Media Bawean, 1 Februari 2010
Sumber : Jawa Pos
GRESIK- Tak hanya tersandung kasus dugaan korupsi, pembangunan lapter perintis di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, terhadang pembebasan lahan. Hingga kemarin (31/1), 3 hektare di antara 65 hektare lahan yang dibutuhkan belum bisa dibebaskan Pemkab Gresik. Pemilik lahan menolak melepas tanahnya dengan harga pemkab, yakni Rp 60 ribu per meter persegi.
"Pemilik tanah ingin tanahnya dibeli Rp 100 ribu per meter persegi," ujar Ilham Syifa', kepala Desa Tanjungori, saat dihubungi melalui telepon seluler (ponsel) kemarin (31/1).
Ilham berharap agar negosiasi ganti rugi segera mendapatkan titik temu. Dengan demikian, pembangunan lapter untuk pesawat jenis Cassa dan Twin Otter itu segera rampung. Dia menjelaskan, saat ini pembangunan lapter sudah rampung 70 persen. Pengerjaan landasan pacu sejauh 750 meter sudah selesai. "Tinggal sisa 200 meter yang belum digarap," ujar magister Fisipol UGM itu. Pembangunan sarana pendukung seperti perkantoran dan saluran air juga sudah selesai.
Pembangunan lapter di Desa Tanjungori tersebut dibiayai APBD Jatim. Pemkab berkewajiban menyiapkan dan membebaskan lahan. "Jika lapter ini bisa dioperasikan, transportasi ke Pulau Bawean bisa dari laut dan udara. Itu akan memudahkan masyarakat," katanya. (yad/soe)
Sumber : Jawa Pos
GRESIK- Tak hanya tersandung kasus dugaan korupsi, pembangunan lapter perintis di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, terhadang pembebasan lahan. Hingga kemarin (31/1), 3 hektare di antara 65 hektare lahan yang dibutuhkan belum bisa dibebaskan Pemkab Gresik. Pemilik lahan menolak melepas tanahnya dengan harga pemkab, yakni Rp 60 ribu per meter persegi.
"Pemilik tanah ingin tanahnya dibeli Rp 100 ribu per meter persegi," ujar Ilham Syifa', kepala Desa Tanjungori, saat dihubungi melalui telepon seluler (ponsel) kemarin (31/1).
Ilham berharap agar negosiasi ganti rugi segera mendapatkan titik temu. Dengan demikian, pembangunan lapter untuk pesawat jenis Cassa dan Twin Otter itu segera rampung. Dia menjelaskan, saat ini pembangunan lapter sudah rampung 70 persen. Pengerjaan landasan pacu sejauh 750 meter sudah selesai. "Tinggal sisa 200 meter yang belum digarap," ujar magister Fisipol UGM itu. Pembangunan sarana pendukung seperti perkantoran dan saluran air juga sudah selesai.
Pembangunan lapter di Desa Tanjungori tersebut dibiayai APBD Jatim. Pemkab berkewajiban menyiapkan dan membebaskan lahan. "Jika lapter ini bisa dioperasikan, transportasi ke Pulau Bawean bisa dari laut dan udara. Itu akan memudahkan masyarakat," katanya. (yad/soe)
Posting Komentar