Media Bawean, 26 Agustus 2008
Sumber : Duta Masyarakat
Ragam
Dalam cuaca serba tidak menentu seperti saat-saat ini, transportasi udara dirasakan makin penting artinya. Betapa tidak, coba kita tengok pulau Bawean, beberapa waktu lalu, sudah sekitar dua minggu warga Bawean sempat tertahan di Gresik, karena penyeberangan Gresik Bawean tidak beroperasi lantaran cuaca dan ombak di laut sangat membahayakan pelayaran.
Ini jelas sangat berimbas pada perekonomian di pulau yang berada hampir di tengah-tengah antara pulau Jawa dan Kalimantan itu. Maklum, segala kebutuhan hidup sangat masyarakat di sana bergantung dari kota Gresik. Harga sembako melonjak naik, stok obat-obatan menipis, fasilitas kesehatan terbatas dan segala macam kebutuhan harganya jadi selangit. Untunglah masih ada Kapal TNI AL Teluk Sampit yang masih mampu berlayar. Kedatangan kapal disambut bak pahlawan oleh rakyat Bawean.
Belajar dan hal tersebut di atas, sudah selayaknya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah segera bisa merealisasikan kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi udara. Oleh sebab itu bandara-bandara yang sedang dibangun di Propinsi Jawa Timur yaitu Bawean, Banyuwangi, Sumenep dan Jember harus mendapat prioritas. Terutama mendapatkan prioritas utama.
Untuk menyukseskan program citylink (penerbangan antarkota dalam Propinsi Jawi Timur), Dinas Perhubungan Jatim akan menggandeng Merpati Nusantara Airlines, salah satu badan usaha milik negara di sektor transportasi udara, sebagai partner. Karena BUMN ini banyak memiliki pesawat-pesawat jenis kecil yang cocok untuk daerah yang memiliki landasan pacu pendek.
Adapun minat masyarakat terhadap transportasi udara tidak perlu diragukan lagi. Sejak terjadi semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, yang melumpuhkan transportasi darat, misalnya, peminat transportasi udara Malang - Jakarta sangat tinggi. Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, setiap hari dipadati penumpang. Hal itu membuktikan transportasi udara menjadi transportasi alternatif apabila transportasi udara hemat waktu, relatif lebih aman, nyaman, dan lebih efisien walaupun biayanya relatif mahal.
Menurut Annex 14 Aerodrome yang dikeluarkan International Civil Aviation Organization (ICAO) / Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, apabila ditinjau dari prasarana yang ada, bandara-bandara di Jatim merupakan bandara kategori dua. Bandara ini misalnya Bandara Trunojoyo (Sumenep, Madura), Bandara Hadi Notonegoro (Jember), Blimbingsari (Banyuwangi), dan Bawean yang sedang dalam tahap pembangunan. Bandara ini memiliki panjang landasan 800 m - 1.400 m.
Pertanyaan kita adalah tipe pesawat yang sesuai dengan landasan pacu yang ada? Perlu diketahui, dalam perencanaan pembangunan sebuah bandara (airport planning) harus dilakukan studi dahulu (tentang perkiraan jumlah penumpang yang akan menggunakan bandara tersebut. Harus pula diprediksi pengembangarn ke depan dan tipe pesawat yang sesuai dan efisien dari sisi pengoperasiannya. Harus pula dipertimbangkan kemampuan masyarakat yang akan menggunakan jasa penerbangan tersebut.
Menurut buku Jane�s All The World Aircraft, pesawat yang sesuai untuk bandara-bandara di Jatim antara lain CASA 212 seri 200 dan 300, Pilatus Porter (PC-6), Pilatus Britten - Norman (BN2B), King Air 350, Cessna Grand Caravan (Cessna 208), Twin Otter (DHC-6), Dash 7, dan beberapa jenis pesawat lain.
Pengoperasian bandara-badara di Jatim memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Pertama, meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengembangkan pariwisata. Apalagi Jatim memiliki daerah-daerah potensial yang belum digarap secara optimal, misalnya Pulau Bawean, Banyuwangi, Jember dan Sumenep.
Bawean merupakan daerah yang terdapat banyak tenaga kerja Indonesia dengan mobilitas yang sangat tinggi sepanjang tahun, dan masih mengandalkan penyeberangan laut ke Gresik. Banyuwangi merupakan kawasan wisata indah dan mungkin bisa bersaing dengan Bali, apabila benar-benar dikembangkan.
Kita lihat saja Pantai Muncar dengan berbagai daya tariknya. Jember merupakan daerah penghasil teh yang terkenal dan penghasil sayuran. Sumenep merupakan kota di sebelah timur Madura yang kaya akan budaya dan hasil tambang yang memukau serta kawasan potensial sebagai pembuka kawasan Pulau Madura, khususnya sektor pariwisata.
Kedua, membuka kawasan terisolasi. Kalau kita lihat kawasan Indonesia bagian Timur, terutama Papua, bandara merupakan satu-satunya prasarana transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya. Apakah hal ini juga berlaku untuk daerah Jatim?
