Media Bawean, 6 Desember 2009
Sumber : Suara Merdeka
Rembang, CyberNews. Aksi perompakan solar mengakibatkan ratusan kapal motor (KM) penangkap ikan berbobot 30 gross ton (GT) ke atas asal Rembang enggan lagi melaut di perairan Pulau Masalembo. Kapal motor asal Rembang memilih untuk mengalihkan penangkapan ikan di sekitar Pulau Bawean.
Sampurno (28) anak buah kapal (ABK) KM Dwi Manunggal Makmur mengatakan aksi perampokan solar itu sudah mulai marak sekitar setahun silam. "Perompak biasanya minta solar dua drum lebih. Solar dua drum lebih itu harganya bisa jutaan rupiah," kata dia.
Aksi perompakan itu sangatlah merugikan ABK. "Aksi ini terjadi terus menerus sampai sekarang. Kami sudah banyak rugi karena aksi itu. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak lagi melaut di sekitar Pulau Masalembo," tegasnya.
Sarkowi, (32) ABK lainnya mengatakan selama ini Pulau Masalembo merupakan surga bagi nelayan. Pasalnya, ikan di laut sekitar pulau Masalembo sangat banyak. "Tapi daripada terus dirampok dan membahayakan nyawa, kami memilih untuk pindah ke Pulau Bawean yang relatif lebih aman," kata dia.
Dia menambahkan hasil tangkapan di Pulau Bawean jauh lebih sedikit dibandingkan Pulau Maselembo. Karenanya, pendapatan ABK juga menurun. Biasanya, saat melaut di Pulau Masalembo selama kurang lebih 30 hari nelayan bisa mendapatkan uang Rp 1,5 juta. Setelah melaut di Pulau Bawean, pendapatan nelayan tinggal Rp 1 juta.
( Mulyanto Ari Wibowo / CN13 )
Sumber : Suara Merdeka
Rembang, CyberNews. Aksi perompakan solar mengakibatkan ratusan kapal motor (KM) penangkap ikan berbobot 30 gross ton (GT) ke atas asal Rembang enggan lagi melaut di perairan Pulau Masalembo. Kapal motor asal Rembang memilih untuk mengalihkan penangkapan ikan di sekitar Pulau Bawean.
Sampurno (28) anak buah kapal (ABK) KM Dwi Manunggal Makmur mengatakan aksi perampokan solar itu sudah mulai marak sekitar setahun silam. "Perompak biasanya minta solar dua drum lebih. Solar dua drum lebih itu harganya bisa jutaan rupiah," kata dia.
Aksi perompakan itu sangatlah merugikan ABK. "Aksi ini terjadi terus menerus sampai sekarang. Kami sudah banyak rugi karena aksi itu. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak lagi melaut di sekitar Pulau Masalembo," tegasnya.
Sarkowi, (32) ABK lainnya mengatakan selama ini Pulau Masalembo merupakan surga bagi nelayan. Pasalnya, ikan di laut sekitar pulau Masalembo sangat banyak. "Tapi daripada terus dirampok dan membahayakan nyawa, kami memilih untuk pindah ke Pulau Bawean yang relatif lebih aman," kata dia.
Dia menambahkan hasil tangkapan di Pulau Bawean jauh lebih sedikit dibandingkan Pulau Maselembo. Karenanya, pendapatan ABK juga menurun. Biasanya, saat melaut di Pulau Masalembo selama kurang lebih 30 hari nelayan bisa mendapatkan uang Rp 1,5 juta. Setelah melaut di Pulau Bawean, pendapatan nelayan tinggal Rp 1 juta.
( Mulyanto Ari Wibowo / CN13 )
Posting Komentar