Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Belende Mabuk

Belende Mabuk

Posted by Media Bawean on Sabtu, 29 September 2012

Media Bawean, 29 September 2012

Oleh : Hassan Luthfi

Pemahaman pada sebuah nasehat, petuah atau suatu ajaran acapkali ditafsirkan dalam dimensi yang sangat terbatas, sehingga pengembangan dari sebuah ilmu pengetahuan cenderung stagnan. Belende mabuk (Belanda mabuk) adalah sebuah ungkapan yang barangkali tidaklah populer dikalangan remaja saat ini, atau mungkin sama sekali banyak yang tidak tahu arti dari ungkapan tersebut. Istilah Belende mabuk lazim diucapkan orang-orang tua dulu ditujukan kepada seseorang yang membeli barang tetapi jauh dari harga semestinya. Spesifikasi dari Belende mabuk biasanya hanya pada hal jual beli barang, namun bila dikaji lebih dalam mengandung sebuah nasehat bahwa aktifitas apapun yang dilakukan orang yang sedang mabuk pada prinsipnya sulit untuk bertindak secara benar.

Prilaku-prilaku seperti Belende mabuk dewasa ini sering dijumpai dalam berbagai aspek kehidupan di pulau Bawean, semisal kepedulian pada kebersihan lingkungan. Padahal pendidikan umum tentang pentingnya kebersihan telah ditanamkan semenjak dari taman kanak-kanak. Dalam ajaran Islampun kebersihan dijelaskan begitu perfeksionis, bukan cuma tampak bersih tapi juga harus suci, di mana ajaran sedetail ini mungkin tidak ditemukan di agama lain. Namun demikian Bawean yang merupakan daerah dengan semua penduduknya beragama Islam, faktanya hingga kini belum mampu bersih dari segi lingkungan hidup maupun dilingkungan kerja pemerintahan.

Bertautan dengan kebersihan ada juga anekdot di masyarakat Bawean, “ Paraben se nyelak mon asapoan, tandhena bebine se ghelang penter ngarabete anak ben lakena”. Sayangnya perspsektif pada anekdot inipun sekedar kebersihan dalam rumah tangga. Segala input positif tentang kebersihan, baik itu dari ilmu pengetahuan umum, ilmu agama ataupun anekdot selalu difahami dalam makna yang sempit. Sehingga pesan lebih luas akan pentingnya kebersihan dimana saja dan dalam hal apapun menjadi tidak tersampaikan. Menjaga kebersihan lingkungan hidup hanya sebatas disekitar rumah, kemudian sampah dibuang ke sungai atau ke tempat yang tidak selayaknya yang akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan dan polusi.

Bersih dan suci hanya pada saat beribadah setelah itu bertingkah seperti Belende mabuk, praktek-praktek kotor me-mark up segala sesuatu yang merugikan negara masih merupakan bagian dilingkungan kerja sehari-hari. Keadaan ini kemudian diperparah oleh mekanisme penempatkan orang-orang yang duduk sebagai kepala instansi yang masih menggunakan cara-cara nepotisme, serta tradisi bagi-bagi hadiah menjadi Kepala Bagian bagi para pendukung partai pemenang pilkada. Celah ini terus mamancing orang-orang yang merasa bagian dari Bupati Incumbent bersikap aji mumpung untuk memperoleh jabatan dengan cara lompat pagar pindah ke instansi lain, tanpa menghiraukan background ilmu pendidikan yang bertolak belakang. Dengan mengesampingkan integritas, kapabilitas serta prestasi kerja dalam penunjukan posisi kepala instansi, mengakibatkan kinerja dilingkungan pemerintahan di Bawean semakin jauh dari yang harapan.

Ekspektasi terhadap kemajuan pulau Bawean sekedar direspon dengan wacana tempat wisata oleh Pemda melalui instansi terkait. Ide ini dijanjikan akan meningatkan perekonomian bagi penduduk setempat. Namun tanpa disertai dengan konsep yang jelas dan SDM yang kompeten, ide pulau wisata justru berindikasi destruktif akibat dari berbagai jenis sampah yang ditinggalkan oleh pengunjung. Antisipasi terhadap sampah-sampah non-organik yang sulit terurai merupakan masalah yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu, disamping juga sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kepada warga setempat. Warga pribumi harus bisa memberi contoh kepada setiap tamu yang datang akan pentingnya peduli pada kelestarian lingkungan, tanpa itu semua ide pulau wisata hanya akan menjadi bumerang bagi lingkungan pulau Bawean.

Melalui tata kelola kebersihan, tranportasi dan akomodasi yang berkualitas, dengan sendirinya Bawean akan menjadi daya bagi para wisatawan. Contoh nyata Singapura, walau negaranya begitu kecil tetapi bisa menjual dengan kebersihannya. Demikian pula kota Dubai di Uni Emirat Arab, meskipun tidak memiliki panorama alam seindah Indonesia namun bisa mendatangkan begitu banyak turis karena dikelola dengan manajemen yang profesional.

Langkah konkrit agar Bawean bisa cepat maju, penempatan orang-orang yang profesional mesti dikedepankan. Pimpinan disetiap instansi pemerintahan harus mempunyai visi dan misi serta bersih dalam birokrasi. Mind set kesuksesan yang hanya diukur dengan sebuah jabatan perlu diubah, supaya tradisi potong kompas pindah instansi dengan cara mendekati Bupati atau wakil Bupati demi memperoleh jabatan bisa dihilangkan.

Berprestasi sesuai dengan bidang ilmu pendidikan yang dimiliki itu akan lebih berguna bagi kemajuan pulau Bawean, daripada memaksakan suatu jabatan tapi cara kerjanya mirip Belende mabuk yang pada akhirnya akan menuai caci maki dari masyarakat. Bapak Imron Rosid asal desa Pekalongan Tambak merupakan salah satu teladan sukses yang idealis, memperoleh penghargaan Satya Lencana Pendidikan dari presiden RI sebagai guru berprestasi dan berdedikasi luar biasa. Begitu juga bapak Cuk Sugrito yang mendapat penghargaan di Singapura sebagai seorang budayawan, beliau-beliau berkontribusi dan mengharumkan nama Bawean tanpa harus meninggalkan profesi ahlinya sebagai seorang guru.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean