Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Jawara 3 Burung Dara

Jawara 3 Burung Dara

Posted by Media Bawean on Sabtu, 14 April 2018



Oleh: Sugriyanto

Hobi dan kegemaran kaum pria memelihara burung sudah tidak dapat diragukan lagi. Burung yang terkenal dengan sifat kejinakan dan tak pernah ingkar janji ini kerap kali dielus-dielus bulunya dengan penuh kelembutan. Karakter lembut inilah mungkin yang dijadikan dasar pemikiran dari salah satu produk pembalut kaum wanita menjadikan burung dara atau merpati sebagai ikon iklan produknya. Komunitas kaum Adam ini terjalalin dalam bingkai keakraban yang sudah familiar mendengung di telinga warga yakni "Persatuan Pecinta Merpati Balap Sangkapura" yang diketuai oleh Bapak Abdul Aziz asal Dusun Bangkalan Desa Sawahmulya Kecamatan Sangkapura.

Persatuan balap burung dengan nama Latin colombiaformis ini memiliki anggota sangat plural. Anggota persatuan ini terdiri atas berbagai kalangan dengan jiwa semangat kesetaraan. Mulai dari pejabat, pendidik, ustadz, tokoh masyarakat lintas sektoral, termasuk kiai serta masyarakat awam pada umumnya. Tentu hal ini sebagai salah satu ijtihad dalam usaha menjalin erat rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan persatuan yang nampaknya kian hari kian memudar. Padahal, semua tahu bahwa karakter warga pulau ini sudah menjadi sifat secara turun-temurun sebagai bangsa yang kental dan getol menjalin keakraban. Ironis, bila harus lenyap apalagi hingga bubar persatuan ini. Sesuai dengan penegasan yang tertuang dalam maklumat AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga) bahwa tidak perlu ada judi atau perbuatan menyimpang di balik hobi dan kegemaran merawat dan memelihara burung balapan ini.

Bila kita menoreh ke belakang mengenai kisah burung dara atau merpati ini banyak menyimpan lika-liku masa lalu. Bagaimana secarik surat bisa diantar dalam jarak tempuh ratusan mil. Bagaimana salah satu penerbangan nasional pernah berjaya menggunakan nama burung yang kerap terlihat bertebaran di taman masjid Tajmahal di India. Bagaimana pula perusahaan milik negara dibawa kibaran bendera PT.Pos Indonesia menjadikan merpati sebagai logo kebesarannya. Bahkan negera ini secara umum menggunakan simbol burung sebagai lambang negaranya.

Memang secara teknis operasional persatuan balap burung merpati ini perlu mendapatkan sentuhan pemerintah, terutama tentang pengadaan lahan pacu yang selama ini masih nebeng pada tempat persawahan warga. Sementara, kebutuhan akan tempat pacu tidak memerlukan lahan yang luas. Mungkin selebar jalan raya atau selebar jalan dermaga dengan panjang kurang lebih satu kilo meter sudah cukup memadai untuk setiap kegiatan event berskala besar.

Diakui atau tidak, lomba pacuan burung dara ini telah memberikan secerca rezeki yang sangat berarti bagi kaum duafa yang berada di sekitar arena lomba. Anak-anak jejaka tingting mampu mengais rezeki sebagai tukang melepas atau sebagai "pangocol" burung darah setiap hari-harinya paling sedikit sudah memeroleh pendapatan yang cukup untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya. Namun, di hari-hari event bulanan yang diselenggarakan oleh persatuan balap merpati sudah boleh dikatakan rezekinya mencapai standar upah minimal regional titik nominal hitungan perharinya. Keberkahan rezeki kegiatan balap burung dara ini cukup dirasakan pula oleh para pembuka lapak dadakan dari kalangan warga miskin dengan berjualan berbagai kebutuhan logistik. Raupan pendapatan yang mereka peroleh mampu meningkatkan taraf hidupnya. Secara luas pula, persatuan balap burung dara ini mempu mengatrol penjualan pakan burung berupa jagung dan artak serta penjual jamu sebagai asupan suplemen tambahan demi ketangguhan burungnya.

Keunikan dari burung dara ini tercermin dari ketajaman naluri pada pasangannya. Jarang terjadi salah pilih atau salah sasaran tatkala beradu kencang menuju sang kekasih pujaannya atau burung dara betina yang berada dalam genggaman tangan pemiliknya. Berdasarkan tilik saksi dari beberapa keterangan bahwa ketajaman atau sensitivitas burung dara ini ditunjang dengan warna baju yang dikenakan pemiliknya. Aroma dan bau badan pemilik menjadi sasaran daya ketajaman penciumannya. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila pemilik burung dara selalu menggunakan warna baju yang selalu digunakan pada kebiasaannya.

Kurungan atau sangkar yang kerap kali dibawa ke arena lomba memiliki dua pintu dan dua tingkat. Sudah menjadi kodrat bahwa posisi atau kedudukan pejantan berada di atas sang betina. Sangkar yang dibawa ke arena lomba terkover atau diliputi kain penutup untuk menghindari ingatan burung dara pada tempat tinggalnya. Bila nantinya diadu dalam lomba maka fokus konsentrasi hanya pada arena saja, tidak terpecah pada keinginan untuk pulang ke kandang asalnya. Sebaliknya, bila tidak ditutup dengan kedap, naluri untuk pulang kandang mungkin tak dapat dihindari akan terjadi.

Beberapa kategori dari pemilihan burung dara yang baik dapat dilihat dari sopet atau tulang ekor, kelengkapan jumlah sayap, bentuk dada, paru atau cokcok, serta mata yang amat tajam dan bening berkilau. Nah, bila kreteria tersebut dimiliki oleh seekor burung dara pejantan maka tidaklah mengherankan bila harga burung dara itu sangat fantastis. Harga burung dara sepasang mampu menembus harga puluhan juta bahkan lebih. Kefantastisan itu terlihat dari kandang yang diperuntukkan burung hebat tersebut sungguh istimewa dengan karpet atau permadani sebagai alas tempat tinggalnya dengan standar sangkar yang kompleks. Kesehatan sanitasi dan higienis dari burung tersebut terjaga secara medis standar kesehatan hewan piaraan berkelas.

Peristiwa jadinya perjodohan sedikit menguji pemiliknya untuk bersabar sejenak. Seperti manusia saja prosesnya yakni melalui karantina atau ibarat penganten masih "diokep" terpisah agar pertemuannya benar-benar mencekam rindu pada kekasihnya saat pertemuan. Bila perjodohan sudah jadi walau dilepas jauh di batas mata memandang si pejantan akan kembali pulang karena dasarnya adalah rindu berat.

Saat lomba dilaksanakan kerap kali bunyi "bak bak ker... " terdengar sebagai tekanan berahi dan naluri pejantan untuk dapat mencumbui si betina. Betapa terlihat mengagumkan dari permainan lomba balap dara terlihat saling jegal atau tackle di udara saat sepasang pejantan bila harus bertarung untuk menjadi pemenang atau menjadi yang terbaik sebagai persembahan buat majikannya. Tentu, semua diserahkan kepada wasit agung atau lit yang adil, akurat, dan terpercaya dalam menetapkan keputusan. Sebait ungkapan Jawa pun tak terlupskan pula "Pagupon omae doro, melok nipon tambah sengsoro" artinya kurang lebih demikian "Ikut Jepang tambah sengsara". Selamat pula buat Jawara Tiga Dara: Pak Belalang, Sila, dan Arfas yang telah meraih juara di balap dara beberapa minggu yang lalu di Kecamatan Tambak. Akankah ketiga jawara itu tetap mampu mempertahankan kecemerlangan mahkota juara yang telah diraihnya? Kita tunggu saja event berikutnya yang akan dihelat di Sabe Kotta Kotakusuma Kecatan Sangkapura tanggal 15 April 2018. Selamat berlomba dan sukses. Sip...!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean