Media Bawean, 9 April 2011
Di desa Komalasa, Sangkapura, Pulau Bawean ada tiga orang pengrajin tasbih terbuat dari kayu maros, yaitu Yasfi, Herman dan Abdul Ghani. Ketiganya sudah menekuni profesi pembuat tasbih dari kayu maros sudah bertahun-tahun, setiap hari selalu menerima banyak order atau pesanan dari warga atau orang luar Pulau Bawean.
Yusfi ditemui Media Bawean, (sabtu, 9/4/2011) mengatakan kayu maros tumbuh didalam laut kedalaman 30 meter dari permukaan laut. Proses pengambilannya sangat sulit, dan penuh kehati-hatian sebab terkena kulit akan gatal. Ketika tumbuh di laut , kayu maros lentur, setelah disentuh akan keras.
"Ada keistimewaan tersendiri kayu maros, sehingga banyak orang-orang yang pesan minta dibuatkan,"katanya.
Membuat tasbih menurut Yusfi, butuh waktu lama sampai 15 hari, tapi memakai mesin bisa dikerjakan selama satu minggu.
Harga tasbih maros yang ditawarkan oleh Yusfi, seharga Rp.400ribu, dengan rincian Rp.350ribu biaya pembuatan tasbihnya, dan Rp.50ribu adalah harga kayu maros.
Selain membuat tasbih, Yusfi membuat cincin dan gelang dari kayu maros.
Herman sebagai pengrajin tasbih kayu maros, mengaku sudah menekuni bertahun-tahun yang lalu. "Setiap hari selalu ada orang yang pesan dibuatkan,"paparnya.
Selain membuat tasbih, Herman membuat kalung, gelang, cincin dan penghisap rokok dari kayu maros. (bst)
Posting Komentar