Media Bawean, 11 Juli 2008
Oleh : Mr. Gerbang Bawean
Duri dalam daging istilah yang sering kita dengarkan pada suatu organisasi ataupun perkumpulan, bila ada anggota berprofesi sebagai pembangkang ataupun penghambat. Persoalan ini sangat rumit untuk diselesaikan secara singkat, perlu waktu dan proses penyadaran diri melalui tahap terapi diri.
Setiap rencana baik dengan niatan ikhlas dan bertujuan baik, selalu ditantang oleh anggota yang notabene duri dalam daging. Rencana apapun menjadi salah, sedangkan rencana dirinya selalu dianggap benar bagi orang lain. Padahal bila ditawarkan pada orang lain, justru rencana yang diusulkan hanya retorika kata tanpa ada bukti kongkrit untuk menindaklanjutinya.
Istilah ini serangkali terjadi dalam suatu perkumpulan ataupun organisasi. Seandainya pembangkang tersebut diberi jabatan ataupun kedudukan, justru tatanan yang sudah baik akan berubah rusak. Karena selalu bertindak sendiri tanpa memperhatikan pihak lain (akarep kadirik). Seperti pada saat permainan sepak bola ataupun lainnya, bila melihat pemain tidak bisa memasukkan bola ke gawang, maka dianggap bodoh dalam bermain. Sebaliknya jika dirinya diberi bola, disaat menedang saja tidak tepat pada sasarannya.
Sudah seharusnya dalam perkumpulan ataupun organisasi yang merasa menjadi pengurus ataupun anggota untuk mengikuti pada kesepakatan bersama sesuai asas musyawarah mufakat. Bila bertahan pada pendapatnya sendiri dan cenderung membenarkan diri, maka tunggulah kehancurannya untuk perkumpulan tersebut.
Kita lihat banyak organisasi kuat dan bertahan lama, sebab kekompakan dan persatuan dalam wadah tersebut terjalin dengan baik. Sedangkan bila ada persoalan diselesaikan secara baik dan bersama. Bila tidak mencapai kata mufakat maka seharusnya duri dalam daging tersebut dikeluarkan dengan secara paksa ataupun lainnya. Dengan harapan menjaga keutuhan bersama, sehingga tidak berpengaruh pada pihak yang lain.
Posting Komentar