Media Bawean, 13 Maret 2013
Oleh: EKLIS DINIKA
(Dosen STAIHA BAWEAN)
“Pornoaksi” merupakan hal yang tidak asing kita dengar bahkan saat ini telah merusak budaya Pulau Bawean yang Agamis, mengapa? Kenapa? Dua kata itulah yang selalu terucap dari bibir setiap insan yang mendengarnya. Mengapa, kenapa semua itu bisa terjadi? Apakah karena penghayatan agama yang dangkal dan gaya hidup bebas yang mewarnai sebagian warga masyarakat kita, ataukah karena tidak adanya rasa malu Sehingga perselingkuhan itu terjadi.
Robert Guilhem pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College melakukan penelitian di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung satu sidik khusus dari pasangan mereka saja. Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita nonmuslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.
Setelah melakukan penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.
Lantas dapatkah kita mengembalikan citra wanita muslimah di Pulau tercinta ini?
Insyaallah atas izin Allah serta kemauan yang keras dari semua warga untuk bertobat segala kerusakan di Pulau tercinta ini hilang dengan sendirinya. Tobat dalam bahasa Arab adalah “kembali”. Jadi, tobat adalah kembali dari sesuatu yang dicelah oleh Syara’ menuju sesuatu yang dipuji oleh Nya. Rasulullah Saw, bersabda: “ Menyesali kesalahan merupakan suatu tobat” (HR Ibn Majah dal al-Hakim).
Tobat itu sah jika dalam bertobat menyesali pelanggaran yang telah dilakukan, meninggalkan secara langsung penyelewengan, dan dengan yakin/mantap seseorang memutuskan serta berjanji tidak mengulangi lagi kemaksiatan yang telah diperbuat.
Yang paling kasat mata kerusakan di Pulau tercinta ini disebabkan runtuhnya sendi-sendi kehidupan yang bernama moral. Manifestasi runtuhnya moral tersebut tidak adanya rasa malu hampir menyelimuti sebagian besar warga Pulau tercinta ini. Padahal Nabi SAW, bersabda: ”Kalau tidak punya rasa malu, lakukan apa saja yang kamu mau”. Naudzubillah.
Zina atau pornoaksi akhir-akhir ini banyak mewarnai kehidupan yang serba permisiv begitu mencegangkan. Bagaimana mungkin hubungan bersebadan hasil bidikannya dimasukkan di dunia maya. Sesuatu yang semula suci sekarang mengalami desakralisasi atau reifiksi.
Bangkitlah Pulauku bangkitlah dari keterpurukan ini, Sebenarnya gejala kehidupan sex bebas yang ada di depan kita harus dilihat dengan dua pendekatan. Pada aras Negara dan masyarakat. Pada aras Negara, kebijakan – kebijakan meliberalkan pornografi harus ditinjau ulang. Pada aras masyarakat, proses internalisasi nilai-nilai agama harus ditekankan pada tingkat penghayatan yang dapat melahirkan sikap beragama yang memandang bahwa sex itu suci dan sakral.
Penghayatan yang benar terhadap agama, akan memandu pemeluknya yang pernah mengalami kenistaan dalam hidupnya, akan “kembali” pada garis hidup yang dipandu kesucian agama dan kebeningan hati nurani. Insyaallah.
Sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya: ”Aku menyambutmu hamba-Ku. Mintalah apa yang Engkau inginkan engkau adalah hamba-Ku seperti para malaikat-Ku. Aku berada di samping kananmu, di samping kirimu, di atasmu dan dekat pada batin kalbumu Persaksikanlah para malaikat-Ku, bahwa Aku telah mengampuninya”.