Media Bawean, 15 Februari 2011
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. sebagian besar sudah dilaksanakan hari ini (selasa, 15/2/2011) di masjid dan mushollah seluruh Pulau Bawean.
Terlihat angkatan yang disuguhkan oleh warga sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, yaitu didalamnya makanan yang dijual di toko, nyaris tidak terlihat rengginang ataupun makanan khas Pulau Bawean.
KH. Badrussurur dari Daun, mengatakan terus terang bahwa angkatan sudah berubah disetiap dusun dengan hidangan tidak tukar menukar dan pendapatan uang meningkat, namun manfaat mengisi mental sudah kurang.
Ustad Agus Syuhadak dari Pedalaman Lebak, menyatakan ada banyak perubahan, hanya saja perlu penghayatan dan pemaknaan terhadap molod ke arah agamis dan memupuk jiwa kaum muslimin.
Tokoh masyarakat Tambak, H. Abdul Kholik, menyatakan tahun ini sama dengan tahun kemarin, baik sedekahmolod "angkatan", isinya, bentuknya, maupun acaranya. Makin besar sedekahmolodnya makin besar uang benderanya.
"Molod di Tambak Timur tahun ini molodna tamba raje, bendera uangnya makin besar, dapat 25,7juta,"katanya.
"Saya lebih suka mengistilahkan dengan istilah "sadekahmolod" atau "sandekahmolod" dibandingkan "angkatan" atau "angkaan","tuturnya.
Sementara Achsanul Haq sebagai Sekretaris Bawean Serambih Madinah (BSM) mengatakan dari segi melestarikan budaya Islam memang ada perubahan, karena bisa menghidupkan kembali sehingga bisa dibuat agenda tahunan dengan bisa harapan minimal turis manca negara yang notabene berasal dari Bawean, tertarik untuk pulang kampung.
"Harapan besar bisa menambah devisa yang masuk Pulau Bawean, guna meningkatkan perekonomian,"ujarnya.
Ketua MUI kecamatan Sangkapura KH. Abdul Latif menilai bahwa pada dasarnya peringatan maulid yang dilaksanakan oleh etnis Bawean dimana saja berada tidak ada perubahan, yaitu sama - sama mencoba untuk mengambil suri tauladan Rasulullah yang berpijak pada kisah sejarah yang dihimpun dalam kitab Majmu' Asysyarif, walaupun kadang berbeda dalam menentukan pilihan ada yang condong ke Syekh Jakfar atau Syekh Dibai.
"Namun berbeda dalam menarik untuk simpati pengunjung untuk hadir dengan istilah berkat di era tahun 1960 sampai 1980, berkat membawa sendiri untuk di konsumsi sendiri. Sedangkan berikutnya berbeda menurut alur zaman yang berbeda, itupun tidak mengapa, malah tambah bagus,"paparnya.
"Harapannya peringatan maulid, mari kita pertahankan sebagai budaya etnis Al Baweani dengan tidak melupakan pijakan aslinya,"harapan KH. Abdul Latif.
KH. Sudarman sebagai Ketua MUI Kecamatan Tambak, dihubungi Media Bawean mengatakan pelaksanaan maulid di Kecamatan Tambak tidak ada perubahan, justru lebih semarak diisi dengan perlombaan islami seperti lomba adzan, dan lain-lain.
"Angkatan di masjid tetap seperti dahulu, sedangkan benderanya di berkat juga tambah banyak antara Rp.50ribu sampai Rp.500ribu, di Masjid Tambak Timur yang dilaksanakan hari ini (selasa, 15/2/2011) memperoleh uang sebanyak Rp.27,5juta, hasilnya disumbangkan untuk masjid atau tempat dilaksanakan maulid, "jelasnya.
Selain mengadakan lomba bersifat islami, juga diadakan lomba hiburan untuk masyarakat umum untuk menyemerakkan datangnya bulan maulid. (bst)
Posting Komentar