Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Mimpi Bawean Menjadi Bali

Mimpi Bawean Menjadi Bali

Posted by Media Bawean on Senin, 03 Mei 2010

Media Bawean, 3 Mei 2010

Sumber : Surabaya Post

GRESIK - Potensi di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, sebenarnya sangat melimpah, mulai wisata, industri, hingga perikanan sungguh menjanjikan. Namun, sumber daya belum tergarap karena Pulau Bawean yang berjarak sekitar 81 mil dari Pelabuhan Gresik itu terkesan seperti dianaktirikan oleh Pemkab setempat.

Pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan listrik yang tidak memadai, serta susahnya transportasi menuju Bawean menjadi penghambat pengembagan potensi. Bahkan, separo lebih warga Bawean usia produktif memilih mengais rezeki di keluar daerah hingga mancanegara, seperti di Malaysia dan Singapura. Sebab, di Bawean mereka merasa tidak ada harapan.

Di pulau yang hanya terdiri atas dua kecamatan itu, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Tambak, terdapat sejumlah tempat wisata. Tempat-tempat tersebut tidak kalah indahnya dengan Bali atau Lombok jika mampu digarap dengan sempurna. Potensi wisata di Bawean memang terbilang lengkap seperti wisata di Pulau Dewata, mulai wisata alam, budaya, hingga kerajinan khas ada di pulau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Putri itu.

Sama halnya dengan Pulau Lombok, Pulau Bawean juga dikelilingi pulau-pulau kecil. Di sebelah timur Pulau Bawean ada Pulau Gili. Sebalah selatan ada Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Menuri, dan Pulau Beci. Sedangkan di sebelah barat ada Pulau Nusa, Pulau Birang-Birang, dan Pulau Tanjung Cina. Di sebelah barat daya Pulau Bawean ada Pulau Karangbilla. Ada sembilan pulau kecil mengelilingi Bawean, semuanya memiliki keindahannya masing-masing.

Sedangkan beberapa wisata alam lain yang ada di Bawean adalah Taman Laut Gili, Taman Laut Noko, Pantai Pasir Putih, Wisata Pantai Ria di Desa Dekatagung Kec. Sangkapura. Kemudian, air terjun Palomon, Kuduk-Kuduk, dan air terjun Laccar. Yang paling tekenal adalah Danau Kastoba.

Sementara kerajinan khas Bawean antara lain kerajinan batu onyx, tikar pandan. Sedangkan makanan khasnya adalah kerupuk dan gula aren atau dikenal la’ang. Bawean juga penghasil ikan laut.


Transpotasi

Namun potensi itu hingga kini belum tergarap dengan sempurna, karena terkendala transportasi dan infastruktur yang tidak memadai. Untuk menuju Bawean, satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah transportasi laut. Hanya ada dua kapal penumpang yang melayani penyebrangan Gresik-Bawean atau sebaiknya, yaitu Kapal Motor Penumpang (KMP) Express Bahari 8B dan KMP Dharma Kartika.

Dan tiket perjalanan kapal itupun terbilang mahal, kelas VIP Rp 156.500, eksekutif Rp 131.500, sedangkan kelas ekonomi Rp 116.500. Dengan menumpang KMP Dharma Kartika, perjalanan dari Pelabuhan Gresik hingga ke Pelabuhan Sankapura (Bawean) membutuhkan waktu selama delapan jam. Jadwal keberangkatan dari Gresik ke Bawean setiap hari Jumat, Minggu, Selasa, dan keberangkatan dari Bawean ke Gresik setiap hari Sabtu, Senin, dan Rabu.

Apabila menumpang kapal KMP Express Bahari 8B hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Karena bisa menempuh waktu jauh lebih singkat dari KMP Dharma Kartika, KMP Express Bahari yang berbahan fiber ini harus antre untuk memesan tiket, kursinya selalu penuh setiap kali keberangkatan. Jadwal KMP Express Bahari 8B dari Gresik ke Bawean setiap hari Sabtu, Senin, dan Rabu, sedangkan dari Bawean Gresik setiap hari Minggu, Selasa, dan Kamis.

