Media Bawean, 20 Mei 2011
Oleh : M. Natsir Abrari*
Pulau ikan Bawean akhir-akhir ini jadi pembicaraan orang sebagai pulau wisata, sebagian orang tidak setuju karena Bawean sebagai pulau santri dan wali dengan puncak bukitnya yang 99 akan ternoda sebagai pulau wisata. Karena tujuan wisata kata mereka S3, yang salah satu S_nya berarti Sex.
Sebagian lagi beranggapan Bawean sebagai pulau wisata tak bisa dielakkan. Selain letaknya yang di tengah 2 pulau 2 nusantara se olah-olah Bawean merupakan pusarnya nusantara.. Ada tujuan wisata tempat-tempat bersejarah, tempat-tempat para amiak mancing.
Memancing di Bawean ada bermacam-macam istilah dan cara, ada istilah "ABEKBER" yaitu mancing dengan tanpa belabuh, perahu hanyut bergerak mengikuti arus. Ada istilah "NYEMBEK" yaitu memancing ikan tongkol dengan umpan bulu-bulu dan perahu berjalan mengikuti arah ikan tongkol dengan mesin klotok. Juga ada istilah "MANCENG" yaitu mancing dengan perahu berlabuh alias menurunkan sauh atau jangkar. Nah, mancing dengan berlabuh ini yang punya keunikan sendiri yaitu nelayan dalam mencari tempat-tempat pemancingan atau rumah ikan di laut dengan melihat letak posisi pohon dengan gunung.
Ada banyak nama tempat berkumpulnya ikan, ada Se Lajur, Pa Ong, Ramana Sahed, Pamongok, Pamangrangan, dan lain-lain. Dimana tiap nama memiliki jenis ikan masing-masing. Ada tempat kakap merah, kerapu, katambak, pongok, cokcok dan lain-lain.
Nelayan perpengalaman sebut saja Bapak Madhar Tambak yang biasa dipanggil Poak Endang, dulu bisa dipastikan setiap mancing ke laut banyak ikan di dapat. Tapi sekarang beliau juga nelayan-nelayan yang lain banyak mengeluh karena sulit menemukan tempat-tempat ikan tersebut. Kenapa? karena pohon-pohon tempat membaring tempat ikan telah tidak ada lagi. Sudah banyak ditebangi. Jadi penebangan, hutan, pohon di Pulau Bawean tidak hanya berdampak rusaknya lingkungan, sulitnya air bersih, menyusutnya populasi Rusa Axis Kuhli, timbulnya banjir bahkan longsor, tapi juga membuat nelayan sulit menemukan tempat rumah ikan untuk di pancing.
Memang sekarang banyak diadakan reboisiasi penanaman kembali, tapi kapan tumbuhnya?, mungkin puluhan tahun lagi. Sementara penebangan dengan 1 sinso 1 hari saja berapa puluh pohon bisa di tebang.
Dari itu hentikanlah, paling tidak batasilah penebangan pohon di ulau Bawean demi kelestarian lingkungan
* Budayawan Asal Pulau Bawean
* Budayawan Asal Pulau Bawean
Posting Komentar