Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Ponpes Hasan Jufri Lebak
Menatap Masa Depan

Ponpes Hasan Jufri Lebak
Menatap Masa Depan

Posted by Media Bawean on Kamis, 30 September 2010

Media Bawean, 30 September 2010

RESENSI BUKU

Judul : Pesantren Hasan Jufri Menatap masa Depan
Penulis : Dr. Syahrul Adam
Hal : 96
Lampiran : Nadzam Tauhid berbahasa Bawean
Peresensi : Ali Asyhar

Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua dan asli Indonesia. Konon konsep pesantren meniru Ashab al- Suffah yaitu para sahabat muhajirin yang tinggal di emperan masjid Nabawi sembari mengikuti pengajian Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kata “ santri” menurut John yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofir (1984: 18) berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan Berg dalam buku yang sama berpendapat bahawa kata santri berasal dari kata Shastri dalam bahasa India yang berarti orang yang tahu buku suci agama Hindu, atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata santri diartikan orang yang mendalami agama islam. Sedangkan pesantren merupakan kata jadian dari kata santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” diartikan sebagai tempat untuk tinggal dan belajar santri. Dari pengertian tersebut Zamakhsyari Dhofir menyebutkan ada lima unsur pokok pesantren yaitu Kyai, santri, pondok, masjid/mushala dan kitab-kitab klasik.

Pesantren tertua di Indonesia adalah pesantren Tegalsari Ponorogo yang didirikan tahun 1742, tetapi survey Belanda tahun 1819 mengesankan bahwa pesantren itu belum seperti pesantren yang sebenarnya. Dilaporkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang mirip pesantren sudah ada di Priangan, Pekalongan, Rembang, Kedu, Surabaya, Madiun dan Ponorogo. Menurut Nurcholis Madjid penjajahan yang terjadi di Indonesia telah mengubah pertumbuhan sitem pendidikan di Indonesia. Seandainya tidak ada penjajahan mungkin yang muncul bukanlah UI, ITB, UGM atau yang lainnya tetapi namanya mungkin Universitas Termas, Krapyak, Bangkalan, Tebuireng, Sidogiri, Lasem dan seterusnya.

Cikal bakal Pesantren Hasan Jufri dimulai saat KH. Hasan Jufri pulang dari pesantren. Ia termasuk santri kelana sebagaimana ulama-ulama yang lain. Mulanya ia nyantri di Termas selama tiga tahun. Kemudian melanjutkan pengembaraanya di Tebuireng dibawah asuhan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Tidak lama kemudian ia pindah ke pesantren Panji Buduran dan mengakhirinya di pesantren Sidogiri. Di Sidogiri Hasan Jufri belajar selama 17 tahun dan sangat akrab dengan putra-putranya pengasuh seperti Kyai Abdul Jalil, Kyai Khalil dan Kyai Abdul Adhim. Ia dijuluki macan dari Bawean karena kecerdasan dan keberaniannya.

KH.Hasan Jufri memulai pengajiannya di rumahnya, Lebak. Selanjutnya ia memindahkan pengajiannya di Keboangung. Suaranya yang merdu menambah animo masyarakat untuk mendengarkan petuah-petuahnya sehingga namanya terkenal se Bawean dan santrinya berdatangan dari berbagai penjuru. Saat itu belum ada nama pesantrennya sebab pengajiannya difokuskan di mushala dan santrinya masih santri kalong yaitu santri pulang-pergi. KH. Hasan Jufri meninggal tahun 1940-an dengan meninggalkan seorang putra, Baharudin yang masih berusia 6 tahun. Pengajian dilanjutkan oleh keponakannya yaitu KH. Yusuf Zuhri.

Pada era Kyai Yusuf Zuhri pengajian lebih dominan al-Qur’an karena beliau adalah seorang Hafidz. Yusuf adalah santri KH.Munawir Krapyak Yogyakarta. Selepas dari Krapyak ia nyantri di Sidogiri selama 7 tahun. Kurang lebih 40 tahun Kyai Yusuf Zuhri mengasuh pesantren sampai beliau berpulang tahun 1981. Beliau meninggalkan 11 putra-putri dan salah seorang putranya yakni KH.Bajuri Yusuf menggantikannya mengasuh pesantren hingga saat ini.

Pada periode ke tiga inilah pesantren Hasan Jufri mengalami perkembangan yang signifikan. Jumlah santri terus bertambah dan mulai dibuka sekolah formal. Awalnya adalah Madrasah Tsanawiyah pada tahun 1983 dengan 86 murid. Kepercayaan masyarakat yang tinggi menuntut untuk dibuka Madarasah Aliyah pada tahun 1986. Muridnya adalah lulusan dari Madarasah Tsanawiyah Hasan Jufri. Saat ini jumlah siswa MTs Hasan Jufri lebih dari 500 siswa dan membuka kelas Internasional ( ICP). Sedangkan MA Hasan Jufri jumlah siswa lebih dari 300 siswa dengan 3 program yaitu IPS, IPA dan MAK. Kedepan direncanakan untuk melengkapinya dengan program bahasa.

Pada tahun 2010 ini dibuka perguruan Tinggi pertama di Bawean yang legal yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri ( STAIHA) Bawean dengan SK dari Dirjend pendidikan Islam Kementrian Agama RI nomor : Dj.I/347A/2010.

Sebagai penulis, Syahrul Adam memulai tulisannya tentang pesantren secara umum dan hal yang terkait dengannya. Selanjutnya ia memaparkan biografi singkat pendiri dan penerus yakni KH. Hasan Jufri, KH.Yusuf Zuhri dan KH.Bajuri Yusuf. Perkembangan Pesantren Hasan Jufri dielaborasi cukup menarik dan akurat dengan data-data terbaru. Dan Syahrul mengakhiri tulisannya dengan makna lambang pesantren Hasan Jufri. Menariknya dalam buku ini juga dilampirkan Nadzam Tauhid berbahasa Bawean karya KH.Hasan Jufri.

Sebagai alumni Syahrul Adam patut diacungi jempol karena telah berikhtiar dengan menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi kebaikan almamater. Jazakumullah Ahsanal Jaza.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean