajaran tersebut adalah aliran Thariqat. Sangat banyak korban jiwa yang meninggal saat peristiwa terbut, akibat terkena senapan. Termasuk Kyai Asyik terkena di kakinya dan wafat di rumah sakit Sangkapura," jelas Abah Hafidz.
"Pada masa Presiden Suharto yaitu ada peristiwa menarik di Gelam saat ada utusan Presiden untuk mengambil keris nogo sosro dan kijang kencana, ternyata utusan itu gagal. Sedangkan kijang kenacana yang diambil bukan dari gunung petaonan, tapi dapat dari Komalasa sesuai pengakuan orang disana yang dapat rusa saat berburu dengan diganti uang Rp.50ribu waktu itu," tambah Abah Hafidz Ketua Pagar Nusa PCNU Bawean.
"Sampai sekarang keris itu belum ada yang bisa mengambil, termasuk kijang kencana hanya suaranya saja yang sering ada, " tambahnya. (bst)
Posting Komentar