Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » PEROKOK (Dalam Pandangan Saya)

PEROKOK (Dalam Pandangan Saya)

Posted by Media Bawean on Minggu, 25 Agustus 2013

Media Bawean, 25 Agustus 2013

Ali Asyhar, Dosen STAIHA dan Wakil Ketua PCNU Bawean


Konon, para santri Denanyar Jombang dilarang merokok. Bagi yang melanggar terkena sangsi. Satu-dua santri perokok berat biasanya menyingkir jauh untuk menghindari keamanan pondok. Suatu malam yang gelap seorang santri melihat ada orang yang merokok di halaman madrasah yang sepi. “ Minta satu sedotan” pintanya. Setelah diberikan segera ia menghisap dan bara apinya menerangi sekitar. Terlihatlah wajah Kyai Bisri. Spontan santri tadi terbirit-birit sambil membawa rokoknya kyai Bisri. “ Kang…Kang…rokokku bawa sini”

*****

Jangan pernah berdebat dengan perokok. Anda pasti kalah. Perokok memiliki timbunan jurus berkelit seperti belut. Licin menggemaskan. Kalau anda menasehatinya maka siap-siaplah kecewa. Rokok itu mengganggu kesehatan! maka perokok akan menjawab bahwa orang yang tak merokok juga mati. Merokok itu pemborosan! maka dia menjawab orang yang tidak merokok juga banyak yang melarat. Merokok mengganggu orang lain! Maka dia menjawab jangan salahkan saya tapi salahkan angin.

Bagi perokok hidup ini harus dinikmati. Caranya dengan merokok. Bila rokok sudah dihisab maka hilanglah kepenatan hidup dan datanglah kenikmatan serta kepuasan. Satu batang habis disambung lagi. Sambung menyambung tiada henti. Bila sesama perokok bertemu maka mereka akan saling membanggakan dirinya. “Kamu habis berapa bungkus sehari ?” tanya si Bakar kepada Zaid.” Satu bungkus. Kalau kamu?” “ Aku habis 3 bungkus” jawab Bakar dengan bangga.

Biasanya perokok tidak peduli dengan orang lain. Ia akan merokok dimanapun ia suka. Di meja makan, di angkutan umum, di atas sepeda motor, di forum rapat bahkan di serambi masjid. Mereka cuek dan meyakini bahwa merokok adalah aktifitas pribadi sehingga menjadi urusan pribadi. Tak peduli orang di sampingnya terbatuk-batuk. “Lho...saya batuk ini karena rokok anda bung!” “ Salahnya angin”!!.

Siapakah yang suka merokok?

Merokok tak kenal kasta dan usia. Banyak remaja belasan tahun sudah merokok. Uangnya dari mana? Tentu dari orang tuanya. Banyak pula bapak-bapak yang rutin merokok meski anaknya kurus kurang gizi serta terlunta-lunta pendidikannya. Bila ia ditanya “ Apa tidak lebih manfaat bila uangnya dipakai untuk biaya pendidikan anaknya?” “Ah..tetangga kita yang tidak merokok itu anaknya juga hanya lulus SD ” Jawabnya cengengesan.

Merokok bukan hanya dominasi orang awam. Banyak cendekiawan dan ulama yang merokok. Rokok sangat akrab dengan dunia santri dan kyai. Zaman dulu para santri biasa rokok berjamaah.. Artinya rokok satu untuk 10 orang. satu hisapan ganti yang lain dan terus berputar sampai habis. Namun tak sedikit pula pesantren yang tegas-tegas mengharamkan rokok. Diantaranya adalah Pondok Pesantren Langitan Tuban. Area pesantren ini benar-benar zero asap rokok. Banyak pula kyai yang tegas-tegas melarang tamunya merokok.

Hukumnya Merokok

Tiada gunanya menghukumi rokok dari pandangan fiqh. Tak ber-atsar apapun. Mau dihukumi haram atau makruh sama-saja. Majlis Tarjih Muhamadiyah yang tegas menghukumi haram-pun realitanya banyak warganya yang merokok dan menjual rokok. Maka bukan pandangan fiqh yang harus mengemuka tapi sisi etika. Dalam etika social apapun yang mengganggu orang lain adalah tidak baik.

Belajar Empati

Sebagai makhluk social tidak dibenarkan seseorang mengabaikan orang lain. Bila merokok dilakukan di tempat sepi maka itu adalah aktifitas pribadi. Namun saat berkumpul dengan orang lain maka etika sosial harus dipakai. Perokok tidak boleh abai dengan orang lain yang sangat terganggu.

Sungguh naïf bila ada perokok dengan senyum-senyum menikmati asapnya sementara orang lain terbatuk-batuk. Sangat tidak manusiawi bila di angkutan umum masih ada yang tega merokok. Amat tercela bila ada yang merokok di dalam masjid. Dan alangkah biadab seorang bapak yang aktif merokok sedangkan anak-istrinya hidup dalam kemiskinan.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean