Media Bawean, 22 Mei 2009
Sulaeman (43 Th.) warga Sungaiterus Selatan desa Balikterus Kecamatan Sangkapura layak dapat penghargaan khusus, dengan hasil penemuan PLTA bisa memberikan penerangan beberpa kampung di Pulau Bawean.
Ditemui Media Bawean hari ini (22/5), Sulaeman beserta isteri sedang menyabit rumput untuk pakan sapinya. Menurut pengakuan Sulaeman, dirinya tidak lulus sekolah dasar (SD) hanya sampai kelas dua pada tahun 1979. Kemudian 1981 berlayar ke negeri jiran Malaysia, bekerja sebagai kuli bangunan bertempat di Damansara Kuala Lumpur Malaysia.
Di Malaysia pernah melihat siaran TV tentang kincir air, dari siaran TV inilah timbul keinginan untuk mencoba memanfaatkan air disamping rumahnya di Sungaiterus desa Balik Terus untuk sebagai pembangkit tenaga listrik.
Kemudian tahun 1988, Sulaeman pulang dari Malaysia ke Bawean, keinginannya untuk menciptakan listrik dari PLTA dicobanya, tetapi belum berhasil. Tahun 1989 kembali ke Malaysia dan tahun 1991 pulang ke Bawean dan mencoba lagi keinginannya menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan modal Rp.4,5 juta untuk membeli dyinamo, pipa paralon dan kabel, ternyata berhasil dan listrik terang benderang.
Sulaeman sudah berhasil memasang PLTA dibeberapa tempat, diantaranya di kampungnya sendiri (Sungaiterus : Red.) 2 milik sendiri dan 1 milik Amri, 1 buah di Nancel Kebuntelukdalam, 1 buah di Gandariyah, 1 buah di Pasar Angin-Angin, 1 buah di Batu lentang, 1 buah di Laccar Kebuntelukdalam, 1 buah di Sungaiterus utara, dan 1 buah di Dabuk Sengkep Tanjungpinang.
Sulaeman, mengatakan, "Saya tidak pernah belajar dari buku, semuanya murni dari fikiran sendiri untuk membuat PLTA," katanya.
"Ada empat model yang saya ketahui untuk pembuatan PLTA, tetapi di Pulau Bawean semuanya menggunakan 1 model saja," ujarnya.
Ditemui Media Bawean hari ini (22/5), Sulaeman beserta isteri sedang menyabit rumput untuk pakan sapinya. Menurut pengakuan Sulaeman, dirinya tidak lulus sekolah dasar (SD) hanya sampai kelas dua pada tahun 1979. Kemudian 1981 berlayar ke negeri jiran Malaysia, bekerja sebagai kuli bangunan bertempat di Damansara Kuala Lumpur Malaysia.
Di Malaysia pernah melihat siaran TV tentang kincir air, dari siaran TV inilah timbul keinginan untuk mencoba memanfaatkan air disamping rumahnya di Sungaiterus desa Balik Terus untuk sebagai pembangkit tenaga listrik.
Kemudian tahun 1988, Sulaeman pulang dari Malaysia ke Bawean, keinginannya untuk menciptakan listrik dari PLTA dicobanya, tetapi belum berhasil. Tahun 1989 kembali ke Malaysia dan tahun 1991 pulang ke Bawean dan mencoba lagi keinginannya menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan modal Rp.4,5 juta untuk membeli dyinamo, pipa paralon dan kabel, ternyata berhasil dan listrik terang benderang.
Sulaeman sudah berhasil memasang PLTA dibeberapa tempat, diantaranya di kampungnya sendiri (Sungaiterus : Red.) 2 milik sendiri dan 1 milik Amri, 1 buah di Nancel Kebuntelukdalam, 1 buah di Gandariyah, 1 buah di Pasar Angin-Angin, 1 buah di Batu lentang, 1 buah di Laccar Kebuntelukdalam, 1 buah di Sungaiterus utara, dan 1 buah di Dabuk Sengkep Tanjungpinang.
Sulaeman, mengatakan, "Saya tidak pernah belajar dari buku, semuanya murni dari fikiran sendiri untuk membuat PLTA," katanya.
"Ada empat model yang saya ketahui untuk pembuatan PLTA, tetapi di Pulau Bawean semuanya menggunakan 1 model saja," ujarnya.
Kepala Desa Balikterus Abdul Aziz, mengakui didesanya sudah hampir semuanya bisa menikmati listrik dengan menggunakan tenaga air yang dibuat oleh Sulaeman.
Menurut Sulaeman upahnya yang didapat dari pembuatan PLTA di Bawean berkisar Rp.1 juta sampai Rp. 2 juta, yang paling besar waktu kerja di Dabuksengkep Tanjungpinang dapat upah Rp. 35 juta. (bst)
Posting Komentar