Media Bawean, 19 Juni 2014
Perusahaan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) segera menuntaskan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Gas (PLTMG) Bawean. Diperkirakan, proyek senilai Rp 30 miliar ini beroperasi pada akhir bulan ini.
Direktur Pengembangan dan Niaga PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Muljo Adji AG mengatakan, operasional PLTMG untuk mengantisipasi beban puncak di Bawean. Saat ini
kondisi listrik di Bawean tidak sama dengan di Jawa. Beban puncak terjadi pada pukul 16.00 yang mencapai 3,5 MW, sementara posisi normal beban hanya 1 MW.
“Saat ini PLN mulai mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dalam proses produksi. Sementara, pasokan listrik di Bawean dipenuhi dari pembangkit berbahan bakar minyak atau solar. Maka itu dikembangkan PLTMG,” jelasnya saat dijumpai di kantornya, kemarin.
Ditambahkan Muljo, bila pasokan dari PLTMG ini nantinya untuk mendukung beban puncak pada pukul 16.00 ke atas. Sedangkan pada jam-jam normal masih menggunakan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel).
Disebutkan, sebagian besar konsumsi listrik di Bawean untuk kebutuhan rumah tangga, dan nyaris tidak ada industri. Sehingga lonjakannya bisa mencapai dua kali lipat pada saat beban puncak. “Ini karena pelanggan listrik wilayah Bawean adalah pelanggan rumah
tangga,” ujarnya.
Pada tahap awal, kata dia, kapasitas pasokan listrik dari PLTMG Bawean dikisaran 3 MW. Diakui, produksi masih bisa ditingkatkan mengingat potensi listrik di Bawean cukup
besar, mencapai 5 MW hingga 6 MW.
Selain itu, pembangunan PLTMG Bawean adalah sebagai pilot project PJB untuk membantu PLN mengurangi konsumsi BBM dalam proses produksi. Jika dalam pengoperasiannya berhasil, PJB akan mengembangkannya di kepulauan kecil sekitar Madura, Lombok dan ke-
pulauan kecil lainnya.
“Kami masih mempelajari distribusi compress natural gas atau gas alami dari PLTU Gresik. Sebab, pasokan harus didatangkan dengan kapal, sementara distribusi melalui laut ke Bawean terkendala cuaca,” pungkasnya.
Direktur Utama PJB, Amir Rosidi membenarkan penggunaan BBM dalam proses produksi di seluruh pembangkit masih ada. Tetapi komposisinya untuk penggunaan BBM dikisaran 10 persen, sedangkan batubara sebesar 40 persen, dan gas men-capai 25 persen.(rif/c4/ris)