Benar. Bandara-bandara di Jatim bukan merupakan satu-satunya satu-satumya transportasi utama, namun tetap bermanfaat. Apabila kita lihat, kawasan selatan Jatim tentu saja tidak semaju kawasan utara. Oleh karena itu, bandara adalah salah satu prasarana dalam membuka daerah seperti Malang selatan, Lumajang, Pacitan, dan lain-lain.
Ketiga, sebagai prasarana penanggulangan bencana alam yang efektif. Kita ingat bencana gempa di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah saat Bandara Adisutjipoto dinyatakan ditutup, maka Bandara Adisumarmo Solo, menjadi alternatif dalam memberikan bantuan. Bantuan bukan saja datang dari dalam negeri, bahkan pesawat dari negara-negara lain, termasuk Iran, mendarat langsung di Solo. Apabila jalur transportasi darat dan laut mengalami hambatan, bantuan bisa dilancarkan lewat udara. Apalagi TNI AU mempunyai pesawat C-130 Hercules dengan kapasitas angkut sampai 17 ton, bahkan lebih. Bayangkan apabila hanya mengandalkan helikopter.
Keempat, menciptakan layanan pekerjaan. Coba kita bayangkan, dengan beroperasinya dua atau tiga pesawat setiap hari, sudah berapa banyak tenaga kerja yang akan terserap, mulai personel bandara, petugas ground handling, travel agent, hingga pegawai airline.
Bermunculannya bandara-bandara baru di Jatim memang sempat mendatangkan pro dan kontra, bahkan sebagian orang hanya memandang sebelah mata. Namun, cobalah kita berpikir dan belajar terhadap kejadian-kejadian yang telah lalu bahwa transportasi udara sangatlah penting. Itulah mental kita pada umumnya yang cenderung menyerah sebelum kalah dan malang terlalu berdekatan.
Apabila kita jauh menerawang ke Amerika Serikat, banyak sekali bahkan puluhan bandara berdekatan dibangun, karena mereka menyadari bahwa prasarana transportasi sangat penting dalam mendukung sektor-sektor lain. Dan dengan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan serta didukung armada berkualitas dengan pengawasan ketat dari pemerintah, kita berharap pada masyarakat pengguna jasa traansportasi udara di Jatim akan timbul rasa percaya yang baik, sehingga masyarakat Jatim bisa mendapatkan manfaat dari program �citylink�. (ger)
Sumber : Duta Masyarakat
Ragam
Dalam cuaca serba tidak menentu seperti saat-saat ini, transportasi udara dirasakan makin penting artinya. Betapa tidak, coba kita tengok pulau Bawean, beberapa waktu lalu, sudah sekitar dua minggu warga Bawean sempat tertahan di Gresik, karena penyeberangan Gresik Bawean tidak beroperasi lantaran cuaca dan ombak di laut sangat membahayakan pelayaran.
Ini jelas sangat berimbas pada perekonomian di pulau yang berada hampir di tengah-tengah antara pulau Jawa dan Kalimantan itu. Maklum, segala kebutuhan hidup sangat masyarakat di sana bergantung dari kota Gresik. Harga sembako melonjak naik, stok obat-obatan menipis, fasilitas kesehatan terbatas dan segala macam kebutuhan harganya jadi selangit. Untunglah masih ada Kapal TNI AL Teluk Sampit yang masih mampu berlayar. Kedatangan kapal disambut bak pahlawan oleh rakyat Bawean.
Belajar dan hal tersebut di atas, sudah selayaknya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah segera bisa merealisasikan kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi udara. Oleh sebab itu bandara-bandara yang sedang dibangun di Propinsi Jawa Timur yaitu Bawean, Banyuwangi, Sumenep dan Jember harus mendapat prioritas. Terutama mendapatkan prioritas utama.
Untuk menyukseskan program citylink (penerbangan antarkota dalam Propinsi Jawi Timur), Dinas Perhubungan Jatim akan menggandeng Merpati Nusantara Airlines, salah satu badan usaha milik negara di sektor transportasi udara, sebagai partner. Karena BUMN ini banyak memiliki pesawat-pesawat jenis kecil yang cocok untuk daerah yang memiliki landasan pacu pendek.
Adapun minat masyarakat terhadap transportasi udara tidak perlu diragukan lagi. Sejak terjadi semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, yang melumpuhkan transportasi darat, misalnya, peminat transportasi udara Malang - Jakarta sangat tinggi. Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, setiap hari dipadati penumpang. Hal itu membuktikan transportasi udara menjadi transportasi alternatif apabila transportasi udara hemat waktu, relatif lebih aman, nyaman, dan lebih efisien walaupun biayanya relatif mahal.
Menurut Annex 14 Aerodrome yang dikeluarkan International Civil Aviation Organization (ICAO) / Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, apabila ditinjau dari prasarana yang ada, bandara-bandara di Jatim merupakan bandara kategori dua. Bandara ini misalnya Bandara Trunojoyo (Sumenep, Madura), Bandara Hadi Notonegoro (Jember), Blimbingsari (Banyuwangi), dan Bawean yang sedang dalam tahap pembangunan. Bandara ini memiliki panjang landasan 800 m - 1.400 m.
Pertanyaan kita adalah tipe pesawat yang sesuai dengan landasan pacu yang ada? Perlu diketahui, dalam perencanaan pembangunan sebuah bandara (airport planning) harus dilakukan studi dahulu (tentang perkiraan jumlah penumpang yang akan menggunakan bandara tersebut. Harus pula diprediksi pengembangarn ke depan dan tipe pesawat yang sesuai dan efisien dari sisi pengoperasiannya. Harus pula dipertimbangkan kemampuan masyarakat yang akan menggunakan jasa penerbangan tersebut.
Menurut buku Jane�s All The World Aircraft, pesawat yang sesuai untuk bandara-bandara di Jatim antara lain CASA 212 seri 200 dan 300, Pilatus Porter (PC-6), Pilatus Britten - Norman (BN2B), King Air 350, Cessna Grand Caravan (Cessna 208), Twin Otter (DHC-6), Dash 7, dan beberapa jenis pesawat lain.
Pengoperasian bandara-badara di Jatim memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Pertama, meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengembangkan pariwisata. Apalagi Jatim memiliki daerah-daerah potensial yang belum digarap secara optimal, misalnya Pulau Bawean, Banyuwangi, Jember dan Sumenep.
Bawean merupakan daerah yang terdapat banyak tenaga kerja Indonesia dengan mobilitas yang sangat tinggi sepanjang tahun, dan masih mengandalkan penyeberangan laut ke Gresik. Banyuwangi merupakan kawasan wisata indah dan mungkin bisa bersaing dengan Bali, apabila benar-benar dikembangkan.
Kita lihat saja Pantai Muncar dengan berbagai daya tariknya. Jember merupakan daerah penghasil teh yang terkenal dan penghasil sayuran. Sumenep merupakan kota di sebelah timur Madura yang kaya akan budaya dan hasil tambang yang memukau serta kawasan potensial sebagai pembuka kawasan Pulau Madura, khususnya sektor pariwisata.
Kedua, membuka kawasan terisolasi. Kalau kita lihat kawasan Indonesia bagian Timur, terutama Papua, bandara merupakan satu-satunya prasarana transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan lainnya. Apakah hal ini juga berlaku untuk daerah Jatim?
Benar. Bandara-bandara di Jatim bukan merupakan satu-satunya satu-satumya transportasi utama, namun tetap bermanfaat. Apabila kita lihat, kawasan selatan Jatim tentu saja tidak semaju kawasan utara. Oleh karena itu, bandara adalah salah satu prasarana dalam membuka daerah seperti Malang selatan, Lumajang, Pacitan, dan lain-lain.
Ketiga, sebagai prasarana penanggulangan bencana alam yang efektif. Kita ingat bencana gempa di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah saat Bandara Adisutjipoto dinyatakan ditutup, maka Bandara Adisumarmo Solo, menjadi alternatif dalam memberikan bantuan. Bantuan bukan saja datang dari dalam negeri, bahkan pesawat dari negara-negara lain, termasuk Iran, mendarat langsung di Solo. Apabila jalur transportasi darat dan laut mengalami hambatan, bantuan bisa dilancarkan lewat udara. Apalagi TNI AU mempunyai pesawat C-130 Hercules dengan kapasitas angkut sampai 17 ton, bahkan lebih. Bayangkan apabila hanya mengandalkan helikopter.
Keempat, menciptakan layanan pekerjaan. Coba kita bayangkan, dengan beroperasinya dua atau tiga pesawat setiap hari, sudah berapa banyak tenaga kerja yang akan terserap, mulai personel bandara, petugas ground handling, travel agent, hingga pegawai airline.
Bermunculannya bandara-bandara baru di Jatim memang sempat mendatangkan pro dan kontra, bahkan sebagian orang hanya memandang sebelah mata. Namun, cobalah kita berpikir dan belajar terhadap kejadian-kejadian yang telah lalu bahwa transportasi udara sangatlah penting. Itulah mental kita pada umumnya yang cenderung menyerah sebelum kalah dan malang terlalu berdekatan.
Apabila kita jauh menerawang ke Amerika Serikat, banyak sekali bahkan puluhan bandara berdekatan dibangun, karena mereka menyadari bahwa prasarana transportasi sangat penting dalam mendukung sektor-sektor lain. Dan dengan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan serta didukung armada berkualitas dengan pengawasan ketat dari pemerintah, kita berharap pada masyarakat pengguna jasa traansportasi udara di Jatim akan timbul rasa percaya yang baik, sehingga masyarakat Jatim bisa mendapatkan manfaat dari program �citylink�. (ger)
Posting Komentar