Media Bawean, 21 Desember 2012
Di kota Surabaya ada seorang warga bernama Saif (60 th.), beliau aktif sebagai peneliti pengembangan Pulau Bawean, Gresik.
Mantan wartawan majalah Tempo ditemui Media Bawean, di rumahnya tampak hidup sederhana bersama keluarganya. Setelah mengenalkan diri berasal dari Pulau Bawean, beliau spontanitas menyatakan sudah tidak asing lagi sebagai tempat tugas ketika aktif dalam program Gerakan Kembali ke Desa (GKD) semasa Gubernur Jawa Timur dipimpin Basofi Sudirman.
Saif menyatakan pertama kali berkunjung ke Pulau Bawean sekitar akhir tahun 1995, dengan naik kapal cepat Jet Foil.
Ketika berada di Pulau Bawean, Saif bertempat tinggal di Pondok Pesantren. Jika ditanya Pondok Pesantren di Pulau Bawean, beliau bisa menjelaskan nama pondok pesantren termasuk nama pengasuh, serta alamatnya.
Lebih lanjut, pria beralamatkan di Tambaksiring Surabaya, menyimpulkan bahwa pembangunan di Pulau Bawean seharusnya dimulai dari pondok pesantren. Alasannya, pondok pesantren sebagai tempat warga berkeluh kesah serta menyampaikan segala permasalahannya kepada pengasuhnya.
Saif mengaku bingung atas keinginannya untuk turut serta membangun pengembangan Pulau Bawean. "Sudah seringkali memulai pengamatan pengembangan Pulau Bawean dari berbagai daerah di Indonesia, tapi hasilnya selalu gagal tidak pernah berhasil. Akhirnya sekarang memulai pengembangan dari daerah Pare di Kediri,"katanya.
Lebih lanjut menjelaskan, bahwa keberhasilan pembangunan di Pulau Bawean tergantung kepada warganya sendiri, perlu rasa memiliki sehingga menimbulkan kecintaan terhadap tanah kelahirannya.
Sementara ini menurut pernilaiannya, banyak warga Pulau Bawean setelah sukses diluar ternyata merasa enggan untuk mengembangkan daerahnya sendiri. "Dampaknya permasalahan Pulau Bawean dari dahulu sampai sekarang masih tetap sama, justru bertambah buruk bila diperbandingkan masa lampau,"paparnya.
"Masalahnya di Pulau Bawean tidak ada lapangan pekerjaan yang menjanjikan, sehingga banyak warganya memilih ke luar negeri untuk memperoleh penghasilan yang menjanjikan. Sedangkan investor mau masuk merasa kurang menjanjikan atas situasi dan kondisi di Pulau Bawean,"terangnya.
"Sebenarnya pemasalahan di Indonesia, bisa mengukur dari Pulau Bawean. Permasalahannya multi kompleks sehingga butuh keseriusan untuk pengembangan kedepan lebih maju,"pungkasnya.
Disisi pengembangan pariwisata, Saif menilai bahwa keindahan obyek wisata Pulau Bawean masih perawan sudah mendapat pengakuan dari dunia, dibanding daerah lain di Indonesia ternyata lebih indah. "Untuk pengembangan kedepan, perlu adanya studi banding dari tokoh masyarakat Pulau Bawean ke Pulau Dewata Bali untuk mempertahankan kultur budaya agar tetap dipertahakan,"ujarnya.
"Intinya, pengembangan Pulau Bawean seharusnya memberikan nilai keuntungan kepada warganya sendiri,"imbuhnya. (bst)