Media Bawean, 21 Juli 2011
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean dalam rangka Harlah NU ke-85, hari rabu (20/7/2011) menggelar istighasah dan dialog interaktif bertemakan " Aswaja Perkembangan Zaman", dengan nara sumber Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. (Rektor UNIPDU Jombang).
Hadir sebagai peserta dialog, pengurus PCNU lengkap, PC. Muslimat NU, PC. Fayatat NU, PC. IPNU - IPPNU, PC. Lakpesdam NU, pengurus MWC se- Bawean dan pengurus Ranting NU se-Bawean, bertempat di Gedung PCNU Bawean di Jalan Beringinan Sangkapura.
Ahmad Zahro sebagai nara sumber menjelaskan secara detail paham Ahlussunah Waljama'ah (Aswaja) dengan historis berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) dari masa KH. Hasyim Asy'ari sampai periode KH. Said Aqil Siradj (masa sekarang).
Menurutnya, banyak umat Islam diseluruh dunia yang menyatakan sebagai penganut paham Ahlussunaah Walja'ah, tetapi kenyataannya sampai sekarang masih diperdebatkan oleh pemikir-pemikir Islam.
"NU sebagai wadah jam'iyah menganut empat madzhab, tetapi kenapa bila memakai salah satu madzhab seperti tidak melakukan qunut saat shalat subuh seringkali dikatakatan meragukan ke-NU-annya,"katanya.
Dalam makalahnya, Ahmad Zahra mengulas perspektif historis dan perspektif emperis Ahlussunah Waljamaah dan Nahdlatul Ulama.
"Secara historis Aswaja versi NU pertama kali dicetuskan oleh kelompok Tawswiraal Afkar (potret pemikir) pimpinan KH. A. Wahab Hasbullah, cikal bakal NU di Surabaya. Dalam Qanun Asasi NU sendiri, KH. Hasyim Asy'ari tidak mengemukakan secara eksplisit difinisi Asawaja sebagaimana difahami selama ini, melainkan hanya menekankan mengenai keharusan warga Aswaja untuk berpegang pada mazhaab fiqih yang empat,"jelasnya.
"Sebetulnya Aswaja sendiri tidak pernah dipersoalkan oleh para ulama dan intelektual NU sejak dicetuskan oleh pendirinya. Namun akhir-akhir ini mulai dicoba untuk diteliti dan ditinjau ulang oleh beberapa ulama seperti KH. Said Aqil Siradj yang menginginkan redefinisi dan rehabilitasi dengan sedikit desontruksi pada aspek-aspek tertentu dengan tujuan agar Aswaja yang eksklusif dapat menjadi inklusif,"ujarnya.
"Sementara itu KH. Dawam Anwar memahami Aswaja sebagai Islam itu sendiri, sehingga kalau ada yang mengatakan, bahwa Aswaja itu tidak akomodatif berarti sama dengan menuduh Islam tidak akomodatif, tidak sesuai dengan perkembangan zaman,"terangnya. (bst)
2 comments
bagus. sekarang NU lebih hidup.
sekalikali NU bicara kemandirian ekonomi untuk jama'ahnya....
Posting Komentar