Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Musim Hujan dan Musim Kemarau
di Pulau Bawean

Musim Hujan dan Musim Kemarau
di Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Selasa, 28 Agustus 2012

Media Bawean, 28 Agustus 2012 

Oleh : M.Saleh (mantan pegawai BMKG)

A B S T R A K

Dikatakan mulai memasuki awal musim hujan bukan berarti hujan pertama kali turun di suatu daerah , tapi berdasarkan kriteria De Boer bahwa musim hujan telah mulai bila curah hujan selama 10 hari dan diikuti oleh 10 hari berikutnya berturut-turut sama atau lebih 50 mm.

Dari peta Zona Musim ( ZOM) Jawa Timur P.Bawean termasuk ZOM no.204, dan rata-rata awal musim hujan di Bawean terjadi pada pertengahan bulan Nopember dan awal musim kemarau terjadi pada akhir bulan Mei.

Dengan analisa penghitungan Kadar Air Tanah diketahui periode Surflus ( kadar air tanah lebih) di Bawean terjadi pada bulan Desember s/d Maret sedang periode Defisit (kadar air tanah kurang) pada bulan Juni s/d Oktober dengan puncak kekeringan di Bawean pada bulan Oktober.

1. PENDAHULUAN

Para Petani Bawean dahulu selalu mengamati dan menengarai datangnya musim hujan dan musim kemarau dengan memperhatikan perilaku hewan atau perubahan tumbuh-tumbuhan disekitarnya, seperti bila laba-laba membuat sarang vertikal berarti sedang berlangsung musim hujan dan bila sarang laba-laba horizontal berarti musim kemarau. Apabila bunga bangkai ( lacong-lacong,Bawean) telah tumbuh berarti sebentar lagi akan datang musim hujan. Demikian juga perubahan daun pohon tua (nangger ,Bawean) yang tumbuh disekitar sumber air panas dusun Kebundaya Sangkapura, penduduk sekitar menandai akan datangnya musim hujan apabila daun nangger berdaun lebat dan akan beralih kemusim kemarau apabila daun nangger kering meranggas.


Terdapat beberapa model dalam menentukan Zona Musim (ZOM) di Indonesia, dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen ( LPND) yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan kegiatan dibidang Meteologi Klimat dan Geofisika di Indonesia. Stasiun Klimatologi Karangploso Malang merupakan UPT BMKG yang menerbitkan informasi musim hujan dan musim kemarau di daerah jawa Timur termasuk Pulau Bawean yang dikeluarkan 2 kali setahun.

2. DATA DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi tipe hujan yang digunakan untuk dasar pembuatan Zona Musim ( ZOM) oleh BMKG adalah berdasarkan metoda yang digunakan oleh Boerema dalam buku Verhandelingen no 18. Prinsip pembuatan tipe hujan Boerema adalah mengelompokkan daerah-daerah yang memiliki kesamaan pola hujan di gabung menjadi satu type. Pada saat itu metoda pengelompokan dilakukan secara visual dengan menggambarkan grafik hujan bulanan pada peta. Kini pengelompokan tipe hujan dapat dilakukan secara lebih obyektif dengan menggunakan metoda Cluster.

Berdasarkan kriteria De Boer dalam buku Verhandelingen no.32 diambil ketentuan bahwa musim hujan telah mulai bila curah hujan selama 10 hari dan diikuti oleh 10 hari berikutnya berturutan lebih atau sama dengan 50 mm. Dengan kriteria De Boer ini lebih disederhanakan dapat dikatakan musim hujan sudah mulai apabila pada setiap bulan secara berturut-turut curah hujan sedah lebih dari 150 mm. Sebaliknya musim kemarau telah mulai bila pada setiap bulan secara berturut-turut curah hujan kurang dari 150 mm.

a. Data Stasiun Meteorologi Bawean
Data Stasiun meteorologi Bawean berupa data hujan periode 2000-2009 dan data Surflus kandungan air tanah dalam bentuk tabel sbb:

Dari data hujan diatas bila menggunakan kriteria De Boer nampak bahwa mulai pertengan bulan Nopember curah hujan sudah melebihi 150 mm dan sudah memenuhi kriteria memasuki awal musim hujan di Bawean. Dan sebaliknya mulai akhir bulan Mei curah hujan mulai berkurang dan dikatakan sudah mulai memasuki musim kemarau di Bawean.

Dari data Surflus ( S) kandungan air tanah nampak bahwa bulan , Desember, januari, Pebruari dan Maret di Bawean mengalami Surflus (kelebihan air). Sedang bulan Juni,Juli,Agustus.September dan Oktober mengalami Defisit ( Kekurangan air) di Bawean.

3. KESIMPULAN
a. Awal musim hujan bukan hujan turun pertama kali , tapi apabila curah hujan terukur selama 10 hari dan diikuti 20 hari berikutnya sama atau lebih dari 50 mm.

b. Pulau Bawean termasuk Zona Musim BMKG no. 204, dan rata-rata awal musim hujan dimulai pada pertengahan Nopember, dan musim kemarau mulai akhir bulan Mei.

c. Periode surflus di Bawean pada bulan Desember, Januari, Pebruari dan periode defisit pada bulan Juni, Juli Agustus, September dan Oktober.

4. ACUAN
a. Buletin BMKG Jakarta
b. Buletin Meteorologi Bawean 2006,2008


SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean