Media Bawean, 7 Mei 2009
Oleh: AS’ARI JS.
Segala yang ada di dunia, baik yang tampak oleh mata maupun yang tidak, yang bergerak maupun yang tidak adalah makhluk. Makhluk tidak hanya berwujud manusia dan binatang saja. Yang tidak bergerak seperti gunung, tumbuh-tumbuhan, pohon, batu dan lainnya juga makhluk, yang sebenarnya juga mempunyai kehidupan, mempunyai hasrat ke-aku-an layaknya ke-aku-an dalam diri manusia.
Gejolak alam yang akhir-akhir ini kerap menampakkan eksistensi dirinya, adanya fenomena-fenomena seperti kasus dukun cilik, Ponari, di Jombang dan fenomena lainnya. Adanya perubahan-perubahan sosial, budaya, etika, ilmu pengetahuan yang semakin canggih kerap kali dimaknai sebagai tanda semakin dekatnya hari kiamat. Membicarakan dan membahas kiamat saat ini sudah bukan dianggap monopoli ulama dan agamawan saja. Perspektif berbeda coba diketengahkan juga oleh para ilmuan. Siapapun bebas membahasnya, meneliti kebenaran akan adanya hari kiamat itu, sebab agama membolehkan. Maka muncul pula prediksi-prediksi yang bahkan dijawab secara detail kapan berakhirnya species di dunia.
Beberapa hari yang lalu penulis, melihat majalah Alkisah, edisi 20 April-3 Mei 2009 yang berjudul “Kiamat 2012! Mengapa muncul prediksi itu?” Karena penasaran akhirnya penulis membeli. Majalah tersebut mengulas ramalan kiamat yang disampaikan oleh Lawrence E. Joseph, dalam bukunya Apocalypse 2012: An Investigation Into The End of Civilization, bahwa kiamat bekal terjadi tahun 2012. Saat ini, ia menjabat Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Coorporation di New Mexico, Amerika Serikat. Prediksi Lawrence di atas bukan hal baru. Pada tahun 2003 lalu, seorang pendeta Mangapin Sibuea yang mempunyai “Pondok Nabi” di Bandung juga pernah meramalkan kiamat bekal terjadi 10 November 2003, (Sabili, 13 Februari 2003). Dalam sebuah artikel di internet, menyebutkan Isaac Newton pernah melakukan penghitungan secara matematis sisa umur dunia dengan merujuk pada sumber-sumber dari berbagai kitab ramalan, sejarah, dan juga Alkitab. Newton sampai pada satu kesimpulan bahwa hari akhir dunia, pada tahun 2060. Lalu bagaimana dengan Islam?
Suatu ketika Nabi berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh para sahabat dan langsung duduk di depan Nabi. Laki-laki itu mengajukan beberapa pertanyaan, salah satu pertanyaannya adalah “kapankah terjadinya hari kiamat?” Jawab Nabi, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dan laki-laki tersebut tak lain adalah Malaikat Jibril A.S.
Dari dialog di atas, dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad tidaklah mengetahui secara pasti kapan kiamat itu terjadi? Kalau pun Nabi mengetahui tentu saja ini adalah kode etik kenabian yang tidak boleh disampaikan kepada manusia. Sebab adanya kiamat (selain menjadi ketentuan Allah, yang pasti akan terjadi) sebagai motivasi bagi manusia untuk memperbanyak ibadah dan beramal saleh sebanyak mungkin. Sehingga Nabi hanya memberikan tanda-tanda datangnya kiamat. Salah satunya adalah hadis Nabi yang di riwayatkan Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip dalam majalah Alkisah di atas. Diantara tanda-tandanya adalah ketika nafsu birahi menjadi tumpuan, pelaku dosa dipilih jadi pemimpin, sulit membedakan yang salah dan yang benar, kebohongan menjadi kepastian, pembayaran zakat dianggap beban, orang beriman dianggap kuno dan nista, ada kebobrokan tapi orang tak mampu berbuat sesuatu, hujan turun di luar musim, homoseks dan lesbian menjadi gaya hidup, peran kaum wanita terlalu dominan, anak-anak mendurhakai orangtua, kecurangan terjadi dalam persahabatan, orang berlomba dalam kemewahan, berbuat dosa dianggap remeh, mesjid dipenuhi hiasan keindahan, orang beribadah tanpa ketulusan, saling benci tumbuh di hati kaum muslimin, al-Qur’an di cetak dengan huruf-huruf emas tapi tidak dibaca apalagi diamalkan, riba merajalela, darah manusia tak ada artinya, ibadah haji dianggap sebagai wisata, para hartawan sibuk memburu harta sementara kaum dhu’afa sibuk mengharapkan balas kasihan.
Tanda-tanda lain yang sangat populer di telinga, hadis yang diriwayatkan Hudzaifah, “…Rasulullah SAW menjelaskan bahwa sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi sampai umat manusia menyaksikan tanda-tandanya. Yakni, membubungnya asap tebal, munculya Dajjal, keluarnya binatang-binatang dari perut bumi, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Isa ibn Maryam, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbenamnya bumi di sebelah timur, barat dan di Semenanjung Arabia, dan munculnya api dari Yaman yang akan menggiring umat manusia ke Padang Mahsyar.
Manusia Menciptakan Kiamat?
Alam adalah bagian dari amanat yang diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Eksistensi alam tergantung bagaimana manusia memelihara, melestarikan dan memanfaatkannya dengan baik. Alam sebagaimana dikatakan di atas juga termasuk makhluk Allah yang mempunyai sifat ke-aku-an. Sebagaimana halnya manusia, alam juga dapat melakukan protes dan bahkan akan melakukan perlawanan bila di dhalimi dan diperlakukan semena-mena. Maka tidak heran bila alam bergejolak, karena ia menunjukkan bahwa dirinya juga mempunyai eksistensi dan ke-aku-an.
Kemungkinan lain, alam sedang beramar makruf nahi munkar menggantikan peran manusia. Mereka (alam, red) selain menunjukkan eksistensi ke-aku-annya, juga sedang beramar makruf dengan caranya sendiri. Angin berdakwah dengan caranya sendiri, maka terjadilah angin puting beliung, topan dll. Gunung juga berdakwah dengan caranya sendiri, maka terjadi letusan. Begitu juga bumi, dakwahnya dengan memuntahkan isinya, keluarlah lumpur, gempa bumi. Sebagaimana makhluk lain, air juga punya cara sendiri dalam berdakwah, seperti tsunami dan bentuk-bentuk lain. Itu semua tak lain agar manusia kembali kepada fungsi dasarnya sebagai hamba dan khalifah.
Jadi, gejolak alam ada relevansinya dengan prilaku manusia yang melampaui batas-batas hukum Allah maupun hukum yang dibuat manusia sendiri. Allah berkali-kali menegaskan pentingnya menjaga alam, supaya tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Termasuk prilaku melampaui batas dapat dilihat pada hadis Nabi Muhammad: "Apabila umatku melakukan lima belas perkara, pasti mereka akan ditimpa bala bencana" (H.R.Tirmidzi). Yang masuk dalam kategori lima belas perkara tersebut diantaranya. Pertama, apabila harta rampasan (dalam konteks sekarang dapat diartikan juga penghasilan dan aset negara, red.) hanya dinikmati penguasa dan orang-orang besar. Kedua, amanat disia-siakan (dapat diartikan juga memberikan amanat bukan pada ahlinya, penyelewengan kekuasaan, korupsi, tidak melestarikan dan menjaga alam dan lain sebagainya). Ketiga, yang menjadi pemimpin orang yang rendah moralnya. Keempat, umat yang akhir (manusia sekarang, red) melaknat dan mencaci maki orang-orang saleh masa dahulu.
Bila hal tersebut sudah terjadi kata Nabi Muhammad, maka tunggulah bencana seperti gempa bumi dan tanah longsor atau penyakit yang bisa mengubah wajah manusia. Ini artinya—kiamat merupakan sunnatullah yang pasti terjadi—manusia yang sebenarnya “menciptakan” atau paling tidak mempercepat datangnya kiamat itu sendiri. "Dan musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri..." (Q.S. Asy-Syura:30).
Oleh: AS’ARI JS.
Segala yang ada di dunia, baik yang tampak oleh mata maupun yang tidak, yang bergerak maupun yang tidak adalah makhluk. Makhluk tidak hanya berwujud manusia dan binatang saja. Yang tidak bergerak seperti gunung, tumbuh-tumbuhan, pohon, batu dan lainnya juga makhluk, yang sebenarnya juga mempunyai kehidupan, mempunyai hasrat ke-aku-an layaknya ke-aku-an dalam diri manusia.
Gejolak alam yang akhir-akhir ini kerap menampakkan eksistensi dirinya, adanya fenomena-fenomena seperti kasus dukun cilik, Ponari, di Jombang dan fenomena lainnya. Adanya perubahan-perubahan sosial, budaya, etika, ilmu pengetahuan yang semakin canggih kerap kali dimaknai sebagai tanda semakin dekatnya hari kiamat. Membicarakan dan membahas kiamat saat ini sudah bukan dianggap monopoli ulama dan agamawan saja. Perspektif berbeda coba diketengahkan juga oleh para ilmuan. Siapapun bebas membahasnya, meneliti kebenaran akan adanya hari kiamat itu, sebab agama membolehkan. Maka muncul pula prediksi-prediksi yang bahkan dijawab secara detail kapan berakhirnya species di dunia.
Beberapa hari yang lalu penulis, melihat majalah Alkisah, edisi 20 April-3 Mei 2009 yang berjudul “Kiamat 2012! Mengapa muncul prediksi itu?” Karena penasaran akhirnya penulis membeli. Majalah tersebut mengulas ramalan kiamat yang disampaikan oleh Lawrence E. Joseph, dalam bukunya Apocalypse 2012: An Investigation Into The End of Civilization, bahwa kiamat bekal terjadi tahun 2012. Saat ini, ia menjabat Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Coorporation di New Mexico, Amerika Serikat. Prediksi Lawrence di atas bukan hal baru. Pada tahun 2003 lalu, seorang pendeta Mangapin Sibuea yang mempunyai “Pondok Nabi” di Bandung juga pernah meramalkan kiamat bekal terjadi 10 November 2003, (Sabili, 13 Februari 2003). Dalam sebuah artikel di internet, menyebutkan Isaac Newton pernah melakukan penghitungan secara matematis sisa umur dunia dengan merujuk pada sumber-sumber dari berbagai kitab ramalan, sejarah, dan juga Alkitab. Newton sampai pada satu kesimpulan bahwa hari akhir dunia, pada tahun 2060. Lalu bagaimana dengan Islam?
Suatu ketika Nabi berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh para sahabat dan langsung duduk di depan Nabi. Laki-laki itu mengajukan beberapa pertanyaan, salah satu pertanyaannya adalah “kapankah terjadinya hari kiamat?” Jawab Nabi, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dan laki-laki tersebut tak lain adalah Malaikat Jibril A.S.
Dari dialog di atas, dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad tidaklah mengetahui secara pasti kapan kiamat itu terjadi? Kalau pun Nabi mengetahui tentu saja ini adalah kode etik kenabian yang tidak boleh disampaikan kepada manusia. Sebab adanya kiamat (selain menjadi ketentuan Allah, yang pasti akan terjadi) sebagai motivasi bagi manusia untuk memperbanyak ibadah dan beramal saleh sebanyak mungkin. Sehingga Nabi hanya memberikan tanda-tanda datangnya kiamat. Salah satunya adalah hadis Nabi yang di riwayatkan Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip dalam majalah Alkisah di atas. Diantara tanda-tandanya adalah ketika nafsu birahi menjadi tumpuan, pelaku dosa dipilih jadi pemimpin, sulit membedakan yang salah dan yang benar, kebohongan menjadi kepastian, pembayaran zakat dianggap beban, orang beriman dianggap kuno dan nista, ada kebobrokan tapi orang tak mampu berbuat sesuatu, hujan turun di luar musim, homoseks dan lesbian menjadi gaya hidup, peran kaum wanita terlalu dominan, anak-anak mendurhakai orangtua, kecurangan terjadi dalam persahabatan, orang berlomba dalam kemewahan, berbuat dosa dianggap remeh, mesjid dipenuhi hiasan keindahan, orang beribadah tanpa ketulusan, saling benci tumbuh di hati kaum muslimin, al-Qur’an di cetak dengan huruf-huruf emas tapi tidak dibaca apalagi diamalkan, riba merajalela, darah manusia tak ada artinya, ibadah haji dianggap sebagai wisata, para hartawan sibuk memburu harta sementara kaum dhu’afa sibuk mengharapkan balas kasihan.
Tanda-tanda lain yang sangat populer di telinga, hadis yang diriwayatkan Hudzaifah, “…Rasulullah SAW menjelaskan bahwa sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi sampai umat manusia menyaksikan tanda-tandanya. Yakni, membubungnya asap tebal, munculya Dajjal, keluarnya binatang-binatang dari perut bumi, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Isa ibn Maryam, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbenamnya bumi di sebelah timur, barat dan di Semenanjung Arabia, dan munculnya api dari Yaman yang akan menggiring umat manusia ke Padang Mahsyar.
Manusia Menciptakan Kiamat?
Alam adalah bagian dari amanat yang diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Eksistensi alam tergantung bagaimana manusia memelihara, melestarikan dan memanfaatkannya dengan baik. Alam sebagaimana dikatakan di atas juga termasuk makhluk Allah yang mempunyai sifat ke-aku-an. Sebagaimana halnya manusia, alam juga dapat melakukan protes dan bahkan akan melakukan perlawanan bila di dhalimi dan diperlakukan semena-mena. Maka tidak heran bila alam bergejolak, karena ia menunjukkan bahwa dirinya juga mempunyai eksistensi dan ke-aku-an.
Kemungkinan lain, alam sedang beramar makruf nahi munkar menggantikan peran manusia. Mereka (alam, red) selain menunjukkan eksistensi ke-aku-annya, juga sedang beramar makruf dengan caranya sendiri. Angin berdakwah dengan caranya sendiri, maka terjadilah angin puting beliung, topan dll. Gunung juga berdakwah dengan caranya sendiri, maka terjadi letusan. Begitu juga bumi, dakwahnya dengan memuntahkan isinya, keluarlah lumpur, gempa bumi. Sebagaimana makhluk lain, air juga punya cara sendiri dalam berdakwah, seperti tsunami dan bentuk-bentuk lain. Itu semua tak lain agar manusia kembali kepada fungsi dasarnya sebagai hamba dan khalifah.
Jadi, gejolak alam ada relevansinya dengan prilaku manusia yang melampaui batas-batas hukum Allah maupun hukum yang dibuat manusia sendiri. Allah berkali-kali menegaskan pentingnya menjaga alam, supaya tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Termasuk prilaku melampaui batas dapat dilihat pada hadis Nabi Muhammad: "Apabila umatku melakukan lima belas perkara, pasti mereka akan ditimpa bala bencana" (H.R.Tirmidzi). Yang masuk dalam kategori lima belas perkara tersebut diantaranya. Pertama, apabila harta rampasan (dalam konteks sekarang dapat diartikan juga penghasilan dan aset negara, red.) hanya dinikmati penguasa dan orang-orang besar. Kedua, amanat disia-siakan (dapat diartikan juga memberikan amanat bukan pada ahlinya, penyelewengan kekuasaan, korupsi, tidak melestarikan dan menjaga alam dan lain sebagainya). Ketiga, yang menjadi pemimpin orang yang rendah moralnya. Keempat, umat yang akhir (manusia sekarang, red) melaknat dan mencaci maki orang-orang saleh masa dahulu.
Bila hal tersebut sudah terjadi kata Nabi Muhammad, maka tunggulah bencana seperti gempa bumi dan tanah longsor atau penyakit yang bisa mengubah wajah manusia. Ini artinya—kiamat merupakan sunnatullah yang pasti terjadi—manusia yang sebenarnya “menciptakan” atau paling tidak mempercepat datangnya kiamat itu sendiri. "Dan musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri..." (Q.S. Asy-Syura:30).
Posting Komentar