Media Bawean, 23 Februari 2011
Oleh : JAMALUDDIN, S.Si*
Mari Pertahankan Kultur Aman Di Pulau Bawean
Sudah sebulan ini warga Pulau Bawean digegerkan oleh isu adanya maling sakti ala ninja, yang sering mengintai dan masuk ke rumah warga untuk menjarah benda-benda berharga, kemudian imbasnya mayoritas warga sudah mulai resah terhadap stabilitas kenyamanan dan keamanan di Pulau Bawean, walaupun realitanya belum ada bukti dari warga yang melapor kemalingan kepada pihak kepolisian, tetapi fenomena gelagat dari gerak-gerik orang ala ninja yang mencurigakan telah ditemukan di banyak tempat di Bawean.
Banyak kampung yang sudah melakukan gerakan jaga malam, gejala ini jelas menggoyahkan ketahanan tatanan sosial dan ketahanan pangan warga Bawean, rasa damai yang dirasakan warga selama ini dalam berinteraksi antar sesama dan alam, menjadi terusik karena harus mengkonsentrasikan waktunya hanya sekedar mau menjaga harta dan keluarganya.
Mari Pertahankan Kultur Aman Di Pulau Bawean
Sudah sebulan ini warga Pulau Bawean digegerkan oleh isu adanya maling sakti ala ninja, yang sering mengintai dan masuk ke rumah warga untuk menjarah benda-benda berharga, kemudian imbasnya mayoritas warga sudah mulai resah terhadap stabilitas kenyamanan dan keamanan di Pulau Bawean, walaupun realitanya belum ada bukti dari warga yang melapor kemalingan kepada pihak kepolisian, tetapi fenomena gelagat dari gerak-gerik orang ala ninja yang mencurigakan telah ditemukan di banyak tempat di Bawean.
Banyak kampung yang sudah melakukan gerakan jaga malam, gejala ini jelas menggoyahkan ketahanan tatanan sosial dan ketahanan pangan warga Bawean, rasa damai yang dirasakan warga selama ini dalam berinteraksi antar sesama dan alam, menjadi terusik karena harus mengkonsentrasikan waktunya hanya sekedar mau menjaga harta dan keluarganya.
Tampaknya sifat kekeluargaan yang kental dan keramahtamahan warga Bawean kepada sesamanya, kearifan dan kebijakan lokal yang sering memanusiakan orang, dan sifat santun dalam menempatkan orang, telah dinilai dan dimanfaatkan negatif oleh oknum warga pendatang. Fenomena maling ala ninja yang telah mengusik kedamaian warga Bawean ini tidak boleh dibiarkan terjadi berkepanjangan, harus segera dicari solusinya atau dilakukan antisipasi dini sebagai target untuk menangkap maling tersebut dan antisipasi jangka panjang untuk menutup kran maling masuk ke Pulau Bawean. Berikut sumbang saran untuk segera menemukan biang kerok penyebab kresehan sekaligus untuk melestarikan dan menjunjung kultur aman ke depan di Pulau Bawean, diantaranya:
1. Muspika harus segera melakukan koordinasi, duduk bersama dengan kepala desa untuk menerapkan aturan tertib ber-KTP kepada warga, kemudian memerintahkan kepada kepala dusun/ ketua RW dan ketua RT untuk mengadakan penyisiran kelengkapan kartu identitas terhadap warga pendatang, dan jika ternyata ditemukan tidak mempunyai kartu identitas (KTP dan surat pindah), maka harus berani dengan tegas untuk memulangkan yang bersangkutan.
2. Agen kapal/ perahu menuju Bawean di Gresik harus menerapkan tertib administrasi dalam penjualan tiket, yaitu bagi calon penumpang dewasa wajib melampirkan foto kopi kartu identitas saat terjadi transaksi pembelian tiket. Jika konsep ini betul-betul dipatuhi oleh agen kapal/ perahu, sudah tentu sangatlah membantu memfilter untuk tidak sembarangan orang bisa masuk ke Pulau Bawean, bukankah selama ini pelaku dari kejadian maling di Bawean adalah warga pendatang?. Peran dari petinggi syahbandar/ pemda gresik sangat diharapkan dalam mengawal pemberlakuan kebijakan ini.
3. Di semua kampung/ dusun harus diberlakukan jam bertamu malam dan wajib lapor bagi pendatang. Harus ada kesepakatan batasan waktu kunjung malam yang diberlakukan kepada warga dari luar kampung/ dusun tersebut, dan juga memberlakukan wajib lapor kepada pendatang yang akan menginap ataupun yang akan menetap, tentunya peraturan ini harus dituang dalam bentuk peraturan desa/ peraturan dusun (tertulis) sebagai acuan dalam bertindak.
4. Semua elemen harus berpartisipasi melakukan gerakan piket ronda malam, dan warga harus punya kesadaran yang sama untuk mawas diri dalam mengawal kelestarian rasa aman dan terib di Bawean, sehingga jika ada isyarat kejadian negatif, maka dengan secara kompak bisa menyebarkan informasi untuk mengambil langkah kongkrit dalam mengatasinya. Piket ronda malam berfungsi memantau stabilitas keamanan kampung, jika ditemukan gelagat orang yang dicurigai, maka harus segera memberi simbol informasi kepada warga biar segera dapat diambil tindakan secara bersama.
5. Membangun komunikasi yang baik dengan pihak kepolisian, dengan cara di setiap dusun dibuat forum penanggung jawab keamanan dusun sebagai mitra kepolisian, forum ini berperan sebagai fasilitator dalam membangun koordinasi untuk bertindak dan kemudian meneruskan informasi terhadap temuan kejadian kepada berwajib untuk mempermudah mencarikan solusi dan dalam rangka untuk mengantisipasi cepat kemungkinan terjadinya perbuatan anarkis/ main hakim sendiri dari warga.
6. Segenap warga Bawean harus segera merubah pola menyimpan uang dan harta berharga lainnya di tempat yang lebih aman, yang dulu selalu berpikiran positif dengan menganggap situasi lingkungan selalu kondusif sehingga mengabaikan keamanan penyimpanan, sudah saatnya merubah pola dengan membuat semisal berangkas pribadi sehingga penyimpanan harta berharga tersebut tidak bisa ditebak oleh siapapun tempatnya.
7. Melakukakan tindakan persuasif dini kepada anak-anak kita sebagai program jangka panjang, dengan terus mengupayakan menanamkan nilai-nilai syariah, tentu penanaman nilai normatif ini manfaatnya untuk membentengi perilaku dholim-kebiasaan mermpas yang bukan haknya, menanamkan kejujuran dan menghindari pengaruh ajakan liar yang tidak bertanggung jawab dari oknom pendatang sehingga anak-anak kita dapat mengantisipasi adanya provokasi merusak ketahanan tatanan sosial dan kultur aman yang sudah dilestarikan nenek moyang kita selama ini.
Jika tujuh konsep di atas dilaksanakan, ditambah dengan pemantapan kebersamaan kepentingan, maka eksisitas kultur aman di Bawean akan selalu terjaga, dan secara otomatis jati diri dari perilaku warga bawean yaitu watak yang mengedepankan rasa arif, sopan, berpikiran jernih dan menjunjug norma dan hukum juga akan sendirinya menjadi lestari. Sudah saatnya warga Bawean membuat kebijakan konsep keamanan yang sama untuk diterapkan secara bersama di pulau bawean. Kejadian maling dan berbagai modus penipuan yang selama ini kerap terjadi yang notabenenya pelakunya selalu warga pendatang atau akibat dari hasutan warga pendatang sudah tidak perlu lagi terjadi untuk kesekian kalinya. Biarlah aparat kepolisian bekerja secara prosedural dalam menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat, tapi mari buka mata hati dari semua elemen warga Bawean untuk membangun konsep dan prinsip yang sama untuk melestarikan kultur aman Pulau Bawean, jangan sampai terkikis hanya karena kesibukan dan kecuekan karena merasa tidak punya kepentingan.
Kenapa dulu para leluhur kita di Bawean mampu menciptakan kultur aman, tentunya banyak sudut pandang untuk mendiskusikannya, setidaknya rasa kehidupan aman dan aman telah tercipta pada saat itu, tidak ada keresahan dan perasaan kecurigaan sedikitpun dalam kehidupan mereka, masyarakat dengan leluasa dan bebas menaruh barang di mana saja, kemudian kepercayaan dan kejujuran telah begitu terpatri dalam pribadi mereka. Jangankan sudah nyata harta berharga, harta tidak bernilaipun jika hilang karena tidak sadar letak keberadaannya, tapi yang terjadi pastilah harta itu kembali kepada pemiliknya. Saat ini yang ada dalam benak kita, mungkin muncul pertanyaan: apakah bisa warga Bawean mengembalikan kultur nyaman dan aman yang sudah terkikis ini ?, tentunya jawabannya terasa berat untuk mengemablikannya, harus ada niatan dan gerakan yang sama untuk membangun kembali jati diri perilaku yang hilang ini, kemudian dibuat konsep yang jelas untuk menjadikan acuan bersama. Semoga anak bangsa dari bawean sama-sama merenung dan melakukan gerakan dalam rangka mengembalikan dan melestarikan kultur aman Bawean.
* Penulis adalah Praktisi Pendidikan di Bawean
Posting Komentar