Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Barempa Anakna Tanya Pak Suhdi, Settong Jawab Hamid

Barempa Anakna Tanya Pak Suhdi, Settong Jawab Hamid

Posted by Media Bawean on Jumat, 26 September 2008

Media Bawean, 26 September 2008

Oleh: Imbalo http://imbalo.wordpress.com/

Apa agaknya yang diperhatikan dan diperbincangkan kedua orang ini ya?, keduanya adalah kenalanku yang satu berumur 80an yang satu 30an tahun. Keduanya pula sama-sama berasal dari Sangkapura di Pulau Bawean sana. Mereka bertemu selepas shalat Jumat (26/9) di Masjid Raya Batam, satunya yang masih muda namanya Abdul Hamid kerjanya sebagai wartawan di harian lokal Batam Pos masih satu group dengan Jawa Pos Group.

Siang itu, tak sengaja bertemu saat akan shalat Jumat dengan pak Suhdi demikian nama lelaki 80an tahun itu berjalan perlahan dari rumahnya menuju ke masjid Nurul Hidayah di Bengkong Polisi, aku pula akan berangkat shalat tetapi ke Masjid Raya Batam (MRB) Center, jadilah kami bersama ke MRB. Ternyata meski telah hampir belasan tahun MRB berdiri, pak Suhdi belum sekalipun shalat disitu, pria asal Sidogedungbatu Sangkapura Bawean itu menggumam akhirnya sebelum aku meninggal bisa juga shalat disini, “mega sekali ya Man” timpalnya saat selepas pulang menuju parkiran kenderaan. Jadi itulah pertama sekali pak Suhdi shalat di MRB.

http://imbalo.wordpress.com/2008/09/14/pak-suhdi-dari-sida-gedung-batu-sangkapora-bawean/

Di MRB pak Suhdi kekenalkan dengan Hamid, Hamid berasal dari desa Kumalasa 7 kilo dari Sangkapura, desa itu diatas bukit “Desaku itu diatas bukit, jalannya tanjakan tapi sekarang sudah diaspal”, kata Hamid menjelaskan karena ternyata desa mereka agak berjauhan.

Aku senyum mendengar pembicaraan kedua orang yang umurnya terpaut 50 tahun ini, “Dimma bengkona” tanya pak Suhdi, ”Komalasa pak”jawab Hamid. ”Settong ” jawab Hamid lagi saat ditanya barempa anakna, itu lah perbualan yang dapat kutangkap. Gembira sekali kelihatan pak Suhdi sembari memegang pundak Hamid dia menceritakan keadaan keluarganya di Batam.

Desa Kumalasa itu terkenal dengan gerabahnya, disana tempat orang bikin priok tanah, cerita pak Sudhi bernostalgia, tetapi sekarang tak ada lagi hasilnya, orangnya banyak jadi pedagang di Sangkapura atau jadi TKI di malaysia kata Hamid pula, mungkin setelah desa itu diaspal tahun 97an jadi transport sudah lancar, tak ada lagi priok dari tanah, orang Kumalasari sudah meninggalkan sawah dan ladangnya, orang desa sudah konsumtif, HP saja sudah yang pakai kamera semua, malah kita yang disini biasa2 saja, pulang ke desa malah mereka lebih maju dari kita tambah Hamid. “Masak pun sudah pakai Gas pak” kata Hamid lagi.

Hamid dan Pak Suhdi dua lelaki dari Bawean, hampir 50 tahun selisih usia mereka, keduanya bermukim di Batam, siapa kira-kira orang Bawean yang paling tua yang tinggal di Batam, perbincangan selepas sholat jumat pekan lalu. Agak nya memang pak Suhdi.

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean