Media Bawean, 12 Februari 2010
Nenek berbadan gemuk ternyata cukup vokal dalam bersuara, dengan tegasnya menjelaskan mulai dari awal sampai akhir proses mutasi cucunya. "Waktu saya datang ke sekolah mengurus mutasi, pihak sekolah mengatakan kalau mau pindah harus mengganti uang BOS Rp. 60.000 x 6 untuk 6 bulan kedepan," terangnya menirukan perkataan pihak sekolah.
Saya bertanya, "kenapa harus mengganti uang BOS?," tanya Naesah. Pihak sekolah menjawab, "Disini rugi," jawabnya.
"Yang rugi kan saya bukan yang disini (SMPN Tambak : Red.), sebab uang BOS itu sudah hak Eta (panggilan Septa Dwi Cahyadi), itu menguntung" jelas Naesah.
Pihak sekolah kembali berkata, "Iya disana (MTs. Hasan Jufri : Red.) BOS mengalir terus, tapi disini (SMPN Tambak : Red.) siswanya tidak ada," ujar Naesah menirukan perkataan pihak sekolah.
Naesah kembali berkata, "Yang menguntungkan kan sekolah bukan saya, kalau saya bawa kesana yang rugi sebab harus membayar enam bulan sebab belum tercantum sebagai penerima BOS di MTs. Hasan Jufri," jelasnya.
"Kepala sekolahnya juga bilang itu tidak seberapa, itu ada yang kena Rp. 3 juta," kata Kepala Sekolah kepada Naesah.
Saya menjawab, "Saya kesini tidak membawa uang, sebab hanya mau mengambil surat pindah. Sudah kalau begitu saya pulang saja, agar anak saya datang kesini sebab dia adalah Ketua Ma'arif Bawean (Halim Alhasyi yang ibunda kandungnya adalah adik Naseah)," paparnya.
Apakah dibayar?, "Iya dibayar Rp. 410.000, padahal sebelumnya hanya minta Rp. 360.000, lalu ditambah uang LKS Rp. 50.000, padahal anak saya belum menerima buku LKS,"ungkapnya dengan nada terang.
Apakah Ibu keberatan untuk membayarnya? "kalau untuk keperluan anak, saya tidak keberatan berapa saja, tapi caranya harus baik,"jawabnya.
Kemarin sore (11/2) pihak sekolah mendatangi rumah Naesah di desa Diponggo untuk mengembalikan uang yang sudah diterimanya dengan bukti pembayaran kwutansi berstempel SMPN Tambak. Apa kata pihak sekolah kepada Ibu?,"Katanya ada kesalahan tekhnis, yaitu bukan masalah administrasi tapi untuk sosial pembangunan mushalloh, jadi mereka datang untuk meralat", terangnya.
Apakah Ibu waktu ke sekolah bicara soal uang sosial mushalloh? "tidak ada, hanya untuk menggati uang BOS," kembali menjawab dengan tegas.
Apa tidak ditempuh melalui jalur hukum?, "Aduh kasihan dech, gimana baiknya saja. Masalahnya ini untuk perbaikan bukan untuk menjatuhkan, bukan untuk mencemarkan hanya mau memperbaiki. Kalau tidak diperbaiki dari sekarang, iya bagi orang yang mampu membayar tapi bagi yang kurang mampu seperti saya, mau bagaimana?. Kalau untuk kebaikan, dilanjutkan terserah lah,"ucapnya diakhir pembicaraan bersama Media Bawean. (bst)
Posting Komentar