Media Bawean, 7 Januari 2011
Adakah peranan perempuan asal Pulau Bawean dalam mengisi dinamika kehidupan sebagai pemimpin? Bagaimana respon perempuan asal Bawean, menyikapi peranan kaumnya dalam mengisi pembangunan? berikut hasil liputan Media Bawean ;
Musyayana (Aktivis Perempuan Asal Bawean Di Surabaya)
Musyayana (Aktivis Perempuan Asal Bawean Di Surabaya)
Pemerintah daerah cenderung mengadopsi gagasan otonomi daerah secara parsial. Akhirnya hanya diterjemahnya sebagai model pembangunan yang bernuansa regulasi perda, sengaja menjadikan regulasi retrebusi sebagai alat yang ampuh mendongkrak APBD. Tapi meminggirkan model-model pembangunan sektor ekonomi. Akibatnya, rakyat bukan menjadi berdaya tapi semakin terpuruk di menara gading kebijakan yang absurd.
Fakta di Bawean, sampai saat ini hanya mengutamakan pembangunan fisik yang itu pun rentan menjadi lahan korupsi. Tidak ada program pemberdayaan sosial ekonomi kerakyatan. apalagi program yang konsen pada pemberdayaan perempuan. Tingginya tingkat kematian ibu dan anak sebagai bukti bahwa pemerintah belum respek terhadap persoalan hak reproduksi perempuan. Tingginya kasus pelecehan seksual terhadap kelompok perempuan dan anak menjadi fakta lain lemahnya proteksi aparat dan pemerintah terhadap korban, karena tidak sedikit pelaku yang mendapatkan keringanan hukum.
Jika pemerintah tetap mengadopsi pola regulasi yang skeptis, maka tidak akan pernah terwujud tatana masyarakat yang sejahtera secara ekonomi dan demokratis secara sosial politik. Siapapun pemimpinnya, jangan jadikan jargon pembangunan sebagai retorika tapi wajib dimaterialkan!!
Sundusiyah (Kepala Desa Tambak)
Biasa saja, dalam menghadapi segala hal dengan sebatas kemampuan yang saya miliki. Ternyata masih mampu menjalani dengan dinamika segala hal yang harus kuhadapi. Alhamdulillah masih mampu mengatasi segala permasalahan.
Secara pribadi saya berpendapat, bahwa dengan ditakdirkannya sebagai pemimpin di desa, itu merupakan contoh bahwa kaum wanita itu setara dengan kaum laki-laki. Walaupun dari beberapa sisi masih banya kekurangan, untuk itu kami berharap agar kaum wanita yang ada di Bawean untuk berpacu dengan kaum laki-laki dalam membangun bangsa ini, dengan tidak meninggalkan harkat dan martabat sebagai kaum hawa.
Wiwin Suryaningsih (Guru)
Pengembangan kepemimpinan perempuan saat ini adalah era kememimpinan perempuan, tapi ada yang perlu dipertanyakan adalah berapa besar perbedaan jumlah pemimpin perempuan dengan pria, apakah kedudukan pemimpin perempuan tersebut dikarenakan kemampuannya atau hanya siasat kedudukan saja. Apakah pemimpin perempuan telah dapat menyuarakan aspirasi wanita?
Saya menyakini bahwa perempuan punya kemampuan menjadi pemimpin tapi kenyataannya perempuan sering dianggap lebih cocok mengerjakan peran sosial, sedangkan peran di sektor publik identik laki-laki. Di Pulau Bawean, sedikit pemimpin wanita dan kebanyakan sebagai midle leader bukan top leader, hal ini disebabkan sosial budaya, interpretasi ajaran agama, mitos dan stereotip yang menekankan pada tugas perempuan sebagai ibu rumah tangga. Brovo Wanita Indonesia. (bst)
Posting Komentar