Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Tergiur Rujak Cingur

Tergiur Rujak Cingur

Posted by Media Bawean on Minggu, 17 Agustus 2008

Media Bawean, 17 Agustus 2008

Sumber : Batam Pos
Warga Bawean di Batam, punya tempat nongkong baru. Rasa rindu masakan khas Bawean terpenuhkan dengan hadirnya Pondok Boyan, rumah makan khas Bawean di Sei Panas Batam. Rujak cingur, makanan khas Jawa Timur sudah pasti tersedia. Rasanya, ueenak tenan...

Pondok Boyan ini, berdiri sebulan lalu. Penampilannya tidak mencolok melainkan seperti warung-warung nasi pada umumnya. Hanya ada stokis yang menyajikan beberapa maskanan mirip masakan padang, yang disajikan dengan piring-piring dan baskom untuk opor.

Pondok yang terletak di Sei Panas berseberangan dengan Puskemas Sei Panas ini, ternyata ramai dikunjungi orang Bawean yang berada di Batam. Rumah makan ini adalah satu-satunya dan merupakan rumah makan yang pertama menyediakan masakan khas Boyan. Kehadirannya tentu saja sangat ditunggu-tunggu warga Bawean yang akrab disapa Boyan ini.

Beberapa warga Bawean di Batam, menyebut, di Sei Panas banyak orang yang berasal dari Bawean. ”Di belakang warung ini, banyak orang Bawean,” kata Hayatul Nufus, pemilik warung Pondok Boyan.

Keakbaran para orang Bawean yang berada di Batam jelas terlihat. Sambil menikmati khas masakan itu mereka asyik bercanda dengan bahasa daerahnya sendiri. Sementara sang pemilik warung, asyik mengulek bumbu-bumbu untuk membuat rujak cingur.

Rujak cingur, adalah salah satu masakan khas Jawa Timur. Makanan mirip gado-gado atau pecel yang berisi campuran kangkung, taoge, mangga muda, tempe goreng, tahu goreng dan cingur alias tulang rawan hidung sapi ini, menjadi seru. Sebab, rasanya bervariai, asam karena buah-buahan, dan asin lantaran menggunakan bumbu petis yang terbuat dari ikan. Makin nikmat jika dimakan dengan kerupuk.

Selain rujak cingur, ada juga makanan khas Bawean yang lain lagi seperti tumpi-tumpi, konco-konco, paes-paes dan opor yang jadi kebanggan warga Bawean.

Menurut Tutun, rujak cingur memang paling laku. Meski tangan menjadi pegal karena sering mengulek, tetapi tak masalah. Ada tiga puluh bungkus setiap harinya. Rujak cingur itu dibungkus daun dan dibentuk pincuk. Warga Bawean menyebut calerong.

Bahan bakunya bisa diperoleh di Batam. Kecuali petis yang sengaja didatangkan sengaja dari Bawean. ” Petis ini kita datangkan dari Bawean. Sebab di sini tidak ada,” ujar Tutun.

Cingur alias tulang rawan hidup sapi ini, kata Tutun, banyak diperoleh di pasar. Sebelumnya, pedagang di Batam membuang cingur ini. Tidak ada yang membelinya. ” Mereka tidak tahu mau diapakan cingur itu,” kata Tutun.

Karena itulah, Tutun memesan cingur itu. ” Padahal Cingur itu bisa dimasak apa saja,” katanya.

Ada juga yang khas lain yaitu Ikan Sapit. Ikan ini biasanya menjadi makanan khas ketika acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang akrab disebut Mauludan. Meski tidak jelas sejarahnya, tetapi ikan ini selalu disuguhkan. Biasanya dimasak pedas dengan bumbu-bumbu lengkap seperti cabe merah, kunyit, pala, sereh dan lainnya.

” Ikan ini selalu ada disuguhkan pada peringatan Mauludan,” kata Tutun.

===========

Disinggahi Pekerja Kapal

Tutun dan suaminya, baru da bulan saja mengadu nasib di Batam. Berbekal tekad untuk mengadu nasib, mereka hijrah dari Bawean ke Batam. Sebelum hijrah ke Batam, Tutun dan keluarga juga berjualan masakan. ”Di sana juga laku, tapi daya beli masyarakat yang kurang,” kata Tutun.

Karena itulah, mereka memutuskan hijrah ke Batam. Ketika sampai di Batam, Tutun langsung membuka warung di Telagapunggur. Tetapi di daerah tersebut, kata Tutun, agak sepi. Tidak banyak orang Bawean.

Sebulan tak membawa hasil, Tutun pun kemudian mencari lokasi baru. Ditemukanlah Sei Panas ini. ”Ternyata di sini tepat sekali. Di belakang ini banyak orang Boyan,” kata Tutun. Apalagi banyak pemuda-pemuda asal Bawean yang bekerja di kapal sengaja singgah ke warungnya.

Rata-rata mereka sangat merindukan masakan kampungnya. Para pemuda asal Bawean yang rata-rata sebagai pelaut itu, biasanya membawa bumbu opor untuk dimasak di laut. Tetapi kini bisa langsung makan. Tutun sangat optimis, usahanya bisa berkembang. (lis)

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean