Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Perayaan Maulid dan Cinta Nabi

Perayaan Maulid dan Cinta Nabi

Posted by Media Bawean on Rabu, 11 Maret 2009

Media Bawean, 11 Maret 2009

Oleh: Abdurrahman

Setiap bulan rabi'ul awwal sebagian umat islam merayakan hari kelahiran nabi saw yang dilakukan dengan berbagai acara, tujuan mereka adalah mengagungkan hari kelahiran nabi sebagai ungkapan bagi kecintaan mereka kepada nabi saw.

Cinta kepada nabi adalah salah satu kewajiban umat islam kepada nabinya, karena kita diperintah oleh Allah untuk mencintai nabi, bahkan kecintaan kita kepada nabi harus melebihi kecintaan kita kepada orang tua, anak-anak saudara dan seluruh manusia, (lihat (QS. At-Taubah: 24).

Demikian pula nabi bersabda : tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya, anaknya dan seluruh manusia (HR. Bukhari dan Muslim)


Namun bagaimana bentuk kecintaan kepada nabi? Sebagian orang mengatakan bahwa bentuk kecintaan kepada nabi adalah dengan merayakan hari kelahirannya, dengan mengadakan acara yang sangat meriah, dan dengan berbagai macam acara, di sisi lain mereka mengatakan bahwa orang yang tidak merayakan maulid nabi, tidak cinta kepada nabi. Benarkan demikian?

Kalau kita melihat dalil-dalil agama maka kita dapatkan bahwa penghormatan dan kecintaan kepada nabi dilakukan dengan mengikuti ajarannya, bukan melakukan hal-hal yang tidak pernah diajarkan dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw. Allah menyuruh kita untuk mengikuti ajaran nabi dan meninggalkan apa yang dilarangnya, Allah berfirman:

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah (QS. Al-Hsyr: 7)

Nabi bersabda: hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khulafa' arrasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah padanya dan dan peganglah erat-erat, hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakah, karena setiap yang diada-adakah adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah kesesatan. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari ayat dan hadits di atas jelaslah bagi kita bahwa dalam masalah agama kita diperintah untuk mengikuti ajaran Allah dan rasulnya, melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apayg dilarang, dan di antara yang dilarang oleh nabi adalah mengada-ada dalam masalah agama.

Kalau kita melihat masalah perayaan maulid nabi, maka kita semua tahu bahwa perayaan tersebut tidak pernah diajarkan oleh Allah dan rasulnya, dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi, para sahabat dan para imam madzhab yang empat, maka dengan demikian jelaslah bahwa perayaan maulid nabi termasuk perkara yang diada-adakan dalam agama, dan nabi telah melarang kita mengada-ada, dan dikatakan dalam hadits bahwa mengada-ada adalah bid'ah. Jadi merayakan maulid nabi adalah perbuatan bid'ah yang dilarang oleh nabi. Maka kalau kita cinta kepada Nabi harus melaksaksanakan perintah nabi dan meninggalkan larangannya, dan di antara larangan Nabi adalah berbuat bid'ah.

Adapun dalil yang digunakan oleh orang yang merayakan mauled nabi, maka itu bukan pada tempatnya, dan tidak tepat dijadikan dalil. Di antaranya adalah hadits tentang puasa asyura' dimana nabi melakukannya sebagai rasa syukur atas diselamatkannya Nabi Muda dari kejaran Fir'aun, tidak tepat dijadikan dalil bolehnya merayakan maulid karena beberapa hal, di antaranya:

* puasa asyura' dilakukan dan diperintahkan oleh nabi, jadi jelas ini adalah ajaran nabi, sementara maulid tidak pernah dilakukan dan tidak diperintahkan oleh nabi.

* Nabi mensykuri selamatnya nabi Musa dengan berpuasa, sementara orang yang merayakan maulid nabi, merayakannya dengan makan-makan dan pesta pora. Ini jelas bertentangan.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean