Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » DIRGAHAYU KOTA GRESIK KE-527
Belajar Teladan dari Anak Buangan

DIRGAHAYU KOTA GRESIK KE-527
Belajar Teladan dari Anak Buangan

Posted by Media Bawean on Selasa, 11 Maret 2014

Media Bawean, 11 Maret 2014

Oleh : Sugriyanto (Dosen STAIHA BAWEAN-GRESIK)


Tempo dulu, Gresik pernah mendapat sandangan nama sebagai perkampungan kotor. Penjulukan nama ini diberikan oleh Bangsa Cina yang pernah mendarat di Gresik pada awal abad ke – 15 M, mula-mula menyebut “T” Se “T” SUN” artinya perkampungan kotor, beberapa tahun kemudian berubah menjadi “T’ SIN “T’ SUN” artinya kota baru. (Mustakim, S.S : 2005:7). Penggelaran ini merupakan hal yang tidak berlebihan sebagai konsekuensi logis dari sebuah bandar (Red: pelabuhan) dagang yang boleh dikatakan tertua di Indonesia. Di mana-mana di muka bumi pada zaman bahari atau zaman kuno yang menjadi pelabuhan kapal tempat bongkar muat barang (sebelum ada peti kemas atau kontainer) nampak terlihat amburadul (Baca: Bawean-adhirsa). Semua barang dagangan dan sisa-sisanya semburat berantakan bak kapal pecah saja. Wajar jika bangsa Cina-yang “losneng” (Baca: Bawean -alos koneng) kulitnya halus kuning - menggelari Kota Gresik sebagai kota kotor. Sebutan kota kotor sudah lewat. Semua kembali menjelma menjadi kota baru yang diabadikan dengan nama perumahan GKB (Gresik Kota Baru). Jika di kabupaten lain mendapat penghargaan Adipura Kencana sebagai kota terbersih bisa dianggap sebagai suatu kewajaran. Tidak demikian halnya dengan Kota Gresik yang kerap kali meraih Adipura Kencana sebagai sebuah kehebatan dari sebuah kota yang kotor dulunya menjelma menjadi kota bersih seperti saat ini. Hebat..!

Saat ini tahun 2014 Kota Gresik memasuki hari jadinya yang ke 527. Deretan angka ini benar-benar memberikan makna yang mendalam. Bila diotak-atik deretan angka 527 merupakan tiga angka yang sama-sama kedudukannya sebagai bilangan prima. Sebagai bilangan prima memberikan petunjuk bahwa Kota Gresik benar-benar kota yang namanya dalam Babad Hing disebutkan dengan nama lain “Gerwarase” atau kota sehat wal afiat atau kota “seger lan waras”, kesehatan yang prima. Keprimaan deretan tiga angka tersebut tampak dari 5 dikali 2 ditambah 7 menghasilkan angka 17. Atau angka 7 dikali 2 ditambah 5 menghasilkan angka 19. Bilangan 17 dan 19 pun termasuk bilangan prima. Pasangan angka 527 merupakan angka timbal balik artinya apabila angka 5 ditambah angka 2 menghasilkan angka 7. Sebaliknya apabila angka 7 dikurangi angka 2 menghasilkan angka 5. Cukup adil deretan angka tersebut. Apabila ketiga angka dijumlah yakni 5 tambah 2 tambah 7 ditotal akan berjumlah 14 sebagai penunjuk tahun 2014 yakni tahun kegemilangan. Apa relevansinya angka 527 terhadap kota Gresik sebagai Kota Santri (meminjam nama Raden Santri) menunjukkan bahwa 5 sebagai rukun Islam di antaranya salat 5 waktu dan angka 27 yang berderet sesudahnya sebagai derajat pahalanya yakni 27 derajat. Apabila angka 5 di depan dan angka 7 di belakang diropel sebagai akronim menghasilkan “maju” (lima dan tujuh). Angka 2 sebagai perlambang hidup selalu berpasangan atau berdampingan. Dua jari membentuk huruf V atau viktor sebagai lambang kemenangan dan kedamaian (nama salah satu kecamatan di Kota Gresik). Masih banyak makna tersirat dari deretan angka 527 bila dibedah lewat otak-atik angka. Bahkan angka 2 di tengah mengisyaratkan pada sejarah masa silam Gresik sebagai sejarah bandar dagang diapit oleh 2 selat yakni selat Malaka dan Selat Maluku.

Sejenak interupsi untuk mengenag sajarah Kota Gresik lewat para pendahulunya. Sepeninggal Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) tongkat kepengurusan pondok pesantren diembankan kepada putranya bernama Maulana Ishak (Syekh Awwalul Islam). Sebagai bujang alim nan tampan serta elok parasnya-berdarah Arab- menggantikan posisi ayahendanya untuk mengasuh pondok pesantren di Desa Gapuro Gresik. Liku-liku kehidupan Maulana Ishak berada di dua sisi yakni sisi menyenangkan sekaligus menyedihkan. Penulis mencoba menyarikan kisahnya yang diracik dari dua buah buku dalam kategori best seller yaitu Gresik Sejarah Bandar Dagang dan Jejak Awal Islam oleh Mustakim, S.S (2005) dan Dahlan –Asy’ari Kisah Perjalanan Wisata Hati oleh Susatyo Budi Wibowo (2011).

Termasyhurlah sebuah kerajaan Blambangan di daerah Banyuawangi pemeluk Hindu-Budha dengan rajanya bernama Menak Sembuyu. Kala itu penyakit yang merenggut indera peraba atau kulit terjadi secara endemi dan epidemi. Tidak luput pula putri raja nan ayu rupawan (turunan bangsawan) bernama Sekar Dadu terjangkiti penyakit kulit yang akut. Berbulan-bulan lamanya raja berusaha mendatangkan tabib atau dukun dari berbagai penjuru di nusantara melaui sayembara namun tetap tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Semua tabib dan orang “pintar” angkat tangan untuk mengatasi penyakit yang dianggap langka ini. Atas usul seorang rahib, raja Blambangan itu dianjurkan menemui seorang pemuda alim di Kabupaten Gresik. Diutuslah seorang patih beserta beberapa punggawa kerajaan untuk menemui pemuda yang sudah disebut oleh sang rahib. Sesampai di pondok pesantren yang dimaksud, sang patih menyampaikan maksud kedatangannya. Ketinggian budi pemuda alim itu ditunjukkan dalam menghormati dan menghargai kedatangan tamu sekalipun berbeda keyakinan. Terjadilah negosiasi antara patih utusan Menak Sembuyu dengan Maulana Ishak. Melalui munajat kepada Allah SWT., Maulana Ishak mau mengobati putri Sekar Dadu dengan syarat mau memeluk agama Islam termasuk sang raja. Prasayarat itu ternyata disambut baik oleh keluarga raja dan penghuni istana yang lain.

Berangkatlah Maulana Ishak dengan hati tulus hendak menolong sesama manusia sekaligus usaha pelebaran dakwahnya. Sambil mengunyah tiga lembar daun sirih, Maulana Ishak menuju kerajaan Blambangan untuk mengobati putri Sekar Dadu yang tersiksa akibat penyakit kulit yang dideritanya. Dengan mengoleskan reramuan herbal ke kening Sekar Dadu, penyakit kulit lenyap serta wajah Putri Sekar Dadu menggilap kembali. Masuklah ke dalam Islam semua warga istana Kerajaan Blambangan, kecuali Menak Sembuyu dengan alasan gengsi untuk tetap mempertahankan warisan agama leluhurnya sampai akhir hayatnya. Perasaan terusik wibawa dari Menak Sembuyu terus berkecamuk dalam dadanya. Apalagi rakyat jelata sebagai warganya berbondong-bondong masuk Islam. Semakin besar saja pengaruh Maulana Ishak di daerah Blambangan. Raja Menak Sembuyu seperti turun pamor saja.

Kemudian, Putri Sekar Dadu yang sudah sembuh dari penyakit kulitnya terus mendekan dalam kamarnya. Dia tidak mau makan dan selalu galau hatinya hingga badannya kurus kering namun wajah ayunya tetap konstan dan linier dengan ketampanan pemuda alim sebagai tabibnya yakni Maulana Ishak. Permaisuri sebagai ibunya menjadi tumpuan tempat curhat Putri Sekar Dadu. Tanpa rasa malu-malu Sekar Dadu mengungkapkan kepada ibunya masalah TBC (Red: Tekanan Batin Cinta) yang menderanya setelah ditinggal pulang oleh Sang tabib sebagai arjuna pujaan dan idaman hatinya. Penyakit batin itu ternyata lebih ganas serangannya menusuk dinding hatinya yang mendesak penuh kerinduan yang menggelora. Maklum cinta pertama. Akhirnya sang permaisuri sebagai ibundanya mengungkapkan hal ikhwal penyakit susulan atau penyakit remidian yang dialami Sekar Dadu kepada suaminya yakni Menak Sembuyu. Sekar Dadu menyimpan rasa asmara akan berakibat vatal jika tidak kesampaian. Wanita mana yang tidak kesemsem bila bertatap wajah dengan seorang pemuda alim dan tampan. Cius..!

Bergegaslah patih beserta punggawa kerajaan Blambangan atas utusan raja Menak Sembuyu untuk meminta kesediaan Maulana Ishak menikahi putrinya yang merana dan tersiksa tanpa kehadiran sang pujaan hati dalam bingkai cinta pertama akan membawa kematian itu. Bak gayung bersambut dengan bertepuk kedua tangan diterimalah pinangan Raja Menak Sembuyu. Betapa bahagianya Putri Sekar Dadu hidup bersama jejaka asli dengan kedigjayaan ilmu agamnya yang cukup tinggi. Kebahagian menjadi nyata. Luapan cinta benar-benar tercurah hingga bersemi benih cinta dalam kandungan seorang ibu yang tercantik kala itu. Melihat derasnya arus islamisasi, raja Menak Sembuyu semakin berang dan beberapa kali berusaha menyingkirkan dengan maksud menghabisi nyawa Maulana Ishak. Berbagai macam cara keji dilakukan namun Maulana Ishak selalu mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT. Tiada pilihan lain sebagai jalan terbaik, Maulana Ishak yang sedianya pulang-pergi Gresik-Banyuangi (Blambangan) memutuskan untuk memperdalam ilmu agama ke Samudra Pasai (Aceh Timur). Dilema ini cukup memilukan antara tugas dan tanggung jawab serta kewajiban sebagai seorang suami sekaligus pengasuh pondok pesantren. Terjadilah perang batin yang berkecamuk dalam benaknya. Sebelum meninggalkan Tanah Jawa Maulana Ishak menyempatkan diri untuk pamit kepada istri terkasihnya. Tangis sedih dan air mata perpisahan dalam usaha merengkuh rida Ilahi menjadi penguat keduanya dalam hidup yang berjauhan. Maulana Ishak menyampaikan kepada Sekar Dadu bahwa anak yang dikandungnya dalam usia kandunagn tujuh bulan itu berjenis kelamin laki-laki. Harapannya, anak itu kelak agar dijaga baik-baik. Pergilah Maulana Ishak ke Samudera Pasai.

Mirip dengan kisahnya Nabi Musa, AS. Kebencian Menak Sembuyu dilampiaskan dengan membuang cucunya ke selat Bali yang dimasukkan dalam peti berukir khas Kerajaan Blambangan yang dipaku dalam kegelapan malam. Sebuah kapal dagang miliki Nyi Ageng Pinatih yang akan membawa barang dagangnya ke Bali tersendat tidak bergerak di selat Bali. Keanehan itu memunculkan kecurigaan dari kapten dan awak kapal yang biasanya tidak demikian. Dengan lampu obor (baca: Bawean-oncor) atau suluh terlihat di bagian haluan kapal tertahan oleh peti yang tidak diketahui apa isi di dalamnya. Peti itu kemudian diangkat ke atas gladak kapal dengan membuka tutup peti yang terpaku kuat. Ternyata, isi di dalam peti itu adalah seorang bayi lelaki mungil nan elok rupawan tersenyum dan menggeliat untuk minta digendong seakan-akan. Kapal barang memutar haluan menuju kembali ke pelabuhan Gresik untuk menyampaikan ikhwal penemuan bayi ajaib tersebut. Nyai Ageng Pinatih- yang janda itu- semula akan murka berbalik tersenyum setelah mendapatkan penjelasan dari kapten dan awak kapal lainnya. Dipungutlah anak buangan itu menjadi anak angkat saudagar yang pernah menjadi syahbandar (baca: subadar) wanita pertama di Gresik. Anak angkat itu diberi nama Joko Samodra yang berarti lelaki yang ditemukan di samudera atau lautan.

Tatkala berusia 11 tahun, Joko Samudra oleh Nyai Ageng Pinatih dikirim ke pondok pesantren pamannya di Surabaya yakni Sunan Ampel. Setiap hari Joko Samodra pulang-pergi Gresik-Surabaya dengn berjalan kaki. Kehebatan Joko Samodra yang masih muda oleh Allah SWT. diberi kelebihan mampu memendekkan jarak tempuh Gresik-Surabaya dalam hitungan menit. Dari Pulau Pancikan itulah Joko Samudera menuju Surabaya dalam hitungan menit. Melihat dan merasakan betapa kasihannya bila Joko Samodra harus bolak-balik Gresik-Surabaya setiap hari. Atas usul sunan Ampel Joko Samudera menginap di ampel Denta. Peristiwa yang luar biasa terjadi tatkala Joko Samodra bersama teman-teman sepondoknya saat tidur malam. Sudah menjadi kebiasaan Raden Rahmat bangun tengah malam sambil melihat-lihat kondisi para santri yang sedang lelap dalam tidurnya. Tiba-tiba dari wajah salah seorang santri memancarkan kilauan cahaya (cling). Untuk memastikan siapa santri yang mpunya cahaya itu, Sunan Ampel menyimpul sarung santrinya yang berkilau cahaya cling di tengah malam. Pada pagi hari sang Sunan menanyakan kepada para santri siapa gerangan sarungnya yang tersimpul. Spontan Joko Samodra mengacungkan tangan tanpa mengetahui maksud dari pertanyaan kyainya.

Joko Samodra sudah dianggap anak sendiri oleh Sunan Ampel. Ia berteman dengan Makdum Ibrahim putra dari Sunan Ampel. Setelah ilmu yang didapat terasa cukup dan usia menginjak dewasa, Sunan Ampel menyarankan Joko Samodra dan Makdum Ibrahim untuk memperdalam ilmu agama ke Samudera Pasai. Mereka berguru kepada seorang yang alim. Berangkatlah keduanya menuju tempat yang dimaksud. Bertemulah Joko Samodra dengan seorang guru atau kyai alim yang wajahnya membikin Joko Samodra penasaran selalu bertanya-tanya dalam hatinya seperti ada kemiripan dengan wajahnya. Orang tua mana yang tidak akan berlinang air mata bila bertemu dengan anak yang terpisah sejak dalam kandungan. Dan anak mana yang tidak akan mengharu biru bila bertemu dengan ayahendanya yang selalu dirindukan. Disampaikanlah semua peristiwa yang telah dialami seorang ayah kepada anaknya. Sebagai jiwa muda yang menggelora Joko Samudera sempat melontarkan kebencian dengan maksud untuk membalas dendam kepada kakeknya Menak Sembuyu yang telah berbuat tega. Namun, Maulana Ishak meredam amarah putra kesayangannya dengan penuh kearifan untuk tidak melakukan balas dendam apalagi mengabadikan kebencian hanya karena persoalan keduaniaan. Nasihat Maulana Ishak terpaku kuat dalam benak Joko Samodra hingga menjadi orang besar dan berpengaruh tanpa menyimpan sedikitpun rasa dendam dan kebencian kepada siapa pun. Sebagai anak buangan, Joko Samudera patut menjadi teladan sejati dalam segala aspek kehidupan warga Gresik. Hingga nama Joko Samodra diubah menjadi Raden Paku yang lebih termasyhur dengan nama Sunan Giri atau Sunan maulana Ainul Yakin.

Tidaklah berlebihan apa yang disampaikan De graaf, lahirnya berbagai kerajaan Islam, seperti Demak, Pajang, dan Mataram, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri. Pengaruhnya, kata sejarawan Jawa itu melintas ke luar Pulau jawa, seperti Makassar, Hitu, dan Ternate. Konon katanya, seorang raja baru bisa dikatakan sah kerajaannya kalau sudah direstui oleh Sunan Giri (Ricklefs,1974) di Giri Kedaton dalam bukunya Susatyo Budi Wibowo.(2011:64).

Selain sikap dan perilaku luhur yang diwariskan oleh pendahulunya, Gresik banyak menyimpan kemanfaatan bagi umat manusia khususnya bangsa Indonesia. Kenapa demikian? Berkat PT Semen Gresik yang menjadi cikal bakal PT. Semen Indonesia bersama PT Semen Tonasa telah memberikan kontribusi dalam kokohnya seluruh bangunan di tanah air. Bahkan merambah ke dunia internasional (go interntional). PT. Petro Kimia Gresik- yang masih belum menjadi PT Petrokimia Indonesia- telah banyak menjadikan kesuburan tanah pertiwi dari Sambang sampai Meraoke. PLTU Gresik pun mensuplay energi listrik hingga ke Ibu Kota Indonesia Jakarta. Orang bisa mengatakan di jakarta terdapat Monas yang di puncaknya bertatakan emas, sebaliknya di Gresik juga memiliki yang lebih besar lagi yakni berupa Kebomas. Bahkan yang lebih besar lagi di Pulau Bawean terdapat emas sebesar gunung yakni Gunung Emas. Walau warga Gresik merasakan polusi sebagai dampak dari kota Industri tidak menjadikan sebuah masalah. Pengorbanan Kota Gresik ini laksana nyalah lilin yang menerangi kegelapan malam bagi bumi persada nusantara tercinta.

Semua pendatang yang hendak menepikan kapalnya di pelabuhan Gresik merasakan adanya kesebandingan dengan atau memiliki kemiripan dengan kota pelabuhan Fremantle di Australia barat yang berdiri tahun 1829 (jawa Pos, Selasa 4 maret 2014) dalam kolom Gresik. Betapa bangga warga Gresik dengan 18 Kecamatan kompak dalam meraih kemajuan bersama. Sebentar lagi Gresik akan memiliki pelabuhan berkelas internasional tepatnya membentang di kawsan Sungai Sembayat, Kecamatan Manyar (bukan: manok manyar melainkan nama kecamatan), Karang Kiring, Kecamatan Kebomas, hingga Pulau Pancikan, kecamatan Gresik. Gresik juga termasuk salah satu kabupaten selain Banyuwangi yang punya lapangan terbang (lapter) di jawa Timur yakni di Pulau Bawean yang sudah diekspokan lewat acara Blakra’an stasiun JTV (9 Maret 2014) malam, bertepatan dengan acara tabur bunga bangsa Belanda di perairan laut Pulau Bawean. Masih banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai Gresik hingga saat ini. Tentu sebagai sebuah kota kabupaten dengan segala dinamikanya masih butuh penyempurnaan dan perhatian dari aspek-aspek yang lain.

Sebagai warga kota Kabupaten Gresik-yang berjuluk kota pudak- merasa terenyuh dan bangga menyaksikan gelagat para pejabat mulai camat, bupati, gubernur, menteri, DPR, hakim dan Jaksa, hingga presiden dalam pose kedinasannya selalu bertengger mesra di kepala mereka sebuah hasil kreasi putra Gresik dalam industri rumah tangga berupa songkok nasional. Termasuk dua film besar Sang Pencerah dan Sang Kyai yang membawa Indonesia merdeka dengan sentra cerita dua tokoh KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari yang lahir dari dua penjuru ”J” yakni Jogja dan Jombang berdasarkan garis silsilah sebagai cucu yang nyambung ke Sunan Maulana Malik Ibrahim Gresik. Dirgahayu Gresik ke 527 semoga semakin maju dan sukses....!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean