Media Bawean, 20 Februari 2009
Sumber : KOMPAS
Laporan wartawan Adi Sucipto

Syahrul menceritakan, mereka bertiga berangkat hari Rabu (11/2) pukul 16.00 dengan perahu klothok milik Fadali, guru olahraga di Bawean. Saat hendak memasang jaring, join mesin pecah dan baling-baling kipas patah. "Akhirnya perahu ukuran 2 meter x 7 meter bocor. Kami berusaha mengeluarkkan air sampai tiga hari. Sampai akhirnya kami diselamatkan kapal porsin milik Kasiman, nelayan Brondong, Lamongan, Sabtu malam Minggu pukul 20.00 di perairan Masalembo. Saat kami pindah kapal tersebut perahu kami tenggelam," kata Syahrul.
Mereka pun menumpang di kapal porsin sambil mengikuti nelayan Lamongan mencari ikan. Mereka baru mendarat di pelabuhan ikan Brondong, Kamis pukul 22.00 lalu dijemput Muzamil, warga Bawean yang tinggal di Jalan Harun Thohir 46 Gresik.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Gresik Supii juga ke Brondong menemui pihak Keamanan Laut Terpadu Syahbandar dan Kepolisian Sektor Brondong. "Saya sampai sana pukul 22.00, tapi ketiganya sudah dibawa ke Gresik," kata Supii, Jumat, saat menyerahkan santunan Rp 1,5 juta kepada ketiga nelayan tersebut.
Dia meminta santunan itu jangan dilihat dari nilainya, tetapi itu hanya sebagai bentuk perhatian Pemkab Gresik. "Ya minimal bisa untuk beli tiket pulang ke Bawean dan Anda bisa bertemu keluarga kembali," katanya.
Akibat kejadian itu, nelayan Bawean trauma. Mereka mengalami kerugian jutaan rupiah. Perahu ditaksir Rp 8 juta, jaring Rp 300.000 x 15 unit, dan mesin Rp 3 juta. Syafii mengatakan, biasanya nelayan berangkat pukul 16.00 dan kembali pukul 20.00. Mereka paling lama di laut delapan jam. "Kami biasanya membawa ikan ekor kuning. Harganya Rp 9.000 per kilogram. Tetapi hasil tangkapan dibagi enam, tiga untuk pemilik perahu karena perahu, mesin, dan jaring milik juragan. Sisanya baru kami bagi bertiga. Biasanya kami bawa pulang ikan 20 kilogram sampai Rp 50 kilogram," kata Syafii.
Posting Komentar