Media Bawean, 8 November 2013
Oleh Baharuddin
Ketua STAIHA Bawean
Lima puluh penumpang dari Pudakit Barat yang akan melakukan penerbangan dari Juanda ke Kualalumpur Malaysia hangus tidak bisa digunakan lagi. Seorang tenaga kerja dari Tambak harus mencarter pesawat heli untuk memenuhi panggilan kerja di Singapore. Sejumlah warga Singapore dan Malaysia keturunan Bawean harus kembali ke negaranya karena tidak ada pelayaran. Seorang pasien yang harus di rujuk ke Rumah Sakit di Jawa harus meregang nyawa dan akhirnya meninggal dunia dengan sia-sia. Bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari menjadi langka dan harganya – kalau ada – melambung. Perhelatan sering gagal karena nara sumber yang terhalang datang. Calon penumpang terlantar di emperan toko karena kehabisan sangu, menunggu belas kasih berupa pembagian nasi bungkus dari anggota dewan dan pemerintah kabupaten yang senang berburu pencitraan.
Unjuk rasa dengan disertai caci maki dan sumpah serapah kerap terjadi di dermaga pelabuhan, kantor Syahbandar, Kantor Bupati, rumah dinas Wakil Bupati dan gedung Dewan. Dan masih panjang kisah pilu lainnya. Penyebabnya adalah transportasi laut dari/ke Bawean yang tidak kunjung kondusip.
Unjuk rasa dengan disertai caci maki dan sumpah serapah kerap terjadi di dermaga pelabuhan, kantor Syahbandar, Kantor Bupati, rumah dinas Wakil Bupati dan gedung Dewan. Dan masih panjang kisah pilu lainnya. Penyebabnya adalah transportasi laut dari/ke Bawean yang tidak kunjung kondusip.
Pemerintah kabupaten Gresik bukan tidak berbuat. Perusahaan pelayaran didirikan lengkap dengan personalianya seperti Dewan Komisaris dan jajaran Direktur. Namanya :PT. Gresik Samudera. Dan itu sudah mendapat persetujuan dari DPRD. Bupati Sambari Halim dan Ketua DPRD kabupaten Gresik, Zulfan Hasyim – walau keduanya tidak paham tentang perkapalan dan pelayaran – terbang ke Hongkong, konon kabarnya untuk melihat kapal yang akan dibeli dan belum berhasil. Pemerintah kabupaten juga telah mengupayakan penambahan kapal yang akhirnya menjadi tiga tetapi yang dua masih memerlukan perbaikan. Pemerintah pusat juga telah berbuat. Untuk kelancaran penyebrangan – walau pelabuhan yang ada sudah sangat memadahi -- telah dibangun dermaga baru di dusun Songaitopo, desa Sungaiteluk dan hakkul yakin, ainul yakin, pelabuhan yang menelan milyaran rupiah itu tidak akan pernah bisa digunakan karena karakteristik laut di daerah itu tidak memungkinkan untuk dijadikan dermaga. Yang paling anyar, pemerintah pusat telah memberi bantuan kapal bersubsidi dari dana APBN. Kapal inilah satu-satunya kapal yang masih beroperasi.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh warga Bawean?. Hentikan menghujat kegelapan. Segera nyalakan lilin. Caranya?.Bersatulah orang Bawean dimanapun juga berada. Harus ada yang tampil kedepan untuk memimpin. Kita dukung mereka. Lupakan masa lalu. Tunjukkan kepada dunia,bahwa orang Bawean bisa bersatu. Nama-nama berikut dapat dijadikan sosok pemersatu : Datuk Aziz Sattar (bintang film - Malaysia), Faisal bin Wahyuni (Peguambela/Advokat – Singapore), Yahya Zaini (mantan politisi – Jakarta), Lamidi (Sekda Bintan kepulauan Riau),Choirul Anam (dosen, Banjarmasin), Mohammad Amin Yusuf (pendidik –Samarinda), Moh. Ikbal (dekan Fak. Pertanian UNSOED - Purwokerto), Lukman Wafi (Birokrat – Bojonegoro), Zainal Abidin (pengusaha/politisi – Surabaya), Mazlan Mansur (politisi – Surabaya), Zulfan Hasyim (Ketua DPRD Gresik), Mustafa Kamal (Ketua BAZ - Sukabumi), Ghufron Yusuf (Imam masjid – Perth Australia). Fuad Usfa (Dosen - Australia), Faisalul Haq (pelaut – Qatar). Saifuddin (pemilik sejumlah workshop akar jati – Solo), Sulaimi (dokter spesialis anak – Kediri), Fuad Mahsuni (anggota DPRD Jatim), Salim (Kepala Badan Kominfo Batam), Muhyiddin Khatib (kiyai – Situbondo), Mohammad Nuzuluddin (tokoh pemuda – Batam), Qomar (dosen – Malang) Sanusi (KaHumas Pemkot Batam), Hasyim Alawi (Anggota Dewan Fraksi PKS DPRD Pekanbaru), Riza Fahlevi (Pimpinan Redaksi Batam Pos), dan masih banyak lagi. Bahkan bukan orang Bawean tapi peduli akan Bawean juga dapat dimintai bantuannya untu merajut kebersamaan. Mereka adalah : Ajengan Jejen (Sukabumi), Ustadz DR. Diyauddin Kuswandi (Surabaya), dan KH. Thobani Rohas (Surabaya).
Persatuan tersebut diarahkan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknnya. Pengumpulan dana seperti itu pernah dilakukan oleh Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (IKPN-RI) tahun 1992 dengn nilai Rp. 10.000,- setiap anggota Koperasi Pegawai Negeri (KPN), mampu mendirikan Bank Kesejahteraan. Prof. DR. Ir. BJ Habibi (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) tahun 1995 dengan nilai Rp. 20.000,- perlembar, mampu mendirikan koran harian REPUBLIKA. Masyarakat Minang dibawah Gamawan Fauzi (Gubernur Sumbar pada saat itu), dengan Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang) mampu membangun sarana dan prasarana di propinsi itu. Masyarakat Suku Bajo di Sulawesi Selatan mampu memberikan bea siswa kepada anak-anak tak mampu sampai ke perguruan tinggi.
Lalu, marilah kita mencoba menghitung. Penduduk Bawean berjumlah 70.000 jiwa. Belum ada data pasti, tapi warga turunan Bawean di Singapore tidak kurang dari 75.000 dan di Malaysia sekitar 500 ribu. Disejumlah daerah di luar Bawean – tapi masih di dalam negeri – diperkirakan berjumlah 250.000 jiwa, sedangkan di belahan dunia lainnya sekitar 105.000,-. Total 1 juta jiwa.
Dengan mencontoh gagasan Prof. Dr. Sumitro, Prof. Dr. BJ. Habibi, masyarakat Minang dan masyarakat suku Bajo, kita terbitkan Sertifikat Simpanan Khusus Pembelian Kapal (SS KPK) perorang Rp.10.000,- selama 12 bulan, dan dari 1 juta warga Bawean, jika 50.000 orang saja yang berpartisipasi, maka dalam satu tahun akan terkumpul dana Rp. 6 M. Nah, uang tersebut kita tanamkan lewat PT. Gresik Samudra – Badan Usaha Milik Daerah bentukan Pemkab. Gresik -- dalam bentuk penyertaan modal. Tentu dana tersebut tidak cukup untuk pengadaan kapal yang tahan disegala cuaca. Maka Pemerintah Kabupaten harus menyuntikkan dananya lewat APBD Gresik. Jika kekuatan APBD tidak memungkinkan untuk itu, maka perlu diadakan relokasi anggaran terhadap pos ‘yang tidak penting’ seperti pengadaan mobil dinas, perjalanan dinas, studi banding, kunjungan kerja, pos makan minum (mamin), mengurangi tunjangan perumahan anggota dewan, dan lain-lain. Jika hal itupun masih kurang, maka sejumlah perusahaan ‘plat merah’ di Gresik diminta untuk ikut andil menanamkan modalnya.
Lantas, Siapa yang harus menggalang dan memanej dana yang berasal dari warga Bawean yang tersebar dimana-mana itu?. Jawabnya : Kepala Desa. Kenapa ?. Kepala Desa punya otoritas dan ‘mesin’ untukitu. Kepala Desa perlu membuat paguyuban. Paguyuban inilah yang merencanakan dan melaksanakannya. Paguyuban ini pula secara terus menerus melakukan koordinasi dengan sejumlah tokoh Bawean yang ada di perantauan. Tidak ada yang sulit sebab komunikasi bisa ditempuh lewat HP dan ‘dunia maya’. Tunggu apa lagi?. Hentikan menghujat kegelapan, segera nyalakan lilin.