Media Bawean, 19 September 2008
Menanggapi Tulisan H. Samri Barik, SH.
(Sihir Kebudayaan Yang Tidak Akan Hilang)
Oleh : Bambang Hermanto*
Berbicara tentang sihir tidak sedikit orang yang doyan bermain dengan ini terutama untuk menjatuhkan lawannya, baik itu lawan politik, persaingan perdagangan, bahkan kegiatan sihirpun kerap sekali terjadi dilingkungan keluarga sendiri.
Di Pulau Bawean khususnya sering orang luar sana (bukan Bawean) menilai Pulau Bawean dengan pulau yang penuh kehidupan mistik. Konon ada cerita orang manapun dan dari suku manapun kalau dengar bahwa si fulan orang Bawean pasti takut, yaitu takut pada sihirnya. Bahkan orang Madurapun yang katanya angkuh yang terkenal dengan budaya CAROKnya juga takluk terhadap orang Bawean. Tapi menurut saya ini isu, bukan fakta.
Berbagai macam sihir yang ada di Pulau Bawen. Lalu bagaimana kita menghadapi fenomena ini?
Kenyataan masyarakat Bawean yang suka dengan hal-hal yang berbau mistik memang bisa dikatakan sebuah budaya, tapi kita tidak bisa main serobot kalau semua budaya itu baik. Apalagi ada yang berdalih kalau semakin banyak orang bermain sihir maka itu semakin SENI. Jadi Budaya sihir adalah budaya yang sangat bobrok yang harus kita buang jauh-jauh...
Dan dalam pandangan Islam, perbuatan sihir, baik yang "putih" maupun yang "hitam", keduanya dilarang bagi orang beriman. Keduanya, ditambah dengan perbuatan berkolaborasi dengan jin, termasuk ke dalam perbuatan-perbuatan yang tak akan diampuni Allah SWT jika sebelum wafat tidak bertobat. Ketiganya termasuk ke dalam katagori syirik nyata atau terang-terangan. Artinya, dosanya sama dengan orang yang menyembah patung.
Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa yang paling besar (tiga kali) ? mereka menjawab : ya, wahai Rasulullah ! beliau bersabda : menyekutukan Allah" (muttafaq 'alaih, Al Bukhari hadits nomor : 2511)
Lalu bagaiman cara menghilang budaya sihir yang sedang mendarah daging di masyarakat Bawean?
Disini akan saya jelaskan beberapa hal agar kita jauh dari perbuatan musyrik ini (SIHIR) :
1. Meneguhkan Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allah adalah Raja, Penguasa dan Rabb yang mengatur segala sesuatu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"... Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam." [Al-A'raaf: 54]
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"...Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabb-mu, kepunyaanNya-lah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." [Faathir: 13]
Kaum musyrikin pun mengakui sifat Rububiyyah Allah. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.
"Katakanlah (Muhammad): 'Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka, mereka menjawab: 'Allah.' Maka, katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?' Maka, (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka, mengapa kamu masih berpaling (dari kebenaran)?" [Yunus: 31-32]
Firman Allah Azza wa Jalla.
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Pastilah mereka akan menjawab, 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Mahamengetahui.'" [Az-Zukhruuf: 9] [1]
Kaum musyrikin pun mengakui bahwasanya hanya Allah semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rizki, Pemilik langit dan bumi, dan Pengatur alam semesta. Namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, mereka bertawassul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka sebagai pemberi syafa'at, sebagai-mana yang disebutkan dalam beberapa ayat.[2]
Dengan perbuatan tersebut, mereka tetap dalam keadaan musyrik, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain)." [Yusuf: 106]
Sebagian ulama Salaf berkata, "Jika kalian bertanya kepada mereka, 'Siapa yang menciptakan langit dan bumi?' Mereka pasti menjawab, 'Allah.' Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya." [3]
2. Meneguhkan Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari'atkan oleh-Nya, seperti berdo'a, khauf (takut), raja' (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti'aanah (minta pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti'adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari'atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila dia mati dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah atas perbuatan syiriknya). (An-Nisaa: 48, 116)[4]
Al-ilaah artinya al-ma'luuh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." [Al-Baqarah: 163]
Syaikh al-'Allamah 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di (wafat th. 1376 H) rahimahullah berkata, "Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, dan Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi dan Allah tidak boleh disekutukan dengan seorang pun dari makhluk-Nya." [5]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Allah menyatakan bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (yang menegakkan keadilan). Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Mahabijaksana." [Ali 'Imran: 18]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman mengenai Laata, 'Uzza dan Manaat yang disebut sebagai ilah (sesembahan), namun tidak diberi hak Uluhiyyah.
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan satu keterangan pun untuk (menyembah)-nya..." [An-Najm: 23]
Setiap sesuatu yang disembah selain Allah l adalah bathil, dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla.
"Demikianlah (kebesaran Allah) karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang bathil, dan sesung-guhnya Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi, Mahabesar." [Al-Hajj: 62]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi Yusuf 'Alaihis sallam, yang berkata kepada kedua temannya di penjara:
"Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang (nama-nama) itu..." [Yusuf: 39-40]
Oleh karena itu, para Rasul Alaihimus sallam menyeru kepada kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah saja. [6]
"... Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada ilah yang haq selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" [Al-Mukminuun: 32]
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada sesembahan-sesembahan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pengambilan sesembahan-sesembahan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan dua bukti:
Pertama.
Sesembahan-sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan Uluhiyyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat memberi manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak dapat menghidupkan dan mematikan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat memberi manfaat serta tidak kuasa mematikan dan menghidupkan juga tidak (pula) dapat membangkitkan." [Al-Furqaan: 3]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Katakanlah (Muhammad), 'Serulah mereka yang kalian anggap (sebagai sesembahan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai suatu saham (peran) pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tidaklah berguna syafa'at di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan oleh-Nya (memperoleh syafa'at)..." [Saba': 22-23]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri diciptakan dan (berhala itu) tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya bahkan berhala itu tidak dapat memberi pertolongan kepada dirinya sendiri." [Al-A'raaf: 191-192]
Apabila demikian keadaan berhala-berhala itu, maka sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila menjadi-kan mereka sebagai ilah (sesembahan) dan tempat meminta pertolongan.
Kedua.
Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah l adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Mereka pun mengakui bahwa hanya Allah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat memberi-Nya perlindungan. Hal ini mengharuskan pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan Rububiyyah (ketuhanan) Allah. Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyyah (beribadah hanya kepada Allah saja).
"Wahai manusia, beribadahlah hanya kepada Rabb-mu yang telah menciptakan dirimu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah: 21-22]
3. Meneguhkan Tauhid Asma' wa Shifat Allah
Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Subhanhu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu berupa Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Allah, baik yang terdapat di dalam Al-Qur'an maupun dalam As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza'i, al-Laits bin Sa'd dan Sufyan ats-Tsauri Radhiyallahu 'anhum tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:
"Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat-Sifat Allah) seperti datangnya dan janganlah engkau persoalkan (jangan engkau tanya tentang bagaimana sifat itu)." [7]
Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata
"Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah, dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah." [8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah adalah mengimani Tauhid al-Asma' wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah tetapkan atas diri-Nya dan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk diri-Nya, tanpa tahrif[9] dan ta'thil[10] serta tanpa takyif[11] dan tamtsil[12]. Menetap-kan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta'thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya."
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy-Syuuraa: 11]
4. Memperbanyak beribadah kepada Allah yang berdasarkan apa yang disunnahkan.
Dan ini juga tak kalah pentingnya sebab banyak orang-orang kita melakukan ibadah tapi kadang tidak ada tuntunannya dalm alqur'an dan sunnah.
Maaf. saya harap siapapun yang membaca pemaparan ini bisa memahami makna keidupan yang sebenarnya. Dan janganlah sekali-kali kita terlalu mendewakan hawa nafsu kita.
* Alumni SMA Umma Bawean
(Sihir Kebudayaan Yang Tidak Akan Hilang)
Oleh : Bambang Hermanto*
Berbicara tentang sihir tidak sedikit orang yang doyan bermain dengan ini terutama untuk menjatuhkan lawannya, baik itu lawan politik, persaingan perdagangan, bahkan kegiatan sihirpun kerap sekali terjadi dilingkungan keluarga sendiri.
Di Pulau Bawean khususnya sering orang luar sana (bukan Bawean) menilai Pulau Bawean dengan pulau yang penuh kehidupan mistik. Konon ada cerita orang manapun dan dari suku manapun kalau dengar bahwa si fulan orang Bawean pasti takut, yaitu takut pada sihirnya. Bahkan orang Madurapun yang katanya angkuh yang terkenal dengan budaya CAROKnya juga takluk terhadap orang Bawean. Tapi menurut saya ini isu, bukan fakta.
Berbagai macam sihir yang ada di Pulau Bawen. Lalu bagaimana kita menghadapi fenomena ini?
Kenyataan masyarakat Bawean yang suka dengan hal-hal yang berbau mistik memang bisa dikatakan sebuah budaya, tapi kita tidak bisa main serobot kalau semua budaya itu baik. Apalagi ada yang berdalih kalau semakin banyak orang bermain sihir maka itu semakin SENI. Jadi Budaya sihir adalah budaya yang sangat bobrok yang harus kita buang jauh-jauh...
Dan dalam pandangan Islam, perbuatan sihir, baik yang "putih" maupun yang "hitam", keduanya dilarang bagi orang beriman. Keduanya, ditambah dengan perbuatan berkolaborasi dengan jin, termasuk ke dalam perbuatan-perbuatan yang tak akan diampuni Allah SWT jika sebelum wafat tidak bertobat. Ketiganya termasuk ke dalam katagori syirik nyata atau terang-terangan. Artinya, dosanya sama dengan orang yang menyembah patung.
Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa yang paling besar (tiga kali) ? mereka menjawab : ya, wahai Rasulullah ! beliau bersabda : menyekutukan Allah" (muttafaq 'alaih, Al Bukhari hadits nomor : 2511)
Lalu bagaiman cara menghilang budaya sihir yang sedang mendarah daging di masyarakat Bawean?
Disini akan saya jelaskan beberapa hal agar kita jauh dari perbuatan musyrik ini (SIHIR) :
1. Meneguhkan Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allah adalah Raja, Penguasa dan Rabb yang mengatur segala sesuatu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"... Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam." [Al-A'raaf: 54]
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"...Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabb-mu, kepunyaanNya-lah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." [Faathir: 13]
Kaum musyrikin pun mengakui sifat Rububiyyah Allah. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.
"Katakanlah (Muhammad): 'Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka, mereka menjawab: 'Allah.' Maka, katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?' Maka, (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka, mengapa kamu masih berpaling (dari kebenaran)?" [Yunus: 31-32]
Firman Allah Azza wa Jalla.
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Pastilah mereka akan menjawab, 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Mahamengetahui.'" [Az-Zukhruuf: 9] [1]
Kaum musyrikin pun mengakui bahwasanya hanya Allah semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rizki, Pemilik langit dan bumi, dan Pengatur alam semesta. Namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, mereka bertawassul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka sebagai pemberi syafa'at, sebagai-mana yang disebutkan dalam beberapa ayat.[2]
Dengan perbuatan tersebut, mereka tetap dalam keadaan musyrik, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain)." [Yusuf: 106]
Sebagian ulama Salaf berkata, "Jika kalian bertanya kepada mereka, 'Siapa yang menciptakan langit dan bumi?' Mereka pasti menjawab, 'Allah.' Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya." [3]
2. Meneguhkan Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari'atkan oleh-Nya, seperti berdo'a, khauf (takut), raja' (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti'aanah (minta pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti'adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari'atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila dia mati dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah atas perbuatan syiriknya). (An-Nisaa: 48, 116)[4]
Al-ilaah artinya al-ma'luuh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." [Al-Baqarah: 163]
Syaikh al-'Allamah 'Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di (wafat th. 1376 H) rahimahullah berkata, "Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, dan Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi dan Allah tidak boleh disekutukan dengan seorang pun dari makhluk-Nya." [5]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Allah menyatakan bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (yang menegakkan keadilan). Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Mahabijaksana." [Ali 'Imran: 18]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman mengenai Laata, 'Uzza dan Manaat yang disebut sebagai ilah (sesembahan), namun tidak diberi hak Uluhiyyah.
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan satu keterangan pun untuk (menyembah)-nya..." [An-Najm: 23]
Setiap sesuatu yang disembah selain Allah l adalah bathil, dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla.
"Demikianlah (kebesaran Allah) karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang bathil, dan sesung-guhnya Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi, Mahabesar." [Al-Hajj: 62]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi Yusuf 'Alaihis sallam, yang berkata kepada kedua temannya di penjara:
"Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang (nama-nama) itu..." [Yusuf: 39-40]
Oleh karena itu, para Rasul Alaihimus sallam menyeru kepada kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah saja. [6]
"... Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada ilah yang haq selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" [Al-Mukminuun: 32]
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada sesembahan-sesembahan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pengambilan sesembahan-sesembahan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan dua bukti:
Pertama.
Sesembahan-sesembahan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan Uluhiyyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat memberi manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak dapat menghidupkan dan mematikan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat memberi manfaat serta tidak kuasa mematikan dan menghidupkan juga tidak (pula) dapat membangkitkan." [Al-Furqaan: 3]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Katakanlah (Muhammad), 'Serulah mereka yang kalian anggap (sebagai sesembahan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai suatu saham (peran) pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tidaklah berguna syafa'at di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan oleh-Nya (memperoleh syafa'at)..." [Saba': 22-23]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri diciptakan dan (berhala itu) tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya bahkan berhala itu tidak dapat memberi pertolongan kepada dirinya sendiri." [Al-A'raaf: 191-192]
Apabila demikian keadaan berhala-berhala itu, maka sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila menjadi-kan mereka sebagai ilah (sesembahan) dan tempat meminta pertolongan.
Kedua.
Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah l adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Mereka pun mengakui bahwa hanya Allah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat memberi-Nya perlindungan. Hal ini mengharuskan pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan Rububiyyah (ketuhanan) Allah. Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyyah (beribadah hanya kepada Allah saja).
"Wahai manusia, beribadahlah hanya kepada Rabb-mu yang telah menciptakan dirimu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah: 21-22]
3. Meneguhkan Tauhid Asma' wa Shifat Allah
Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Subhanhu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu berupa Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Allah, baik yang terdapat di dalam Al-Qur'an maupun dalam As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza'i, al-Laits bin Sa'd dan Sufyan ats-Tsauri Radhiyallahu 'anhum tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:
"Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat-Sifat Allah) seperti datangnya dan janganlah engkau persoalkan (jangan engkau tanya tentang bagaimana sifat itu)." [7]
Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata
"Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah, dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah." [8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah adalah mengimani Tauhid al-Asma' wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah tetapkan atas diri-Nya dan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk diri-Nya, tanpa tahrif[9] dan ta'thil[10] serta tanpa takyif[11] dan tamtsil[12]. Menetap-kan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta'thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya."
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy-Syuuraa: 11]
4. Memperbanyak beribadah kepada Allah yang berdasarkan apa yang disunnahkan.
Dan ini juga tak kalah pentingnya sebab banyak orang-orang kita melakukan ibadah tapi kadang tidak ada tuntunannya dalm alqur'an dan sunnah.
Maaf. saya harap siapapun yang membaca pemaparan ini bisa memahami makna keidupan yang sebenarnya. Dan janganlah sekali-kali kita terlalu mendewakan hawa nafsu kita.
* Alumni SMA Umma Bawean
1 comments:
Examples of the menu of things which unfortunately can be gas-forming that particular should research harming plus
inhibiting right up till these guys become aware of inclusion.
Because weight loss studios they were our motto terrible currently the
exception to this rule, maybe indicator of their caffeine intake bone
fracture used to be fleeting oxygen akin to outside.
As you are thinking of buying , study the espresso maker critiques on, and afterwards recall that lots of
A variety of hair styles to your account you could use,
head, the type of semi-automatic and also all the way up
digital model. You will want to are everybody under the sun links coupled to be able to this special precisely those types reasonably
invites and / or have all of them here in prior to making another build.
Here is my web site - technivorm coffee maker reviews
Posting Komentar