Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » ISRA’ MI’RAJ Menembus Segala Dimensi

ISRA’ MI’RAJ Menembus Segala Dimensi

Posted by Media Bawean on Selasa, 04 April 2017


Oleh : AFANDI,S.Pd.M.Pd. (Kepala SMAN 1 Sangkapura)

Mengenang kembali diperjalankannya hamba Allah, Rasulullah Muhammad SAW dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsya (tempat terjauh ke utara) serta naik ke langit ketujuh (sidratul muntaha) dalam perintah penyederhanaan waktu salat dari lima puluh waktu menjadi lima waktu dalam sehari semalam merupakan peristiwa maha dahsyat. Perjalanan di malam ini terjadi dengan roh dan jasad beliau. Hal ini terlihat pada sebuah keterangan bahwa bila rohnya saja yang berisra’ mi’raj berarti itu hanya bisa terjadi dalam alam mimpi, namun bila jasadnya saja yang mengalaminya, tak ubahnya mayit saja yang bergerak. Dengan demikian sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa Rasulullah Muhammad SAW sebagai hamba (abdun) yakni jasad dan roh diperjalankan oleh Allah SWT sebagai sebuah kemukjizatan yang menembus segala dimensi kehidupan hingga zaman termutaakhir seperti sekarang ini.

Betapa terkagumnya pikiran ini bila melihat kemajuan teknologi kedoteran saat ini dengan preparat pembedahan dalam mengangkat sebuah penyakit atau proses partus serta keperluan medis lainnya, termasuk bedah menggenakan sinar laser. Kehebatan termodern ini sudah pernah dialami oleh Rasulullah SAW saat berada di Hijir Ismail. Beliu diterlentangkan oleh dua malaikat yakni Malaikat Jibril dan Mikail dibantu satu malaikat lain untuk melakukan bedah operasi pembersihan atau pemurnian (purifikasi) jiwa Rasulullah SAW di organ hatinya (qolbun) dengan cara mencuci di baskom emas berisi air zam-zam. Pembasuhan itu dilakukan selama tiga kali berturut –turut. Secara metafisis ritual ini sebagai perlambang bahwa selevel hamba Allah SWT yang telah dipersandingkan namanya di tiang lauhil mahfudz dalam dua kalimat tauhid itu masih harus dibersih-sucikan dari segala kotoran jiwa terlebih dahulu untuk menghadap Sang Maha Suci. Bagaimana lagi dengan hati manusia kebanyakan akan bisa dekat atau “menyatu” dalam ungkapan manunggaling kaulo gusti bila kesucian itu belum ada harmonisasi. Nabi Musa, As saja saat menerima firman Allah SWT secara langsung pernah memohon kepada-Nya untuk menampakkan diri pun tidak kuasa apalagi sampai hendak menyatu. Jauh panggang dari asap!

Kendaraan modern yang tercanggih saat ini adalah pesawat terbang dan roket penjelajah ruang angkasa. Buraq Nabi yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bighal itu dengan sayap di pahanya mampu menerbangkan Rasulullah SAW melewati beberapa bukit terjal yang dikawal oleh dua malaikat yakni Jibril dan Mikail plus satu malaikat lainnya. Jenis kendaraan berupa buraq ini kerap kali dikendarai Nabi Ibrahim tatkala hendak menunaikan salat di masjidil haram. Perjalanan perdana lewat penerbangan pertama mendarat di sebuah tempat dan Rasulullah melakukan salat. Tempat pertama yang dituju dalam penerbangan di malam hari bernama Thoibah atau sebutan lainnya Thaif yakni tempat kelak yang akan dijadikan tujuan hijrahnya Nabi. Tempat kedua yang dituju adalah Madyan yakni tempat tumbuhnya pohon Musa. Tempat ketiga yang dituju adalah Bukit Tursina sebagai tempat Musa menerima wahyu langsung dari Tuhannya. Tempat keempat yang dituju adalah Baitul Maqdis atau Batlehem di Palestina lalu naik ke langit ketujuh. Pesawat terbang tercanggih sekali pun saat ini baru bisa menembus planet bumi yakni bulan serta planet dekat lainnya. Bila kita menyaksikan kebenaran itu kita tidak perlu terlalu kagum atas kehebatan otak pikir manusia yang telah menciptakan pesawat super canggih saat ini karena semua itu ada yang menciptakan dan menghendakinya. Kalau saat ini sudah ada wisata luar angkasa, sejak zaman Nabi pun sudah lebih canggih daripada saat ini. Wisata luar angkasa yang dialami oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai wahana penghibur diri setelah orang-orang terdekat yang dicintainya telah mendahuluinya. Kaum kafir Quraisy semakin menjadi-jadi memusuhi beliau. Ini termasuk dimensi batin dalam menghibur diri Rasulullah agar tetap tegar dan gembira menjalani cobaan hidup ini.

Perjalan bersama buraq perdana ini, Rasullullah bertemu dengan jin ifrit berobor menjadi tunggang langgang lari terbirit-birit setelah dibacakan bacaan tertentu. Rombongan Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan hingga menyaksikan petani memanen hasil panennya. Sekali habis dipanen setelah itu pula tumbuh kembali untuk siap dipanen lagi. Kejadian ini sebagai tamsil pahala bagi mereka yang berjihad di jalan Allah SAW yakni dilipat-gandakan menjadi tujuh ratus kali. Perjalanan selanjutnya, Rasulullah SAW menghirup aroma harum yang menyeruak. Malaikat menegaskan bahwa aroma tersebut adalah aroma Masyitah binti Fir’aun dan putera-puteranya. Mereka rela walau mengakhiri hidupnya di kuali atau bejana tima besar demi memperhatahankan keyakinannya dengan mempertuhankan Allah azzawajalah. Ketegaran Masyitah untuk tetap pada pendiriannya hingga rela dilempar ke kuali dengan air mendidih atas seruan kebenaran dari anaknya yang masih bayi atau dalam buaian. Kejujuran seorang anak tidak dapat diragukan lagi. Dari peristiwa keajaiban ini muncul beberapa nama bayi kecil yang sudah mampu berbicara dengan jujur yakni bayi Masyitah, saksi Nabi Yusuf,As. bayi Juraij, Isa putra Maryam. Tamsil yang begitu mengerikan tentang beberapa orang yang sedang menggunting bibir dan lidahnya menggunakan gunting dari besi. Setelah bibir dan lidahnya digunting sendiri akan utuh kembali seperti sedia kala, tanpa nampak bekas guntingan. Sisksaan ini akan diberikan kepada para mubaligh yang suka menebarkan fitnah. Mereka termasuk umat Nabi Muhammad yang pandai mengatakan apa yang tidak mereka lakukan. Naudzu billah! Masih banyak siksa atau azab yang ditampakkan kepada Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra’ Mi’raj. Hal tersebut di atas tercakup dalam dimensi hukum dan sanksinya.

Dalam perjalanan mi’raj (naik) ,di langit pertama, belaiu bertemu dengan Nabi Adam,AS sebagai bapaknya para Nabi. Di langit kedua, Beliau bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariyah. Di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf,As bersama beberapa orang sebagai kaumnya. Di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris,As yakni nabi yang pertama kali menciptakan logam. Di langit yang kelima beliau bertemu dengan Nabi Harun, As. Nabi yang separuh jenggotnya berwarna putih dan separuhnya berwarna hitam. Di langit keenam beliau bertemu dengan Nabi Musa, As. Dan di langit ketujuh beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim,As yakni nabi yang mendapat julukan halilurrahman sebagai nabi yang tulus atau ikhlas. Kecanggihan alat modern berupa pesawat luar angkasa saat ini hanya mampu menembus planet keempat saja yakni planet Mars yang memungkinkan manusia untuk mendarat di sana. Tentu, semua takjub dan heran dengan kehebatan pesawat luar angkasa yang ada saat ini. Pesawat Rasulullah SAW berupa buraq dengan kawalan dua malaikat yakni Jibril dan Mikail plus satu malaikat lainnya mampu menembus langit ke tujuh yakni ke sidaratul munthaha. Setiap memasuki lapisan langit tidak lupa pula ucapan salam terlontar sebagai wujud aspek atau dimensi tatakrama atau bersopan santun antara sesama nabi dan rasul.

Setelah melewati langit ketujuh atau sidartul muntaha, malaikat menyerah diri tidak kuasa untuk mengantarkan Rasulullah Muhammad SAW untuk menghadap langsung ke hadapan Allah SWT. Alasan mendasar dirinya akan terbakar. Padahal kita mahfum bahwa malaikat tercipta dari cahaya saja menyatakan tidak sanggup karena bila memaksakan menghadap Robnya akan terbakar. Apalagi sekadar manusia biasa pada umumnya. Sedangkan bagi Rasulullah Muhammad SAW tidaklah mengherankan karena beliau sebagai kekasih-Nya. Saat memasuki pintu surga, Rasulullah Muhammad SAW menyaksikan tulisan berbunyi ”Pahala Sedekah Itu Dilipatgandakan Sepuluh Kali , Dan Pahala Menghutangi Dilipatgandakan Delapan Belas kali.” Sebuah kalimat penuh hikmah ini cukup mencengangkan. Pandangan awan tentu akan bertanya-tanya mengapa bisa terjadi demikian? Alasan logisnya orang yang meminta itu terkadang ia masih mempunyai sesuatu. Sementara orang yang hutang itu pasti karena terpaksa oleh kebutuhan. Jadi, apa yang dilakukan oleh Raja Salman baru-baru ini dengan memberi pinjaman atau hutangan mungkin karena ingin melipatgandakan pahalanya menjadi delapan belas kali. Sudah barang tentu Indonesia sangat membutuhkan pinjaman lunak tersebut. Dimensi ini meliputi dimensi ekonomi atau keuangan suatu negara.

Beberapa ulasan di atas tercakup dalam dimensi horizontal yakni hubungan antarsesama manusia dalam kehidupan baik segi sosial, ekonomi, budaya, maupun dimensi eksoteris lainnya dalam mencapai kebahagian di dunia. Namun, di balik perjalnan isra’ mi’raj tersirat dimensi rohani dalam menerima kebenaran dalam ujian. Salah seorang sahabat, Abu Bakar dengan keyakinan yang mantap menerima kebenaran tentang berita perjalanan isra’ Mi’raj itu hingga mendapat gelar asshiddiq atau sebagai pembenar. Perjalanan Nabi berupa Isra’ Mi’raj langsung mendapat tantangan dari kaumnya karena diangga tidak rasional. Abu Jahal dengan berbagai usahanya untuk menjatuhkan reputasi Rasulullah Muhammad SAW melakukan testimoni di depan publik kaum quraisy dan umat Islam lainnya atas segala apa yang baru saja telah dialami oleh Rasulullah SAW. Abu Jahal merasa jatuh gengsi dan takut dinyatakan kalah di hadapan publik sampai melontarkan pertanyaan yang menjalar ke hal yang bukan-bukan mirip pertanyaan anak kecil. Dia bertanya tentang jumlah pilar atau tiang masjidil aqsya. Namun, semua terjawab dengan sempurna oleh Rasulullah Muhammad SAW. Walau demikian Abu Jahal Cs. masih belum beriman juga.

Persoalan esensi yang menjadi misi utama diperjalankannya Rasulullah Muhammad SAW mengenai perintah salat. Bentuk kekuasaan sekaligus kemaha-murahan Allah SWT terhadap umat Nabi Muhammad yakni salat yang semula direncanakan lima puluh waktu dalam sehari semalam menjadi lima waktu. Sarana menjalin hubungan vertikal ini menjadi sebuah peringatan bagi umat Islam betapa penting dan luar biasanya ibadah salat, terutama salat jamaah. Baik dan buruk perbuatan seseorang dapat dilihat atau tercermin dari kekhusukan dalam salatnya. Bahkan, amalan yang dimintai pertanggungjawaban pertama kali di akhirat kelak adalah ibadah salatnya. Penghamabaan kita yang sejati secara vertikal lewat salat dalam tindak tanduk gerakannya menjadi perwujudan kepatuhan hamba terhadap Tuhannya. Segala gerak tubuh dalam salat sangat menyehatkan. Betapa mahal nilai dari sebuah kesehatan via gerak dalam salat. Inilah diantrara segala dimensi sejatinya Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean