Media Bawean, 15 September 2008
Sumber : KOMPAS
KUALA LUMPUR, SENIN — Maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA) setiap bulan membawa jenazah WNI yang meninggal dunia di Malaysia, baik karena kecelakaan kerja, kriminalitas, atau sakit, rata-rata 15 jenazah per bulan. "Setiap minggu bisa tiga atau empat, tapi rata-rata 15 jenazah per bulan yang kami bawa dari Kuala Lumpur ke Surabaya," kata manajer Merpati distrik Kuala Lumpur, RA Junaedi, Senin (15/9).
"Ini suatu angka yang tinggi dan perlu menjadi perhatian pemerintah mengenai angka kematian WNI atau TKI di Malaysia," katanya. Merpati melayani penerbangan rute Kuala Lumpur-Surabaya-Mataram (pp) setiap hari, satu kali penerbangan.
Rute penerbangan Merpati dikenal sebagai rute penerbangan TKI karena hampir 90 persen pengguna jasanya merupakan TKI, yang banyak berasal dari Jawa Timur dan Mataram, Lombok. "Hampir 90 persen penumpang Merpati merupakan TKI. Banyak juga orang Bawean, makanya kami lepas landas dari Kuala Lumpur pagi-pagi agar masyarakat Bawean bisa mengejar kapal feri pada siang hari," ujar RA Junaedi.
Ketika ditanya mengenai angkutan Lebaran tahun ini, manajer Merpati yang masih muda itu mengatakan, arus mudik Merpati saat ini sangat turun dibandingkan tahun lalu. "Tahun lalu, di pertengahan bulan Ramadhan semua jadwal penerbangan sudah penuh (fullbook), bahkan Merpati hampir tiap hari ada penerbangan ekstra karena tingginya arus mudik," ungkap Didi, panggilan akrab Junaedi.
Namun, kali ini jadwal penerbangan belum penuh. Orang masih bisa pesan tiket dan sudah pasti tidak ada penerbangan tambahan. Disinyalir para TKI yang ingin mudik Lebaran kini memilih melalui Johor Bahru kemudian naik feri ke Batam atau Tanjung Pinang kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Surabaya atau naik kapal laut ke Surabaya.
"Oleh sebab itu, penerbangan Batam dan Tanjung Pinang ke Surabaya kini padat dan banyak penerbangan ekstra," katanya. Ketika ditanya mengapa TKI sekarang lebih memilih lewat Johor Bahru kemudian ke Batam, ia menduga karena biaya mudik yang lebih murah atau ada pengetatan imigrasi di Bandara KLIA.
Sumber : KOMPAS

"Ini suatu angka yang tinggi dan perlu menjadi perhatian pemerintah mengenai angka kematian WNI atau TKI di Malaysia," katanya. Merpati melayani penerbangan rute Kuala Lumpur-Surabaya-Mataram (pp) setiap hari, satu kali penerbangan.
Rute penerbangan Merpati dikenal sebagai rute penerbangan TKI karena hampir 90 persen pengguna jasanya merupakan TKI, yang banyak berasal dari Jawa Timur dan Mataram, Lombok. "Hampir 90 persen penumpang Merpati merupakan TKI. Banyak juga orang Bawean, makanya kami lepas landas dari Kuala Lumpur pagi-pagi agar masyarakat Bawean bisa mengejar kapal feri pada siang hari," ujar RA Junaedi.
Ketika ditanya mengenai angkutan Lebaran tahun ini, manajer Merpati yang masih muda itu mengatakan, arus mudik Merpati saat ini sangat turun dibandingkan tahun lalu. "Tahun lalu, di pertengahan bulan Ramadhan semua jadwal penerbangan sudah penuh (fullbook), bahkan Merpati hampir tiap hari ada penerbangan ekstra karena tingginya arus mudik," ungkap Didi, panggilan akrab Junaedi.
Namun, kali ini jadwal penerbangan belum penuh. Orang masih bisa pesan tiket dan sudah pasti tidak ada penerbangan tambahan. Disinyalir para TKI yang ingin mudik Lebaran kini memilih melalui Johor Bahru kemudian naik feri ke Batam atau Tanjung Pinang kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Surabaya atau naik kapal laut ke Surabaya.
"Oleh sebab itu, penerbangan Batam dan Tanjung Pinang ke Surabaya kini padat dan banyak penerbangan ekstra," katanya. Ketika ditanya mengapa TKI sekarang lebih memilih lewat Johor Bahru kemudian ke Batam, ia menduga karena biaya mudik yang lebih murah atau ada pengetatan imigrasi di Bandara KLIA.
Posting Komentar