Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Potret Tradisi ”NGABUBURET” di Bawean

Potret Tradisi ”NGABUBURET” di Bawean

Posted by Media Bawean on Rabu, 08 Juni 2016



Oleh : SUGRIYANTO (Guru SMA Negeri 1 Sangkapura)


Tradisi dapat dimaknai sebagai kebiasaan. Sebagai bahan pelengkap untuk meminimalisasi perbedaan pandangan mengenai istilah ‘tradisi’ perlu kiranya dikutipkan dari sebuah KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tentang istilah kata ‘tradisi’ itu sendiri. Kata tradisi dapat dimaknai sebagai sebuah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat. Tradisi dapat pula dimaknai sebagai penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. Bagaimana perkembangan dari suatu tradisi yang masih dijalankan oleh penerusnya bisa mengalami pergeseran nilai? Termasuk salah satu yang menjadi branding topik yang aktual dan menjadi sorotan pandangan umum adalah tradisi ”nyare malem” yang dilakoni masyarakat di Pulau Bawean di saat bulan puasa.

Kata ”nyare malem” atau bahasa Sundanya ”ngabuburet” adalah kegiatan mencari atau menyambut datangnya malam atau bedug magrib dengan berjalan-jalan dalam koridor kefaedahan. Kaum muslim baik yang tua maupun yang muda dalam menyambut datangngya bedug magrib selalu diisi dengan kegiatan positif. Bagi anak muda zaman dulu biasanya melakoninya dengan mendatangi langgar atau masjid untuk mendapat pengajian atau siraman rohani dari para kiai atau guru ngajinya (Sang ustad). Langgar atau masjid kala itu dipenuhi oleh anak muda yang haus akan ilmu keagamaan dengan menghadiri majlis taklim. Sedang bagi orang tua-tua kegiatan ”nyare malem” atau ”ngabuburet” berupa kegiatan menganyam atau melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai usaha yang menghasilkan kemanfaatan dalam menopang kehidupan rumah tangganya. Orang terdahulu memiliki anggapan bahwa waktu sesudah asar hingga menjelang bedug magrib banyak membawa keberkahan. Justru itu para pendahulu melakoninya dengan penuh kebersahajaan.

Pandangan lain dari sisi historis yang dihimpun dari sebuah babon kuno yang berserakan sehingga menjadi cerita lisan bagi warga pemiliknya dikatakan bahwa tradisi warga Pulau Bawean dalam ”nyare malem” atau ”ngabuburet” telah dilakoni sejak zaman lampau sebelum manusia maju dari sisi peradabannya. Biasanya orang tua-tua dulu bersama keluarganya pergi menuju tempat di mana arah matahari condong atau tenggelam. Segala keperluan berbuka puasa sesudah waktu asar dibawa pergi mencari malam dengan melakukan ritual sambil membawa tasbih dan perlengkapan sholat untuk berdikir menuju ke arah barat atau tergelincirnya mata hari. Kegiatan yang boleh dianggap kedaluarsa ini cukup beralasan karena orang-orang zaman dulu belum memilki jam untuk menentukan waktu masuk bedug. Sehingga para orang tua zaman dulu cukup berpatokan pada tenggelamnya matahari. Mulai dari takjil, salat magrib berjamaah, berbuka, salat trawih, dan witir dilaksanakan dalam satu paket ”nyare malem” atau ”ngabuburet” , setelah itu barulah kemali ke rumah masing-masing. Sungguh hal ini menjadi ritual yang menjadi bahan renungan betapa bersahajanya kegiatan orang-orang terdahulu dalam semangat beribadahnya dengan melakoni kebiasaan di bulan puasa.

Berbeda dengan pandangan lain di zaman kekinian atau mutaakhir seperti saat ini. Kebiasaan “nyare malem” atau “ngabuburet” memiliki dua kutub nilai, baik nilai positif dan negatif. Pandangan modern ini memberikn gambaran sebagai potret kegiatan “nyare malem” atau “ngabuburet” yang dilkoni oleh anak-anak muda Islam dengan berkendara memenuhi sepanjang jalan protokol atau jalan kabupaten khususnya menuju ke arah barat yakni kawasan dermaga hingga menembus desa paling barat di Pulau Bawean. Secara logis arah perjalanan mereka tidak masuk di akal karena mereka memiliki jam penentu bedug magrib. Mestinya mereka berkendara ke arah timur untuk kegiatan mencari malam lebih cepat bertemu dengan malam atau bedug. Momen “nyare malem” atau “ngabuburet” menjadi sarana mencari teman baru atau kenalan di jalan selama itu. Namun, ada juga mereka yang memanfaatkan tradisi ini yang sudah keluar dari bingkai kebaikan atau mengalami pergeseran nilai. Di antaranya, waktu sakral ini dijadikan wahana balapan atau trac-trackan oleh anak muda yang dalam hal ini ”anak brandal” dengan sesama anak brandalnya yang terkadang berujung dengan perkelahian atau tauran. Bila demikian akhirnya maka akan memicu terjadinya kecelakaan dalam berkendara. Bahkan di antara mereka yang tawuran atau kecelakaan bisa melayang nyawanya. Bila demikian adanya mereka bisa tompes atau meregang nyawa di tempat. Naudzu billah summa naudzu billah…!

Apa dan bagaimana semestinya yang perlu diturun-temurunkan kepada generasi muslim mendatang dalam menyikapi tradisi ”nyare malem” atau ”ngabuburet?” Sebuah keterangan menjelaskan bahwa waktu sesudah asar hingga menjelang magrib merupakan waktu wustha. Di sebuah pengantar buku berjudulWaliyah Zaenab Putri Pewaris Syekh Siti Jenar yang dikarang oleh KH. Dr. M. Dhiyauddin Qushwandhi (bukan Gus Wandi, red) ditegaskan bahwa sholat wustho secara harfiah berarti sholat di tenah-tengah. Ada banyak tafsiran yang menyebutkan sebagai sholat asar atau tahajud. Tidaklah mengherankan bila kegiatan mencari malam itu dilakukan sejak waktu ashar hingga menjelang bedug magrib sebagai waktu penuh ijabah dari sebuah doa dari hamba-Nya. Tradisi yang dianggap baik ini sudah mengalami pergeseran nilai dari tradisi yang penuh hidmat dan bersahaja menjadi tradisi yang perlu mendapat sentuhan dan perhatian bersama. Bila dibuka sebuah potret tradisi ”ngabuburet” atau “nyare malem” sudah disalah-lakukan sebagai kegiatan jalan-jalan atau makan angin untuk ”menyelimurkan” rasa lapar dan dahaga semata. Senyatanya tradisi ini memiliki filosofi yang cukup mendalam dan penuh makna. Demikian tuliasan sederhana ini sebagai follow-up dari kegiatan dialog superaktif di Warung Anjangsana (WA) Smantura Teacher edisi 6 Juni 2016 atau 2 Ramadan 1437 H.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean