Media Bawean, 29 Desember 2009
Setiap ibadah pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua orang dapat mengetahui hikmah tersebut melalui penalaran akal pikirannya. Hanya Allah sendiri yang mengetahui rahasia dan hikmah seluruh ajaran agama yang diturunkan-Nya. Hikmah-hikmah Allah sendiri tersebut ada yang diungkap dalam kitab suci Al-Quran atau sunnah Rasul, ada pula yang tidak disinggung sama-sekali. Bagian hikmah yang tidak disinggung ini, hanya dapat diketahui dan dihayati oleh kalangan tertentu, yang dalam Al-Quran dinamakan Arrasikhuuna fil-‘ilmi, yakni mereka yang kuat imannya dan dilebihkan ilmu oleh Allah, yang tidak diberikan kepada orang lain (QS Ali Imran, 3:7)
Di antara hikmah ibadah Qurban, ialah untuk mendekatkan diri atau taqarrub kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan-Nya yang jumlahnya demikian banyak, sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya (QS Ibrahim, 14:34). Hikmah secara eksplisit dan tegas tentang ibadah qurban ini, telah diungkapkan dalam Al-Quran:
“Maka makanlah sebagian dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur" (QS Al-Haj, 22:36)
Hikmah selanjutnya adalah dalam rangka menghidupkan sunnah para nabi terdahulu, khususnya sunnah Nabi Ibrahim, yang dikenal sebagai Bapak agama monoteisme (Tauhid), Ibadah qurban berasal dari pengurbanan agung yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap puteranya untuk memenuhi perintah Allah. Allah sangat menghargai dan memuji pengurbanan Nabi Ibrahim yang dilandasi oleh iman dan takwanya yang tinggi dan murni, kemudian megganti puteranya Ismail yang akan dikurbankan itu dengan seekor hewan domba yang besar (QS Ash-Shaffat, 37:107).
Hikmah berikutnya adalah dalam rangka menghidupkan makna takbir di Hari Raya Idul Adha, dari tgl 10 hingga 13 Dzul-Hijjah, yakni Hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyriq. Memang Syari-at agama kita menggariskan, bahwa pada setiap Hari Raya, baik Idul Fitri ataupun Idul Adha, setiap orang Islam diperintahkan untuk mengumandangkan takbir. Hal ini memberikan isyarat kepada kita, bahwa kebahagiaan yang hakiki, hanya akan terwujud, jika manusia itu dengan setulusnya bersedia memberikan pengakuan dan fungsi kehambaannya di hadapan Allah s.w.t. dan dengan setulusnya bersaksi dahwa hanya Allah sajalah yang Maha Besar,Maha Esa, Maha Perkasa dan sifat kesempurnaan lainya.
Di samping itu semua, Hari Raya Qurban pun merupakan Hari Raya yang berdimensi sosial kemasyarakatan yang sangat dalam. Hal itu terlihat ketika pelaksanaan pemotongan hewan yang akan dikorbankan, para mustahik yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul. Mereka satu sama lainya meluapkan rasa gembira dan sukacita yang dalam. Yang kaya dan yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan di hari itu, terutama bagi orang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi global yang dialami sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Keutamaan qurban dijelaskan oleh sebuah hadist A’isyah, Rasulullah s.a.w. bersabda
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam lebih disukai oleh Allah di hari korban selain dari mengalirkan darah (menyembelih qurban). Sesungguhnya korbannya itu di hari kiamat akan datang menyertai bani adam dengan tanduk-tanduknya, bulunya dan kuku-kukunya. Dan darah qurban tersebut akan menetes di suatu tempat (yang diridhai) Allah sebelum menetes ke bumi, maka sempurnakanlah korban itu ” (HR at-Tirmizi).
Dalam rangka untuk mendapatkan kemulyaan dan pembuktian keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, Bapak H.Samri Barik,SH kembali mengadakan program qurban di Indonesia. Dimana program qurban tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1998. Pada program qurban 2009 memotong 138 ekor kambing. Program qurban dilaksanakan pada tanggal 27 November 2009 di desa Glintong, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan-Madura dengan pemotongan 100 ekor kambing, dan di Kabupaten Bangil 38 ekor kambing. Sedangkan program akikah selama tahun 2009 tercatat sebangak 120 ekor kambing yang penyembeliannya dilaksanakan di Klampis-Madura, Bekasi-Jakarta, dan Kabupaten Bangil.
GAMBARAN SOSIOLOGIS LOKASI QURBAN
Dusun Glintong secara geografis termasuk wilayah Kabupaten Bangkalan. Hamparan lahan pertanian seharusnya mampu memberikan jawaban atas persoalan-persoalan sosial ekonomi masyarakat. Namun lahan-lahan tersebut hanya terbelangkalai karena persoalan pengairan yang tidak tersedia. Akhirnya lahan-lahan tersebut hanya ditanami tanaman yang tidak membutuhkan pengairan yang cukup, dan lebih banyak ditumbuhi rumput ilalang. Ketersediaan rumput yang begitu banyak menjadi lahan pekerjaan bagi masyarakat Glintong, mereka berkerja merawat hewan peliharaan (Domba dan Sapi) orang lain dengan gaji berupa anak domba jika dombanya sudah besar dan beranak. Juga merawat sapi dengan gaji dikemudian hari jika sapi tersebut sudah besar dan laku dijual.
Tidak sedikit masyarakat, khususnya kaum pemuda Glintong yang pergi merantau ke Malaysia untuk memperbaiki perekonomian keluarga yang carut marut. Namun hal ini tidak selalu menjadi jawaban, karena tidak semua Tenaga Kerja Migran mendapatkan pekerjaan yang baik dengan gaji yang bagus. Kepergian mereka ke Malaysia hanya berdampak pada pengurangan jumlah pengangguran di desa, tidak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Karena sebagian besar dari Tenaga Kerja Migran tersebut memilih berumah tangga dan menetap di Malaysia, jadi kondisi desa Glintong tidak mengalami perubahan yang signifikan dari aspek ekonomi dan jumlah pengangguran.
Sekitar tahun 1990 an, di Desa Glintong sempat berdiri lokasi tambak udang (milik pengusahan Surabaya). Tambak udang itulah lahan pekerjaan bagi Masyarakat Glintong. Mereka bekerja sebagai tenaga pembibitan, perawatan, dan panen. Namun pada tahun 1997, ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia maka usaha tambak udang tersebut mengalami kehancuran. Tidak hanya pemilik/pengusaha tambak udang yang menjadi korban dampak krisis ekonomi tersebut, namun sebagian masyarakat Glintong yang menggantungkan hidupnya pada usaha tambak udang menjadi korban yang tidak mempunyai jaring pengaman sosial pasca krisis ekonomi tersebut.
Ucapan syukur kepada Allah SWT. atas suksesnya program akikah dan qurban 2009. Serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Singapore yang terlibat dan mempercayakan akikah dan qurbannya kepada Bapak H. Samri Barik, SH. Semoga semua amal ibadah kita diterima Allah SWT.
Setiap ibadah pasti ada hikmahnya, meskipun tidak semua orang dapat mengetahui hikmah tersebut melalui penalaran akal pikirannya. Hanya Allah sendiri yang mengetahui rahasia dan hikmah seluruh ajaran agama yang diturunkan-Nya. Hikmah-hikmah Allah sendiri tersebut ada yang diungkap dalam kitab suci Al-Quran atau sunnah Rasul, ada pula yang tidak disinggung sama-sekali. Bagian hikmah yang tidak disinggung ini, hanya dapat diketahui dan dihayati oleh kalangan tertentu, yang dalam Al-Quran dinamakan Arrasikhuuna fil-‘ilmi, yakni mereka yang kuat imannya dan dilebihkan ilmu oleh Allah, yang tidak diberikan kepada orang lain (QS Ali Imran, 3:7)
Di antara hikmah ibadah Qurban, ialah untuk mendekatkan diri atau taqarrub kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan-Nya yang jumlahnya demikian banyak, sehingga tak seorangpun dapat menghitungnya (QS Ibrahim, 14:34). Hikmah secara eksplisit dan tegas tentang ibadah qurban ini, telah diungkapkan dalam Al-Quran:
“Maka makanlah sebagian dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur" (QS Al-Haj, 22:36)
Hikmah selanjutnya adalah dalam rangka menghidupkan sunnah para nabi terdahulu, khususnya sunnah Nabi Ibrahim, yang dikenal sebagai Bapak agama monoteisme (Tauhid), Ibadah qurban berasal dari pengurbanan agung yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim terhadap puteranya untuk memenuhi perintah Allah. Allah sangat menghargai dan memuji pengurbanan Nabi Ibrahim yang dilandasi oleh iman dan takwanya yang tinggi dan murni, kemudian megganti puteranya Ismail yang akan dikurbankan itu dengan seekor hewan domba yang besar (QS Ash-Shaffat, 37:107).
Hikmah berikutnya adalah dalam rangka menghidupkan makna takbir di Hari Raya Idul Adha, dari tgl 10 hingga 13 Dzul-Hijjah, yakni Hari Nasar (penyembelihan) dan hari-hari tasyriq. Memang Syari-at agama kita menggariskan, bahwa pada setiap Hari Raya, baik Idul Fitri ataupun Idul Adha, setiap orang Islam diperintahkan untuk mengumandangkan takbir. Hal ini memberikan isyarat kepada kita, bahwa kebahagiaan yang hakiki, hanya akan terwujud, jika manusia itu dengan setulusnya bersedia memberikan pengakuan dan fungsi kehambaannya di hadapan Allah s.w.t. dan dengan setulusnya bersaksi dahwa hanya Allah sajalah yang Maha Besar,Maha Esa, Maha Perkasa dan sifat kesempurnaan lainya.
Di samping itu semua, Hari Raya Qurban pun merupakan Hari Raya yang berdimensi sosial kemasyarakatan yang sangat dalam. Hal itu terlihat ketika pelaksanaan pemotongan hewan yang akan dikorbankan, para mustahik yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul. Mereka satu sama lainya meluapkan rasa gembira dan sukacita yang dalam. Yang kaya dan yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan di hari itu, terutama bagi orang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi global yang dialami sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.
Keutamaan qurban dijelaskan oleh sebuah hadist A’isyah, Rasulullah s.a.w. bersabda
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
“Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam lebih disukai oleh Allah di hari korban selain dari mengalirkan darah (menyembelih qurban). Sesungguhnya korbannya itu di hari kiamat akan datang menyertai bani adam dengan tanduk-tanduknya, bulunya dan kuku-kukunya. Dan darah qurban tersebut akan menetes di suatu tempat (yang diridhai) Allah sebelum menetes ke bumi, maka sempurnakanlah korban itu ” (HR at-Tirmizi).
Dalam rangka untuk mendapatkan kemulyaan dan pembuktian keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, Bapak H.Samri Barik,SH kembali mengadakan program qurban di Indonesia. Dimana program qurban tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1998. Pada program qurban 2009 memotong 138 ekor kambing. Program qurban dilaksanakan pada tanggal 27 November 2009 di desa Glintong, Kecamatan Klampis, Kabupaten Bangkalan-Madura dengan pemotongan 100 ekor kambing, dan di Kabupaten Bangil 38 ekor kambing. Sedangkan program akikah selama tahun 2009 tercatat sebangak 120 ekor kambing yang penyembeliannya dilaksanakan di Klampis-Madura, Bekasi-Jakarta, dan Kabupaten Bangil.
GAMBARAN SOSIOLOGIS LOKASI QURBAN
Dusun Glintong secara geografis termasuk wilayah Kabupaten Bangkalan. Hamparan lahan pertanian seharusnya mampu memberikan jawaban atas persoalan-persoalan sosial ekonomi masyarakat. Namun lahan-lahan tersebut hanya terbelangkalai karena persoalan pengairan yang tidak tersedia. Akhirnya lahan-lahan tersebut hanya ditanami tanaman yang tidak membutuhkan pengairan yang cukup, dan lebih banyak ditumbuhi rumput ilalang. Ketersediaan rumput yang begitu banyak menjadi lahan pekerjaan bagi masyarakat Glintong, mereka berkerja merawat hewan peliharaan (Domba dan Sapi) orang lain dengan gaji berupa anak domba jika dombanya sudah besar dan beranak. Juga merawat sapi dengan gaji dikemudian hari jika sapi tersebut sudah besar dan laku dijual.
Tidak sedikit masyarakat, khususnya kaum pemuda Glintong yang pergi merantau ke Malaysia untuk memperbaiki perekonomian keluarga yang carut marut. Namun hal ini tidak selalu menjadi jawaban, karena tidak semua Tenaga Kerja Migran mendapatkan pekerjaan yang baik dengan gaji yang bagus. Kepergian mereka ke Malaysia hanya berdampak pada pengurangan jumlah pengangguran di desa, tidak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Karena sebagian besar dari Tenaga Kerja Migran tersebut memilih berumah tangga dan menetap di Malaysia, jadi kondisi desa Glintong tidak mengalami perubahan yang signifikan dari aspek ekonomi dan jumlah pengangguran.
Sekitar tahun 1990 an, di Desa Glintong sempat berdiri lokasi tambak udang (milik pengusahan Surabaya). Tambak udang itulah lahan pekerjaan bagi Masyarakat Glintong. Mereka bekerja sebagai tenaga pembibitan, perawatan, dan panen. Namun pada tahun 1997, ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia maka usaha tambak udang tersebut mengalami kehancuran. Tidak hanya pemilik/pengusaha tambak udang yang menjadi korban dampak krisis ekonomi tersebut, namun sebagian masyarakat Glintong yang menggantungkan hidupnya pada usaha tambak udang menjadi korban yang tidak mempunyai jaring pengaman sosial pasca krisis ekonomi tersebut.
Ucapan syukur kepada Allah SWT. atas suksesnya program akikah dan qurban 2009. Serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Singapore yang terlibat dan mempercayakan akikah dan qurbannya kepada Bapak H. Samri Barik, SH. Semoga semua amal ibadah kita diterima Allah SWT.
Posting Komentar