Media Bawean, 11 Mei 2013
Lomba Menulis Opini Dan Artikel
Kategori Umum
Nama pena : Gusphur
Pekerjaan : di Kantor Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember.
Alamat rumah : Graha Citra Mas I-4
Tegalbesar, Jember, 68132
Bawean adalah pulau yang menarik hati. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Selain faktor alamnya, Pulau Bawean menyimpan banyak potensi lain yang layak dibuka untuk masya-rakat secara luas. Pemerintah Kabupaten Gresik patut menggarapnya secara lebih serius. Harapannya, agar dunia bisa melihat Pulau Bawean sebagai wilayah yang lebih menarik bagi wisata-wan. Banyaknya wisatawan yang terpikat akan makin meningkatkan pendapatan asli daerah maupun kesejahteraan masyarakat.
Pulau Bawean secara geografis relatif cukup jauh dari ibukota kabupatennya. Jarak 80 mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Faktor jarak ini bisa jadi penghambat atau sekaligus pendukung perbaikan suatu daerah. Hal ini tergantung bagaimana kita menanganinya. Faktor jauhnya obyek ini mungkin bisa dianalogikan pada kehidupan sebuah keluarga. Misalnya, anak kita mengikuti pendidikan di luar kota. Bisa jadi orang tua akan lebih banyak kangen padanya. Orangtua akan mencukupi semua kebutuhan hidup dan pendidikan anak tersebut. Adalah wajar sang anak yang berada jauh dari kita lebih mendapat perhatian. Orang tua tidak mengharapkan kehidupan dan pendidikannya merana.
Kondisi sebagaimana contoh diatas akan menjadi positif bila kedua pihak menyadarinya. Orang tua peduli pada semua kesulitan anak. Demikian juga si anak harus menyadari untuk lebih mandiri demi masa depannya. Inilah yang bisa kita jadikan pelajaran untuk pulau Bawean. Sebuah pelajaran penting yang perlu digarisbawahi disini adalah ‘kepedulian’.
Membaca Sejarah
Kata ‘Bawean’ berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti ada sinar matahari. Sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama ‘Buwun’. Awal abad ke-16 agama Islam masuk ke Pulau Bawean. Pendakwahnya ialah Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Pulau Bawean. Makam Umar Mas'ud berada di wilayah Sangkapura yang terletak di pantai selatan pulau tersebut. Sedang di pantai utara, tepatnya di desa Diponggo ada kuburan seorang ulama wanita penyebar Islam di daerah itu, namanya Waliyah Zainab, terletak di atas dataran tinggi.
Pulau Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran, masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia, Malaysia maupun Singapura.
Kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah singkat di atas. Bahwasanya Bawean bisa disebut sebagai wilayah terkenal sejak lama. Pulau Bawean juga dikenal sebagai wilayah terbuka, dikenal di nusantara juga di luar nusantara. Pulau Bawean mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya luar. Bahasanya yang khas menjadi bukti bahwa warga Bawean adalah percampuran antar banyak budaya.
Membaca Potensi
Potensi yang dimiliki adalah modal utama untuk membangun suatu daerah. Pulau Bawean terkenal sejak lama karena memang banyak memiliki potensi.
Pertama, posisinya adalah di jalur laut ramai (baca: laut Jawa). Terletak antara dua pulau yang punya potensi besar yang khas. Pulau Jawa memiliki potensi sumberdaya manusia yang lebih dari pulau lainnya. Sedangkan pulau Kalimantan memiliki potensi alam yang luar biasa. Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Sedangkan kepadatan penduduk Kalimantan rendah. Kondisi semacam ini bisa diumpamakan aliran air. Arus dari tinggi ke rendah akan melewati jalan yang menghubungkannya. Oleh sebab itu, tidak mustahil apabila Pulau Bawean sering menjadi persinggahan jalur laut.
Potensi lokasi yang indah banyak juga didapati di Pulau Bawean. Juga situs dan peninggalan sejarah. Kita bisa mencuci mata melihat kekuasaan Tuhan di pantai Tajung Ga'ang. Wisata terumbu karang, kita bisa ke Gili. Danau Kastoba di kecamatan Tambak. Juga, air terjun yang mempesona banyak dijumpai di Pulau Bawean. Peninggalan sejarah yang menarik mungkin bisa dirinci antara lain aneka macam keris, tombak, dan sejenisnya. Juga, ada aneka kebutuhan rumah tangga, antara lain runjangan (alat penumbuk padi), bakul, tikar dan sebagainya.
Potensi yang cukup menarik juga adalah penduduk yang gemar merantau. Orang yang banyak merantau bisa dikonotasikan banyak juga pengalamannya. Mereka yang merantau akan membawa banyak pengalaman di luar untuk digunakan di Pulau Bawean. Demikian juga perantau yang bekerja di luar akan mendatangkan penghasilan yang lebih besar untuk dimanfaatkan bagi daerah asalnya.
Berikutnya adalah potensi sejarah yang variatif. Ada legenda huruf Jawa, yakni tentang Ajisaka. Juga, Pulau Bawean menjadi lahan perjuangan Islam yang dimulai oleh Maulana Umar Masud. Sunan Bonang juga berdakwah di Pulau Bawean. Bahkan, situs ‘Batu Kasur’ di Gunung Menara yang ada di desa Gunungteguh, Sangkapura dipercaya sebagai tempat pelantikan para wali. Tidak ketinggalan juga, Pulau Bawean pernah disinggahi oleh putri Campa (Kamboja) ibunda Sunan Ampel. Masih banyak sejarah para muballigh yang makamnya bisa ditemukan di Pulau Bawean.
Kekayaan Pulau Bawean tentang budaya juga banyak sekali. Sudah disinggung di awal yakni bahasa khas Pulau Bawean. Juga, dhurung (tempat padi dan istirahat) yang ada di depan setiap rumah orang Pulau Bawean. Demikian juga model rumah Pulau Bawean adalah khas. Ini juga budaya Bawean, kercengan (hadrah), dikker, mandiling, pencak Bawean, cukur jambul untuk bayi dan masih banyak yang membedakan Pulau Bawean dari budaya masyarakat lainnya.
Kekayaan fauna yang perlu dijaga kelestariannya adalah rusa Bawean (Axis kuhlii). Satwa endemik pulau Bawean ini populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean, merupakan satu diantara 4 jenis (spesies) Rusa yang dimiliki Indonesia. Rusa ini dikategorikan dalam “Kritis” (CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam kepunahan”. Spesies Rusa Bawean ini juga terdaftar pada CITES sebagai appendix I. Dalam bahasa inggris disebut sebagai Bawean Deer.
Banyaknya potensi yang ada harus dimanfaatkan. Kita bisa belajar banyak dari aneka nikmat Tuhan tersebut di atas. Syukur adalah bagian dari pengabdian kita ke hadirat Tuhan. Rasa syukur dimulai dari hati yang bening. Diucapkan dengan lesan. Serta, menggunakannya sesuai perintah Tuhan. Itulah hakikat syukur yang sebenarnya.
Membaca Kekurangan
Kekurangan boleh jadi dianggap sisi negatif seseorang atau sesuatu. Kita tahu hal negatif adalah sisi kelemahan kita. Hal yang negatif sangat mudah dijumpai pada semua makhluk atau ciptaan. Karena hakikatnya tidak ada yang sempurna kecuali Yang Maha Pencipta. Itulah sebabnya kita perlu banyak memohon ampunan-Nya. Tujuannya? Agar kita bisa merubah kelemahan dan/atau kekurangan kita menjadi kekuatan dan/atau keunggulan kita. Kesalahan dan keburukan harus dirubah menjadi kebenaran dan kebaikan.
Itulah alasannya, mengapa kita tidak perlu alergi membaca kelemahan dan/atau kekurangan kita. Sebelum kita melakukan upaya perbaikan, kita perlu ‘tahu’ apa yang harus diperbaiki. Dengan bekal ‘tahu’ pada kekurangan itulah, kita bisa memprioritaskan apa yang harus didahulukan. Mana yang lebih penting, mana yang sangat penting, mana yang genting, dimana dan kapan harus dilaksanakan. Itu semua perlu kejelian kita yang sudah dikaruniai akal pikiran oleh Yang Maha Pandai.
Ya, akal pikiran tidak boleh dibiarkan merana. Keunggulan manusia dari makhluk Tuhan lainnya terletak pada akalnya. Kita harus senantiasa mengasah akal sampai datangnya ajal. Bukankah mayoritas penduduk Pulau Bawean adalah muslim. Dalam agama Islam ada konsep paten, bahwasanya menuntut ilmu atau belajar itu hukumnya wajib, waktunya seumur hayat kita. Dari lahir hingga mati kita diperintah untuk terus dan tidak berhenti belajar. Belajar pada potensi. belajar dari kekurangan, belajar dari alam, belajar dimana saja dan kapan saja.
Sekarang, mari kita belajar dari kekurangan dan/atau kelemahan yang berhubungan dengan masalah Bawean:
- Tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah;
- Pelayanan birokrasi belum ber-‘akar’ ke bawah (baca: masyarakat), orientasi ingin ‘dipuji’ bukan untuk ‘melayani’;
- Kemalasan dan kekurang-kreatifan;
- Mahalnya biaya hidup karena faktor transportasi;
- Kurang sadar pada nilai pewarisan kebaikan;
- Kurang serius merawat dan mempertahankan keunggulan Bawean
Membaca Teladan
Banyak pihak berharap Pulau Bawean jadi lebih baik. Nilai-nilai positif dari Pulau Bawean perlu untuk dikaji-kembangkan. Apapun yang menarik pada intinya adalah ada nilai ‘beda’ daripada lainnya. Itulah yang bisa mendorong dunia luar ingin ‘tahu’ lebih banyak tentang ‘apa’ yang lebih menarik dari Pulau Bawean.
Membuat sesuatu ‘menarik’ bisa dilakukan dengan mencontoh. Jangan ragu mencari contoh terbaik. Maka, dicarilah apa yang paling menarik untuk dicontoh dan diteladani. Siapa, apa, mengapa, kapan dan bagaimana contoh teladan itu bisa begini atau begitu. Intinya carilah teladan dari teladan yang terbaik.
Ada pemikiran Bawean mencari yang terbaik. Maka, Pulau Bawean bisa melihat beground sejarah dan budayanya. Nuansa islami adalah pilihan paling cocok. Sesuai ulasan panjang lebar sebelumnya, Pulau Bawean yang islami perlu dijadikan daya tarik. Untuk itu, marilah kita sebut saja, dua kota Makkah dan Madinah.
Siapa yang sanksi pada daya tarik Makkah-Madinah. Dunia mengenalnya sebagai kota paling ramai yang rutin menerima kunjungan tamu. Semua tamu dihargai dan menghargai. Semua memiliki satu tekad dan niat. Ridha Tuhan.
Apa saja yang bisa dijadikan pelajaran dari kedua kota suci tersebut untuk kebaikan Pulau Bawean. Bukankah, dua kota ada di dalam Pulau Bawean. Kota Kecamatan Sangkapura dan Kota Kecamatan Tambak. Jadikan kedua kecamatan ini lebih menarik dan berdaya tarik.
Kembali belajar pada dua kota suci, poin-poin penting yang perlu dipelajari adalah:
1. Ummul Quro. Maksudnya adalah ‘pusat kota’. Kita bisa jadikan Sangkapura dan Tambak sebagai pusat perbaikan dan penyusunan strategi perbaikan dan penataan Bawean. Apa yang kurang perlu ditambahi dan diperbaiki. Baik yang berkaitan dengan fasilitas maupun sistemnya atau strateginya.
2. Al-Baladul amin. Artinya adalah kota yang aman. Keamanan menyangkut gangguan dari luar dan dari dalam. Gangguan yang perlu diantisipasi bukan hanya aspek fisik saja. Gangguan pengrusakan moral atau akhlak warga perlu dipikirkan.
3. Ma’ad (Tempat kembali). Belajar dari tempat kembali mengingatkan kita pada hakikat kita. Kita kembali ke hadirat Tuhan. Maka, perintah Tuhan adalah mutlak diikuti. Juga, tempat kembali yang baik adalah tempat kembali yang memberikan kedamaian serta ketentraman. Bangunlah Bawean menjadi wilayah yang membuat para wisatawan ‘ingin dan ingat’ pada tempat kembali.
4. Baitul haram. Maksudnya kota yang dimulyakan. Agar wilayah kita dimulyakan. Kita harus lebih dahulu memberikan kemulyaan bagi tamu kita. Berikan pelayanan terbaik untuk setiap tamu. Maka, merekapun akan memulyakan kita sebagai tuan rumah yang patut dimulyakan.
5. Risalah Qur’ani. Asal makna qur’an sebagai bacaan. Makkah dan Madinah adalah tempat turunnya Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah imam yang menyelamatkan. Al-Qur’an adalah pedoman yang terbaik dan tak tertandingi. Belajar dari sini, kita bangun Pulau Bawean suka membaca. Membaca sejarah, membaca potensi, membaca kelemahan, membaca apapun saja. Kita juga harus bisa memfasilitasi dan membisaakan strategi ‘MEMBACA’ ini bagi semua yang berhubungan dengan Pulau Bawean.
Inspirasi Paten
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” Ayat suci ini menginspirasi dengan paten kesimpulan dan rekomendasi tulisan ini. Usulan ini ditulis sehubungan dengan alinea terakhir sebelum ini. Membaca harus didasari karena Tuhan. Tuhan maha Pandai. Maka, khalifah-Nya di bumi (baca: manusia) harus pandai. Tuhan Maha Mencipta. Maka, manusia harus bisa menciptakan.
Menciptakan sesuatu yang asalnya dari tidak ada menjadi ada. Contoh atau buktinya ? Gedung bertingkat 10, 20, 100, dan sebagainya. Asalnya sudah dibangun di benak pikiran sang arsitek. Dari tidak kelihatan menjadi kelihatan. Kok bisa? Semuanya dari membaca. Membaca agar tahu. Membaca agar terampil. Membaca agar Bawean menjadi lebih baik. Pulau Bawean lebih memikat dan lebih menarik.
Sekali lagi, kita bisa menyimpulkan dan mengusulkan agar ‘membaca’ ada di Pulau Bawean. Dimanapun dan kapanpun. Di pelosok Pulau Bawean harus ada sarana PERPUSTAKAAN. Perpustakaan Kecamatan Sangkapura, Perpustakaan Kecamatan Tambak, Perpustakaan Masjid Jamik Sangkapura, Perpustakaan Desa Kumalasa, Perpustakaan Desa ini dan itu. Jadi, ajak semua membaca. Jadikan membaca sebagai kebisaaan. Pada akhirnya membaca jadi kebutuhan. Kalau kebutuhan perut saja yang kita pikirkan, maka pemiliknya cenderung seperti isinya perut. Tetapi kalau akal pikiran diisi dengan informasi dan pengetahun pasti manusia akan bisa menciptakan dan memberdayakan. Lebih baik dan lebih berdaya untuk diri, keluarga dan lingkungan.
Bisakah itu diwujudkan. Bisa, kalau kita mulai dengan berpikir “Bisa”. Mulailah dengan Bismillah. (Gusphur)
“ Gusphur (nama pena Fatchur Rochman) adalah Pustakawan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Jember. Penulis dapat dihubungi via email : fatchur45@gmail.com atau kontak/sms : 087712986857.
SUMBER RUJUKAN:
http://bawean.net/2008/
http://bawean.net/2009/
http://bawean.net/2010/
http://bawean.net/2011/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Bawean#Bawean
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bawean
http://kisahislam.net/2012/11/06/sejarah-kota-mekkah/
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/