Media Bawean, 26 September 2008
Meninjau situasi dan kondisi mudik ke Pulau Bawean lebaran tahun ini, lebih baik tahun sebelumnya. Perbedaannya di tahun kemarin dengan sekarang, yaitu jumlah penumpang yang tidak terangkut akibat tidak mendapatakan tiket lebih banyak tahun ini dibanding sebelumnya. Padahal frekuensi penumpang lebih besar tahun lalu daripada sekarang.
Kondisi seperti ini tentunya akan banyak memberikan kekecewaan yang mendalam kepada semua orang khususnya pemudik, ternyata harus menunggu beberapa hari di Gresik. Mereka datang dari Malaysia dan Singapura, ternyata mereka bisa terbang dengan nyaman sampai di Bandara Juanda Surabaya. Sampai di Gresik untuk menyeberang menggunakan kapal laut, untuk membeli tiket satu saja, kesulitannya seperti mencari emas yang hilang ditengah lapangan luas.
Semestinya Pemerintah bisa memberikan solusi secepatnya mungkin, bukan mengulur-ngulur waktu sampai bekal untuk dibawah pulang habis di Gresik. Lebih parah lagi, bila yang akan pulang adalah status pelajar atau mahasiswa, mereka tentunya tidak memiliki bekal yang cukup dan terpaksa mencari hutangan ataupun minta dikirim kepada orang tuanya di Bawean.
Seandainya Pemerintah siap memberikan transportasi yang besar dan layak seperti tahun yang lalu dengan Kapal Samarinda dengan daya tampungnya sampai 500 penumpang, tentunya tidak akan ada penumpang yang kelimpungan di Gresik. Situasi dan kondisi di lapangan sangat semberawut dan kocar kacir untuk penanganan mudik menuju Pulau Bawean. Sampai kapan pemerintah di Gresik akan mendengar keluhan dan keinginan warga Bawean, khususnya para pemudik yang ingin secepat mungkin sampai di Pulau Bawean.
Sedangkan pihak Kapal Ekpress Bahari 8B bisa memberikan solusi untuk penumpang yang tidak tetampung hari ini sampai tanggal 29, memberikan solusi untuk tanggal 30 September 2008.
Meninjau situasi dan kondisi mudik ke Pulau Bawean lebaran tahun ini, lebih baik tahun sebelumnya. Perbedaannya di tahun kemarin dengan sekarang, yaitu jumlah penumpang yang tidak terangkut akibat tidak mendapatakan tiket lebih banyak tahun ini dibanding sebelumnya. Padahal frekuensi penumpang lebih besar tahun lalu daripada sekarang.
Kondisi seperti ini tentunya akan banyak memberikan kekecewaan yang mendalam kepada semua orang khususnya pemudik, ternyata harus menunggu beberapa hari di Gresik. Mereka datang dari Malaysia dan Singapura, ternyata mereka bisa terbang dengan nyaman sampai di Bandara Juanda Surabaya. Sampai di Gresik untuk menyeberang menggunakan kapal laut, untuk membeli tiket satu saja, kesulitannya seperti mencari emas yang hilang ditengah lapangan luas.
Semestinya Pemerintah bisa memberikan solusi secepatnya mungkin, bukan mengulur-ngulur waktu sampai bekal untuk dibawah pulang habis di Gresik. Lebih parah lagi, bila yang akan pulang adalah status pelajar atau mahasiswa, mereka tentunya tidak memiliki bekal yang cukup dan terpaksa mencari hutangan ataupun minta dikirim kepada orang tuanya di Bawean.
Seandainya Pemerintah siap memberikan transportasi yang besar dan layak seperti tahun yang lalu dengan Kapal Samarinda dengan daya tampungnya sampai 500 penumpang, tentunya tidak akan ada penumpang yang kelimpungan di Gresik. Situasi dan kondisi di lapangan sangat semberawut dan kocar kacir untuk penanganan mudik menuju Pulau Bawean. Sampai kapan pemerintah di Gresik akan mendengar keluhan dan keinginan warga Bawean, khususnya para pemudik yang ingin secepat mungkin sampai di Pulau Bawean.
Sedangkan pihak Kapal Ekpress Bahari 8B bisa memberikan solusi untuk penumpang yang tidak tetampung hari ini sampai tanggal 29, memberikan solusi untuk tanggal 30 September 2008.
Posting Komentar