Media Bawean, 26 Agustus 2008
Oleh : Baharuddin, SH. MH. Aktivis dan Pendiri Sejumlah LSM yang bergerak dibidang lingkungan hidup, tinggal di Pulau Bawean.
Ketika bumi di foto pada malam hari dari angkasa, terdapat pemandangan sebagai berikut : Bumi bagian benua Eropa, Amerika dan Australia pada umumnya tampak terang benderang. Bumi di Asia, menunjukkan pemandangan yang kontradiktif. Sebagian besar daratan Jepang, Korea, China, Hongkong dan Malaysia cukup terang. Bahkan Singapore benderangnya sangat mencolok. Ketika kamera diarahkan ke bumi Indonesia, pemandangannya sangat kontras : yang nampak hanya gelap kecuali dibagian kecil kota di jawa.
Kenyataannya menurut suatu laporan, produksi listrik di Indonesia masih kalah jauh dengan negara-negara di Asia lainnya. Bahkan dengan negara sekecil Singapore yang luasnya sedikit lebih besar dengan Pulau Bawean, dengan Indonesia masih berbanding 3 : 1. Padahal Singapore tidak punya tambang minyak, gas, batubara dan air terjun yang merupakan energi utama untuk memproduksi listrik.
Sebaliknya di Indonesia, alamnya sangat kaya dalam sumber energi tersebut. Di Aceh ada tambang gas. Di Cilacap, Indramayu, Cepu dan Bojonegoro ada tambang minyak. Di Kalimantan ada tambang batubara. Di sejumlah lepas pantai di Indonesia menyimpan minyak yang sangat luar biasa besarnya. Di sejumlah pantai seperti Gresik, Paiton dan lain-lain dibangun sejumlah PLTG dan PLTU. Di Malang, air terjun Karangkates simanfaatkan untuk PLTA. Ombak, angin dan surya mempunyai karakteristik yang sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Bahkan sampah dan kotoran ternakpun juga bisa untuk itu.
Tetapi kenapa di Indonesia terjadi krisis listrik? Jawabannya, karena bangsa Indonesia memang bodoh. Kualitas SDM kita dibawah standar.
Tambang minyak, gas alam dan batubara kita sudah dikuasai oleh asing. Perusahaan Caltex (California Texas), Exon, China, Jepang dan lainnya dengan leluasa telah menancapkan kukunya di Indonesia.
Negara Singapore terang benderang karena mendapatkan pasokan minyak dari lepas pantai kepulauan Natuna lewat pipa bawah laut. Dan yang lebih aneh lagi, Indonesia yang pernah menjadi anggota Opex (organisasi pengespor minyak dunia) untuk perbekalan dalam nergeri masih membeli dari Singapore yang sama sekali tidak punya tambang minyak.
Menurut laporan The Transparansi International, Singapore adalah negara yang paling efisien dalam masalah listrik. Seiring dengan naiknya harga minyak dipasaran internastional, justru Indonesia mengalami krisis listrik. Dampaknya tidak hanya terjadi pemadaman listrik, tapi pemerintah tidak sanggup membiayai pembangunan pembangkit listrik tenaga diesel. Kebijakan pemerintah tersebut juga mengancam masyarakat Bawean.
(Bersambung)
Posting Komentar