Media Bawean, 8 Januari 2009
Muhyiddin mengatakan, "Guru hanya sebatas mengajarkan transformasi ilmu kepada anak, bukan untuk penciptaan watak yang bersih atau pembelajaran pada hati yang bersih", katanya.
Menyikapi soal pembangunan, Muhyiddin Khotib mengatakan, "Bawean adalah kepulauan, dimana-mana kepulaun kecil seperti di Madura, yach infrastukturnya dibangun. Tapi sangat lemah kontrolnya, sehingga kualitas pembangunan sangat rendah. Dipakai satu tahun, tidak sampai beberapa bulan sudah rusak lagi. Dalam hal ini kontrol yang sangat penting bukan dilembaga formal saja seperti Banwas atau DPR, tapi yang paling penting masyarakat sebagai kontrol. Sesuai tidak bangunan itu dengan bisteknya untuk pembangunan fisik," jelas Muhyiddin.
"Kedua Bawean dikenal perantau, jadi perantau keluar negeri dan pasti berhubungan dengan paspor. Berkaitan dengan devisa berbentuk pajak yang keluar masuk ke negara dengan jumlah sangat besar sampai ratusan orang setiap hari. Maka perlu perimbangan yang jelas antara subsidi ataupun alokasi dana khusus untuk pembangunan di Pulau Bawean," paparnya
"Pulau Bawean punya hutan lindung dan produksi, sedangkan masyarakat Bawean taat dan patuh dengan hukum dan aturan yang ada. Tapi saat terjadi ilegal logging yang dilakukan oleh oknum, maka masyarakat Bawean berfikir terbaik bahwa yang menanam dan lain-lain ternyata dijarah oleh orang lain. Sehingga dampaknya masyarakat punya keberanian untuk melakukan hal yang sama dilakukan oleh oknum tersebut," ungkap Muhyiddin Khotib.
"Tambahan untuk Kepala Desa di Bawean agar betul-betul memperhatikan pembangunan lingkungan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh warga setempat. Tapi ingat, pembangunan jangan hanya sebatas fisik saja, shofwernya atau SDMnya perlu dibangun untuk mengangkat harkat dan marbata warga Bawean," tambahnya. (bst)
Posting Komentar