Media Bawean, 1 Oktober 2010
Sumber : Antara Jatim
Gresik – Kelanjutan proyek pembangunan lapangan terbang (lapter) di Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur terancam gagal, karena kesepakatan harga tanah yang ditawarkan pemerintah tidak pernah ada titik temu dengan harga yang diharapkan pemilik lahan.
Selain itu, dana untuk pembebasan lahan juga tidak dianggarkan pada APBD 2010. Apalagi APBD 2010 saat ini defisit Rp30 miliar, kata Zulfan Hasyim Ketua DPRD Gresik, Jumat.
"Apalagi SKPD (satuan kerja perangkat daerah) dalam hal ini Bagian Administrasi Pemkab Gresik tidak berani memberikan jaminan pembebasan lahan akan tuntas tahun ini jika dianggarkan dalam APBD 2010," jelas pria asli Bawean ini.
Sekalipun dianggarkan, kata Zulfan, pembebasan lahan tidak akan bisa tuntas karena tidak ada titik temu harga.
"Jadi, buat apa menganggarkan sesuatu yang tidak pasti, lebih baik dana yang masih defisit ini dianggarkan untuk program lain yang lebih penting," tandasnya.
Ia mengemukakan, Pemporv Jatim memberikan batas terakhir tahun 2010 ini untuk pembebasan lahan seluas 3,5 hektar.
"Kita seperti makan buah simalakama. Lapter sangat dibutuhkan investor untuk pengembangan Bawean," katanya.
Dari luas lahan 3,5 hektar yang dibutuhkan milik 28 orang, dan saat ini tujuh orang yang tidak menerima harga dari pemerintah.
"Pemerintah menawar dengan harga Rp60 ribu per meter persegi, warga meminta harga Rp100 ribu per meter persegi," terangnya.
Karena itu, jelas Zulfan, dalam waktu dekat ini pihaknya bersama eksekutif akan melakukan lobi-lobi lanjutan ke Pemrov agar mau melonggarkan deadline-nya hingga tahun depan.
"Jangan sampai pembangunan lapter ini gagal. Kami akan melobi Provinsi, jika tidak dana sharing dari Provinsi akan susah direalisasikan. Sebab tahun ini pembebasan lahan belum bisa dituntaskan," tegasnya.
Posting Komentar