Media Bawean, 22 Juni 2010
Mazidi (40 th.) asal Kepongan desa Kebuntelukdalam Sangkapura Pulau Bawean berprofesi sebagai guru ngaji sudah tujuh bulan berada di negeri jiran Malaysia dengan menggunakan permit. Bagaimana pengalaman beliau selama di negeri jiran? berikut hasil liputan Media Bawean bersama Mazidi ketika berada diatas Kapal Dharma Kartika, hari ini (selasa, 22/6).
Pendidikan Mazidi diawali sebagai santri di Pondok Pesantren Lao'an Kebuntelukdalam Sangkapura dengan pengasuh Kyai Moh. Yusuf selama 11 tahun. Dilajutkan nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri selama 7 tahun.
Setelah mondok, Mazidi mengabdikan dirinya di masyarakat Kepongan sebagai guru madrasah, guru langgar dan imam masjid. Setelah cukup lama mengabdi, Mazidi mendapat tawaran saudaranya di Malaysia untuk sebagai guru ngaji disana.
Penawaran tersebut, langsung direspon oleh Mazidi dengan pergi ke Malaysia. Sampai disana, dipercaya sama saudaranya untuk mengajar mengaji ditempat-tempat khusus dengan santri berasal dari berbagai daerah, termasuk warga melayu Malaysia.
"Alhamdulillah selama 7 bulan di Malaysia, mampu membeli sepeda motor dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga," katanya.
"Di Malaysia, guru mengaji sangat dihargai oleh santrinya, mereka berani bayar mahal untuk mendapatkan ilmu. Sebaliknya di Indonesia, gaji guru mengaji belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, harus mempunyai pekerjaan khusus sebagai penunjang guna mencukupi kebutuhan rumah tangga," tuturnya.
Selain berprofesi sebagai guru mengaji, Mazidi aktif diundang berceramah oleh warga di Malaysia. (bst)
Pendidikan Mazidi diawali sebagai santri di Pondok Pesantren Lao'an Kebuntelukdalam Sangkapura dengan pengasuh Kyai Moh. Yusuf selama 11 tahun. Dilajutkan nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri selama 7 tahun.
Setelah mondok, Mazidi mengabdikan dirinya di masyarakat Kepongan sebagai guru madrasah, guru langgar dan imam masjid. Setelah cukup lama mengabdi, Mazidi mendapat tawaran saudaranya di Malaysia untuk sebagai guru ngaji disana.
Penawaran tersebut, langsung direspon oleh Mazidi dengan pergi ke Malaysia. Sampai disana, dipercaya sama saudaranya untuk mengajar mengaji ditempat-tempat khusus dengan santri berasal dari berbagai daerah, termasuk warga melayu Malaysia.
"Alhamdulillah selama 7 bulan di Malaysia, mampu membeli sepeda motor dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga," katanya.
"Di Malaysia, guru mengaji sangat dihargai oleh santrinya, mereka berani bayar mahal untuk mendapatkan ilmu. Sebaliknya di Indonesia, gaji guru mengaji belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, harus mempunyai pekerjaan khusus sebagai penunjang guna mencukupi kebutuhan rumah tangga," tuturnya.
Selain berprofesi sebagai guru mengaji, Mazidi aktif diundang berceramah oleh warga di Malaysia. (bst)
Posting Komentar