Media Bawean, 7 Mei 2010
Sumber : Jawa Pos
BAWEAN memang terpencil dan terpisah cukup jauh dari ''Gresik Daratan''. Namun urusan komunikasi, Bawean bisa jadi lebih modern dibanding wilayah Gresik lainnya. Lalu lintas komunikasi di pulau tersebut lebih banyak untuk hubungan internasional.
Hal itu bisa dilihat dari wartel (warung telekomunikasi) yang banyak ditemukan di pulau tersebut, baik di Kecamatan Sangkapura maupun Kecamatan Tambak. Wartel-wartel di sana lebih banyak melayani percakapan internasional dibanding interlokal ataupun lokal.
Dinding di bilik wartel banyak menuliskan kode area negara-negara di dunia. Karena itu, warga di sana lebih mengenal kode wilayah negara lain dibanding kode area daerah lain di Indonesia. "Kode area telepon lokal maupun interlokal tidak laku. Yang laku, SLI (sambungan langsung internasional)," ujar Abdul Basid, salah satu pemilik wartel di Kecamatan Sangkapura.
Itu bisa dimaklumi karena banyak warga Bawean, terutama yang laki-laki, pergi merantau ke luar negeri. Sebelum 2006, pengusaha wartel di sana bisa meraup penghasil kotor Rp 10-15 juta per bulan. Seiring kecanggihan alat telekomunikasi, keberadaan wartel mulai tersisihkan digantikan dengan seluler. Namun, di sejumlah desa di Sangkapura maupun Tambak, warga masih setia menggunakan wartel untuk komunikasi dengan keluarga di rantau. (yad/ruk)
Sumber : Jawa Pos
BAWEAN memang terpencil dan terpisah cukup jauh dari ''Gresik Daratan''. Namun urusan komunikasi, Bawean bisa jadi lebih modern dibanding wilayah Gresik lainnya. Lalu lintas komunikasi di pulau tersebut lebih banyak untuk hubungan internasional.
Hal itu bisa dilihat dari wartel (warung telekomunikasi) yang banyak ditemukan di pulau tersebut, baik di Kecamatan Sangkapura maupun Kecamatan Tambak. Wartel-wartel di sana lebih banyak melayani percakapan internasional dibanding interlokal ataupun lokal.
Dinding di bilik wartel banyak menuliskan kode area negara-negara di dunia. Karena itu, warga di sana lebih mengenal kode wilayah negara lain dibanding kode area daerah lain di Indonesia. "Kode area telepon lokal maupun interlokal tidak laku. Yang laku, SLI (sambungan langsung internasional)," ujar Abdul Basid, salah satu pemilik wartel di Kecamatan Sangkapura.
Itu bisa dimaklumi karena banyak warga Bawean, terutama yang laki-laki, pergi merantau ke luar negeri. Sebelum 2006, pengusaha wartel di sana bisa meraup penghasil kotor Rp 10-15 juta per bulan. Seiring kecanggihan alat telekomunikasi, keberadaan wartel mulai tersisihkan digantikan dengan seluler. Namun, di sejumlah desa di Sangkapura maupun Tambak, warga masih setia menggunakan wartel untuk komunikasi dengan keluarga di rantau. (yad/ruk)
Posting Komentar