Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Membuka Jendela Bawean di Surabaya
Sejarah Bawean Dominan Legenda

Membuka Jendela Bawean di Surabaya
Sejarah Bawean Dominan Legenda

Posted by Media Bawean on Selasa, 19 November 2013

Media Bawean, 19 November 2013


Seminar "Bawean Dalam Perspektif Masyarakat" diselenggarakan di Hotel Halogen Surabaya (16/11/2013), oleh pelaksana PUKAD - HALI. Hadir pembicara di sesion pertama, yaitu Profesor, Dr, Ali Mufrodi, MA. (Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya), Drs.H.K.Ng. Agus Sunyoto, M.Pd. (Budayawan Jawa Timur) dan Dr.H.Suis Qoim Abdullah MA (Pengamat Sosial IAIN Sunan Ampel Surabaya).

Hadir dalam seminar tokoh masyarakat Pulau Bawean di Surabaya, Fuad Mahsuni (anggota DPRD Jawa Timur), Mazlan Mansyur (anggota DPRD Kota Surabaya, Jamaluddin (Calon DPR RI dari PKB), Zaenal Abidin (Ketua DPC Nasdem kota Surabaya), Sudarsono (Calon DPR RI dari Partai Hanura), serta mahasiswa asal Pulau Bawean di Surabaya.

Nico Ainul Yaqin sebagai Direktur PUKAD HALI, mengatakan seminar diselenggarakan dalam rangka menggali informasi dan data kongkret tentang Pulau Bawean. "Hasilnya akan dirumuskan melalui tim perumus untuk dimasukkan dalam Buku Bawean Jendela Dunia,"katanya.

Menurutnya banyak yang menarik tentang Pulau Bawean, diantaranya budaya merantau sehingga warga Bawean tersebar di seluruh dunia, situasi dan kondisi di Pulau Bawean banyak hal untuk dibedah bersama dalam perspektif masyarakat.

Fuad Mahsuni, anggota DPRD Jawa Timur dalam sambutannya mengapreasiasi atas diselenggarakannya seminar Pulau Bawean di Surabaya. "Pulau Bawean butuh perhatian bersama untuk mengatasi segala persoalan dan problematika di masyarakat, khususnya bidang pembangunan,"ujarnya.

"Potensi masyarakat Pulau Bawean cukup bagus, dibuktikan keberhasilan warganya di rantau yang tersebar diseluruh mancanegara termasuk diseluruh daerah NKRI,"paparnya.

Dalam seminar Ali Mufrodi sebagai nara sumber membandingkan bahwa Pulau Bawean sekarang ini lebih maju dibanding tahun 1980 dan 1990. "Sekitar tahun 1977 ketika melakukan penelitian di Pulau Bawean, kondisi masih serba kekurangan. Tapi sekarang sudah lebih banyak kemajuan,"ungkap Guru Besar di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

"Pulau Bawean menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan, seperti obyek wisata didalamnya punya nilai tawar tinggi. Tapi persoalannya, transportasi menuju ke Pulau Bawean masih sulit, sehingga banyak peminatnya merasa enggan untuk kesana,"jelasnya.

Suis Qoim Abdullah dalam menyampaikan materinya menyimpulkan bahwa warga Pulau Bawean banyak yang berhasil di daerah perantauan. "Buktinya di Surabaya, ternyata tokoh Bawean bisa sukses sebagai pengusaha dan politisi,"tuturnya.

Menurut Suis, walaupun saya sendiri belum pernah kesana, tapi banyak teman asal Pulau Bawean ketika mondok di Pesantren. "Ternyata anak Bawean punya bekal konto (silat), termasuk membawa budaya samman yang dilestarikan,"tegasnya.

Agus Sunyoto sebagai nara sumber ketiga menjelaskan awal masuknya agama Islam ke Pulau Bawean. Soal adanya makam Sunan Bonang di Pulau Bawean, menurutnya itu hanya pertilasan ataupun hanya legenda saja.

Kelemahan sejarah di Pulau Bawean, menurut Agus Sunyoto dikarenakan tanpa dilengkapi data otentik, hanya sekedar cerita atau legenda, bisa saja sekedar dogeng saja.

Bersambung........

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean