Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Siswa Miskin Mau Sekolah
Disuruh Bawa Kursi Sendiri

Siswa Miskin Mau Sekolah
Disuruh Bawa Kursi Sendiri

Posted by Media Bawean on Sabtu, 23 Juli 2011

Media Bawean, 23 Juli 2011



Ironis sekali, kisah perjalanan pendidikan Andika Imam Taufiq (9 Tahun) siswa kelas III SDN Kotakusuma, mau sekolah disuruh beli kursi sendiri oleh gurunya.

Siapakah Andika Imam Taufiq? anak seorang janda bernama Musnada (35 th.), sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia sejak 2 tahun yang lalu. Janda miskin yang beprofesi sebagai penjual jamu dan bakso asal Pemalang Jawa Tengah yang bertempat tinggal di Barat Sungai, Kotakusuma, Sangkapura, memiliki dua orang anak, yaitu Andika Imam Taufiq kelas III ICP SDN Kotakusuma, dan Ana Lutfiyah baru akan masuk kelas VII MTs. Umar Mas'ud Sangkapura.

Ditemui Media Bawean  (jum'at, 22/7/2011), Musnada mengaku sangat kesulitan menanggung biaya pendidikan anaknya, sehubungan kesulitan mencukupi perekonomiannya sehari-hari.

Menurutnya,  Andika Imam Taufiq diminta oleh gurunya membeli kursi sendiri setelah tidak membayar iuran beli kursi di sekolah sebesar Rp.55.000. Setelah mendapat laporan dari anaknya, Musnada langsung membelikan kursi di pasar untuk dibawa ke sekolah.

"Terusterang, hanya keinginan yang besar untuk menyekolahkan anak, sebenarnya kondisi kurang mampu membiayainya,"katanya.

Untuk memasuki tahun pelajaran baru, Andika Imam Taufiq sebagai siswa ICP sesuai ketentuaan pihak sekolah diharuskan membayar biaya sebesar Rp.324ribu, tidak termasuk beli kursi Rp.55ribu.

Sedangkan Ana Lutfiyah sebagai anak pertama, tahun ini masuk MTs. Umma. "Alhamdulillah, biaya sudah ditanggung oleh Ibu Fatimah sebagai kepala sekolah, sehingga meringankan biaya sekolahnya,"paparnya.

"Tetapi menanggung biaya pendidikan anak keduanya, Andika Imam Taufiq merasa kesulitan sehubungan kondisi ekonomi yang serba kekurangan,"ujarnya.

Media Bawean menghubungi Hadi Suwoyo sebagai kepala SDN Kotakusuma sedang tidak ada di sekolah. Ditanya nomor hp_nya, salah satu guru menjawab belum tahu sehubungan kepala sekolah baru di SDN Kotakusuma. (bst)

SHARE :

10 comments

Anonim 23 Juli 2011 pukul 17.22

Inilah potret biaya pendidikan di Bawean yang mencontoh pendidikan di daratan Jawa. Tetapi kenapa dalam prestasinya ataupun kedisiplinannya tidak mencontoh ya??????

Anonim 24 Juli 2011 pukul 21.01

mungkin salah persepsi, setahu saya SDN Kotakusuma tidak menyuruh membeli, tetapi sebagai sumbangan dan tidak memaksa. kalau merasa terbebani, seharusnya lapor ke guru atau kepala sekolahnya. karena namanya sumbangan, sifatnya sukarela.

Anonim 25 Juli 2011 pukul 09.23

Setahu saya jg, karena saya punya tetangga yg sekolah di SDN KOTAKUSUMA siswa kls III, bukan gurunya yg menyuruh membeli kursi, tapi inisiatif dari beberapa wali murid itu sendiri yg merasa mampu untuk menyumbang membeli kursi,saya kira tidak membeli juga tidak apa2.toh masih tetap bisa bersekolah di SDN KOTAKUSUMA.

Anonim 25 Juli 2011 pukul 10.24

lihat kursi yg dipegang anak diatas.........alat bukti....

Anonim 25 Juli 2011 pukul 12.43

Saya selaku wali kelas 3 ICP SDN kotakusuma menanggapi masalah diatas hanya kesalahan misscommunication antara wali murid. masalah siswa tidak mampu membeli kursi tidak benar.itupun bukan program tahunan sekolah melainkan merupakan sumbangan saja dari wali murid. pihak sekolah tidak mewajibkan untuk siswa kls 3 membeli kursi akan tetapi merupakan sumbangan wali murid. jadi kalau tidak menyumbang tidak apa2 dan itupun siswanya tetap bisa sekolah seperti biasanya. kepada media bawean kalau ingin memasukkan informasi lihat dulu kebenarannya. seharusnya media bawean tanya dulu ke SDN Kotakusuma.

Anonim 25 Juli 2011 pukul 13.22

Media Bawean sudah ke sekolah, sedangkan kepala sekolah tidak ada, menghubungi bapak eko (mantan kepala sekolah) via hpnya tidak aktif, seandainya media bawean tidak memberitakan dipastikan kursi yg dibeli akan dibawa ke sekolah, sbb pernyataan siswa bersangkutan memang di suruh beli ke pasar oleh salah satu guru di SDN Kotakusuma. Bagaimana dengan pembayaran daftar ulang dan beli buku sebesar Rp.320ribu, apa masih dibebankan kepada wali murid Andika Imam Taufiq?

Anonim 25 Juli 2011 pukul 13.51

Anak saya jg sekolah di SDN kotakusuma dan skrng alhamdulillah sudah lulus,tapi dari kls 1 s/d kls 6 tidak pernah di suruh membeli kursi sama gurunya ataupun di suruh membawa kursi sendiri dari rumahnya,yah mungkin itu memang salah persepsi aja. untuk wali kelas 3 ICP SDN KOTAKUSUMA khususnya sabar bu.....semoga SDN KOTAKUSUMA tetap maju dan jaya selalu.

Anonim 25 Juli 2011 pukul 14.20

anak anda tdk diminta beli kurs,i tp diminta bayaran uang tiap semester...alasan uang ini itu & anu........

Anonim 26 Juli 2011 pukul 15.32

Masalahnya orang yang terbiasa hidup berkecukupan seringkali tidak pernah merasakan kondisi psikologis orang yang sangat miskin. Ibu musnada selain miskin, juga orang perantauan dari Pemalang, Jawa Tengah yang mungkin tidak punya sanak saudara di Bawean yang bisa dimintai tolong.
Jadi walaupun tidak dipaksa beli kursi, maka ketika kursi yang dipakai Andika adalah kursi yang berbeda sendiri yaitu kayu yang mungkin sudah butut, maka disitulah muncul persoalan psikologis, Andika merasa disendirikan karena kemiskinannya.
Disinilah peran masyarakat sangat diharapkan kesetikawanannya. Islam sangat menganjurkan u/ mengasihi orang miskin, memberi makan anak yatim. Sebab kalau tidak kitalah pendusta agama yang sesungguhnya.

Anonim 26 Juli 2011 pukul 20.37

pemberitaan ini sangat memojokkan kotakusuma,,,kenapa tidak konfirmasi ke sekolah dulu sebelum membritakan hal ini,,,,,,,bisa jadi ini hanya kesalahpahaman,,

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean