Media Bawean, 3 November 2012
Oleh : Baharuddin, SH., MH.
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri (STAIHA) Bawean
Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) sejak dari pengurus besar sampai ke pengurus cabang bisanya hanya mampu membuat "image building", yaitu membuat wacana. Wacana bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu gerakan trans nasional dan harus diwaspadai. Bahwa ada sekelompok orang yang kalau berdakwah memakai celana cingkrang dan selalu membawa kompor, padahal Nabi dalam berdakwah tidak begitu.
Bahwa banyak masjid dan mushollah NU yang direbut oleh orang-orang diluar pengikut Ahlussunnah Wal Jamaah. Bahwa PKS itu partai wahabi dan harus dijauhi, dan masih banyak lagi. Ketika wacana itu dilempar ke warga nahdliyin, tentu saja ditelan bulat-bulat yang akhirnya pengurus dan warga NU lupa bawah ada yang lebih penting dari sekedar "image building", yakni "states building" melakukan ikhtiar agar kualitas warga NU dapat meningkat terutama dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan.
Dalam segi nasab, NU itu baik. Tapi dalam segi nasib kurang beruntung. Ketika Presiden dijabat orang NU, menteri, gubernur, bupati, camat, kades, kasun, ketua RW dan ketua RT, bahkan di Pulau Bawean, camat dan sejumlah kepala desa menjadi Pengurus Cabang NU, lalu NU punya apa? Padahal pada zaman orde baru yang sangat represip itu NU masih mempunyai asset, Itu bermakna bahwa NU jaya pada saat sulit dan NU sulit pada saat jaya.
Bahwa banyak masjid dan mushollah NU yang direbut oleh orang-orang diluar pengikut Ahlussunnah Wal Jamaah. Bahwa PKS itu partai wahabi dan harus dijauhi, dan masih banyak lagi. Ketika wacana itu dilempar ke warga nahdliyin, tentu saja ditelan bulat-bulat yang akhirnya pengurus dan warga NU lupa bawah ada yang lebih penting dari sekedar "image building", yakni "states building" melakukan ikhtiar agar kualitas warga NU dapat meningkat terutama dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan.
Dalam segi nasab, NU itu baik. Tapi dalam segi nasib kurang beruntung. Ketika Presiden dijabat orang NU, menteri, gubernur, bupati, camat, kades, kasun, ketua RW dan ketua RT, bahkan di Pulau Bawean, camat dan sejumlah kepala desa menjadi Pengurus Cabang NU, lalu NU punya apa? Padahal pada zaman orde baru yang sangat represip itu NU masih mempunyai asset, Itu bermakna bahwa NU jaya pada saat sulit dan NU sulit pada saat jaya.
Nah, tugas Pengurus Cabang NU perode 2012- 2017 ini cukup berat. Ia harus melakukan restorasi dan mula-mula harus dilakukan adalah melakukan "institusional building" membangun kelembagaan. Semua pengurus harus tahu tugas pokok dan fungsinya (tupoksi), Mereka harus paham benar tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU. Mereka juga harus selalu menyimak keputusan-keputusan konperensi terutama program kerja NU Cabang Bawean selama 5 tahun kedepan.
Diatas itu semua mereka harus paham Khittah Nahdliyah. Apakah Ustadz Zubaidi (Rois Syuriah)dan Fauzi Rauf (Ketua Tanfidziyah) sebagai nahkoda "kapal" NU mampu melakukan restorasi tersebut, membawa kejayaan NU kembali. Maka jawabannya adalah : bisakah (terutama) Ustadz Fauzi merubah gaya kepemimpinan dari "image building" kepada states building. Jika saya mengatakan demikian, karena dia pernah menjadi Ketua Tanfidziyah NU Cabang Bawean sebelum periode H. Syariful Mizan. Kita tunggu saja.