Media Bawean, 11 April 2010
Sumber : Surabaya Post
GRESIK - Pembebasan lahan untuk pembangunan lapangan terbang (lapter) Bawean di Desa Tanjungori, Kec. Tambak Kab. Gresik, belum juga tuntas. Ada 10 pemilik lahan yang masih bersikeras mempertahankan tanahnya dengan harga Rp 100 ribu per meter persegi. Sementara Pemkab Gresik bersikukuh mematok harga Rp 60 ribu/M2.
Kepala Desa Tanjungori, Ilham Syifak, membenarkan kondisi tersebut. Namun demikan dia menyebut ada peningkatan. Sebab, sebelumnya ada 30 pemilik lahan yang bersikeras dengan harga Rp 100 ribu/M2. Namun, 20 pemilik akhirnya melepas ke Pemkab sebesar Rp 60 ribu/M2.
’’Setelah kami jelaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, sebagian warga sudah menerimanya tanahnya diganti rugi dengan harga Rp 60 ribu per meter persegi,’’ kata Ilham Syifak.
Menurut dia, bagi mereka yang tetap bertahan dengan harga Rp 100 ribu/M2 akan rugi sendiri. Sebab, pemerintah nantinya akan menempuh jalur konsinyasi, yakni menitipkan uang ganti rugi warga kepada pengadilan. Sedangkan lahan akan diambil alih oleh pemerintah dengan alasan untuk kepentingan umum.
Proyek Lapter Bawean berkali-kali tersendat. Selain terganjal pembebasan lahan, proyek yang dimulai tahun 2006 itu juga mangkrak karena kasus korupsi yang melibatkan sejumlah oknum Pemkab Gresik. Saat ini kasus korupsi tersebut masih ditangani kepolisian setempat.
Rencananya lahan seluas 4 hektare yang belum bisa dibebaskan tersebut bakal dibangun runway pesawat. Sebelumnya, pemerintah sempat mempertimbangkan, bila pembebasan lahan gagal, runway pesawat digeser dengan mereklamasi laut. Sehingga, runway bakal menjorok ke laut, mirip runway Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Pembangunan lapter itu menggunakan dana patungan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jatim, dan Pemkab Gresik. Pemkab Gresik harus menyediakan lahan sekitar 60 hektare, sementara pusat dan Jatim membangun fasilitas pendukungnya.
Pemkab Gresik sendiri pernah mentargetkan Lapter Bawean harus rampung tahun 2007. Namun, tidak tewujud. Kemudian ditargetkan tuntas 2009, namun lagi-lagi gagal hingga tahun 2010 ini. sep
Sumber : Surabaya Post
GRESIK - Pembebasan lahan untuk pembangunan lapangan terbang (lapter) Bawean di Desa Tanjungori, Kec. Tambak Kab. Gresik, belum juga tuntas. Ada 10 pemilik lahan yang masih bersikeras mempertahankan tanahnya dengan harga Rp 100 ribu per meter persegi. Sementara Pemkab Gresik bersikukuh mematok harga Rp 60 ribu/M2.
Kepala Desa Tanjungori, Ilham Syifak, membenarkan kondisi tersebut. Namun demikan dia menyebut ada peningkatan. Sebab, sebelumnya ada 30 pemilik lahan yang bersikeras dengan harga Rp 100 ribu/M2. Namun, 20 pemilik akhirnya melepas ke Pemkab sebesar Rp 60 ribu/M2.
’’Setelah kami jelaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, sebagian warga sudah menerimanya tanahnya diganti rugi dengan harga Rp 60 ribu per meter persegi,’’ kata Ilham Syifak.
Menurut dia, bagi mereka yang tetap bertahan dengan harga Rp 100 ribu/M2 akan rugi sendiri. Sebab, pemerintah nantinya akan menempuh jalur konsinyasi, yakni menitipkan uang ganti rugi warga kepada pengadilan. Sedangkan lahan akan diambil alih oleh pemerintah dengan alasan untuk kepentingan umum.
Proyek Lapter Bawean berkali-kali tersendat. Selain terganjal pembebasan lahan, proyek yang dimulai tahun 2006 itu juga mangkrak karena kasus korupsi yang melibatkan sejumlah oknum Pemkab Gresik. Saat ini kasus korupsi tersebut masih ditangani kepolisian setempat.
Rencananya lahan seluas 4 hektare yang belum bisa dibebaskan tersebut bakal dibangun runway pesawat. Sebelumnya, pemerintah sempat mempertimbangkan, bila pembebasan lahan gagal, runway pesawat digeser dengan mereklamasi laut. Sehingga, runway bakal menjorok ke laut, mirip runway Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Pembangunan lapter itu menggunakan dana patungan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jatim, dan Pemkab Gresik. Pemkab Gresik harus menyediakan lahan sekitar 60 hektare, sementara pusat dan Jatim membangun fasilitas pendukungnya.
Pemkab Gresik sendiri pernah mentargetkan Lapter Bawean harus rampung tahun 2007. Namun, tidak tewujud. Kemudian ditargetkan tuntas 2009, namun lagi-lagi gagal hingga tahun 2010 ini. sep
Posting Komentar