’’Transportasi menuju Bawean masih terbatas. Inilah yang menjadi salah satu kendala saat ini, industri susah dikembangkan di Bawean,’’ kata Moch Najikh, pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gresik.

Meskipun jadwal keberangkatan kapal hampir setiap hari ada, perjalanannya butuh waktu yang cukup lama. ’’Transportasi menuju ke Bawean ini masih menjadi kendala,’’ tandasnya kembali.


Lapangan Terbang

Dengan selesainya pembangunan Lapter Bawean di Desa Tanjungori, Kec. Tambak, Najikh berharap, nantinya transportasi menuju ke Bawean lebih mudah. Ke depan, potensi Bawean khususnya sektor wisata yang akan menjadi fokus garapan Pemkab Gresik. ’’Mulai wisata religi, alam, maupun budaya. Pengembangan sektor pariwisata di Bawean juga menjadi program propinsi,’’ jelasnya.

Najikh menambahkan, saat ini upaya pemkab adalah membangun image di luar Gresik jika Bawean memiliki potensi wisata yang luar biasa. Selain itu, pemkab juga tengah berupaya mensosialisasikan program-program tesebut ke masyarakat setempat, Bawean.

’’Ketika lapter sudah jadi, kami memiliki cita-cita Bawean seperti Dubai, ketika kita mau ke Eropa sebelumnya harus transit di Dubai. Nanti, kami memiliki cita-cita Bawean menjadi transit ketika orang menuju ke Kalimantan,’’ katanya.

Sayangnya, Lapter di Bawean yang telah direncanakan mulai 2006 lalu hingga kini belum juga tuntas karena terkendala pemebabasan lahan. Sekitar sepuluh pemilik lahan masih bersikeras mempertahakan tanahnya dengan harga Rp 100 ribu per meter perseginya, sementara pemkab setempat juga ngotot hanya mematok harga Rp 60 ribu per meter persegi.

Kepala Desa Tanjungori, Ilham Syifak membenarkan kondisi itu. Ada sepuluh pemilik lahan yang tetap ngotot dengan harga Rp 100 ribu. Kendati demikian, hal ini merupakan peningkatan, sebab sebelumnya ada 30 pemilik lahan yang bersikeras dengan harga Rp 100 ribu, tapi kini 20 orang lainnya telah menerima harga yang telah diberikan pemkab sebesar Rp 60 ribu.

Proyek lapter Bawean berkali-kali tersendat, selain terganjal pembebasan lahan, proyek itu juga mangkrak karena kasus korupsi yang melibatkan sejumlah oknum dari pejabat pemerintah kabupaten, dan saat ini kasusnya masih ditangani kepolisian setempat.

Sedangkan, kendala pembebasan lahan muncul lantaran belum ada kesepakatan harga anatara Pemkab Gresik dengan warga pemilik lahan. Rencananya lahan seluas 4 hektare yang belum bisa dibebaskan tersebut bakal dibangun runway pesawat.

Sebelumnya sempat menjadi pertimbangan pemerintah apabila tidak tercapai kesepakatan, maka runway pesawat bakal digeser dengan mereklamasi laut, hehingga runway yang dibangun nantinya bakal menjorok ke laut, mirip dengan runway Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.

Pembangunan lapter itu menggunakan dana patungan, Pemerintah Pusat, Provinsi Jatim, dan Pemkab Gresik. Pemkab Gresik harus menyediakan lahan sekitar 60 hektare, sementara Pemerintah Pusat dan Pemprov Jatim membangun fasilitas pendukungnya.

Pemkab Gresik sendiri pernah mentargetkan lapter Bawean harus rampung tahun 2007. Namun, tidak tewujud. Kemudian ditargetkan tuntas 2009, namun lagi-lagi gagal hingga tahun 2010 ini. sep

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean