Media Bawean, 4 September 2008
Oleh : Baharuddin, SH. MH.
Penduduk Bawean berjumlah sekitar 65 ribu yang terdiri sekitar 20 ribu KK. Dari Jumlah KK tersebut hanya separuhnya saja teraliri listrik. Sisanya masih merupakan daftar tunggu. Sebagian dari daftar tunggu tersebut untuk penerangan menggunakan genset sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau oleh dusun. Dari segi perencanaan, PLN sebenarnya sudah memasang tiang dan kabel sekeliling Bawean bahkan sudah masuk ke sejumlah kampung yang jauh dari jalan raya. Tapi karena perencanaan yang kurang matang, hal tersebut menjadi mubadzir.
Saat ini dari 8 genset yang ada, hanya 5 saja yang berfungsi. Dua dari 5 mesin tersebut yang dua selalu rusak. Maka terjadilah pemadaman secara bergiliran. Perlu diketahui, bahwa dalam keadaan normal listrik di Bawean hanya hidup sekitar 16 jam. Yang semua pemadaman seminggu sekali, sekarang menjadi tiga hari sekali. Giliran pemadaman biasanya mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Maka jadilah Bawean sebagai daerah krisis listrik. Saat ini krisis listrik sudah hampir sama dengan krisis pangan. Artinya sama-sama membuat rayat menderita. PLN sudah tidak mungkin lagi memperluas jaringan di Pulau Bawean.
Secara nasional PLN sudah bangkrut. Menurut Wapre Yusuf Kalla menyatakan didepan Kongres AKLI (Asosiasi Kotruksi Listrik Indonesia) beberapa waktu yang lalu, bahwa pemeritah tidak mungkin lagi membangun pembangkit dengan tenaga diesel. Menurut Menteri Pembangunan DaerahTertingal, Lukman Edy, dari jumlah penduduk yang belum teraliri listrik, jika membangun dengan menggunakan diesel, maka diperlukan 80 tahun. Sekedar diketahui setiap tahun PLN Bawean rugi sekitar 13 Miliyar.
Penduduk Bawean berjumlah sekitar 65 ribu yang terdiri sekitar 20 ribu KK. Dari Jumlah KK tersebut hanya separuhnya saja teraliri listrik. Sisanya masih merupakan daftar tunggu. Sebagian dari daftar tunggu tersebut untuk penerangan menggunakan genset sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau oleh dusun. Dari segi perencanaan, PLN sebenarnya sudah memasang tiang dan kabel sekeliling Bawean bahkan sudah masuk ke sejumlah kampung yang jauh dari jalan raya. Tapi karena perencanaan yang kurang matang, hal tersebut menjadi mubadzir.
Saat ini dari 8 genset yang ada, hanya 5 saja yang berfungsi. Dua dari 5 mesin tersebut yang dua selalu rusak. Maka terjadilah pemadaman secara bergiliran. Perlu diketahui, bahwa dalam keadaan normal listrik di Bawean hanya hidup sekitar 16 jam. Yang semua pemadaman seminggu sekali, sekarang menjadi tiga hari sekali. Giliran pemadaman biasanya mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Maka jadilah Bawean sebagai daerah krisis listrik. Saat ini krisis listrik sudah hampir sama dengan krisis pangan. Artinya sama-sama membuat rayat menderita. PLN sudah tidak mungkin lagi memperluas jaringan di Pulau Bawean.
Secara nasional PLN sudah bangkrut. Menurut Wapre Yusuf Kalla menyatakan didepan Kongres AKLI (Asosiasi Kotruksi Listrik Indonesia) beberapa waktu yang lalu, bahwa pemeritah tidak mungkin lagi membangun pembangkit dengan tenaga diesel. Menurut Menteri Pembangunan DaerahTertingal, Lukman Edy, dari jumlah penduduk yang belum teraliri listrik, jika membangun dengan menggunakan diesel, maka diperlukan 80 tahun. Sekedar diketahui setiap tahun PLN Bawean rugi sekitar 13 Miliyar.
Posting Komentar