Media Bawean, 18 Oktober 2008
Sumber : Surya
Gresik-Surya- Suhu Terpanas Tepat di Pulau Itu , Panas matahari yang menyengat membuat banyak warga pulau Bawean, Kabupaten Gresik, terpaksa tidur di lantai teras rumah mereka dalam beberapa hari terakhir agar bisa mendapatkan udara agak sejuk. Warga mengaku serasa dibakar jika tetap tidur di dalam rumah, karena hawa panas sisa sengatan matahari di siang hari masih terasa pada malam hari.
Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Maritim Tanjung Perak, Surabaya, pergerakan semu matahari menuju selatan katulistiwa, kemarin pada posisi terdekat di 6° Lintang Selatan (LS). Tepatnya di atas Pulau Bawean. Akibatnya, panas matahari terasa paling menyengat pada sekitar pukul 12.00 WIB, Jumat (17/10) kemarin, di pulau tersebut.
Diperkirakan, suhu di luar ruangan di Bawean pada siang bolong itu mencapai 45° Celcius, dan di dalam ruangan sekitar 39° Celcius . Sebagai gambaran, ketika demam dan masih tersadar, suhu badan manusia paling banter sekitar 40° Celcius. Kalau suhu badannya di atas itu, manusia bisa pingsan.
M Rifai, 48, warga Dusun Tanjung Gunung Desa Tanjung Ori Kecamatan Sangkapura Bawean mengatakan, sejak Kamis (16/10) siang, cuaca di desanya terasa beda. Udara terasa lebih panas jika dibandingkan dengan siang-siang sebelumnya.
“Kami tidak tahu kenapa. Tetapi hawanya lebih panas, “ kata Rifai kepada Surya, Jumat (17/10) malam.
Karena di malam hari pun udara masih terasa hangat, Rifai terpaksa berpindah tidur ke teras rumahnya agar diterpa angin. Saking panasnya, dia mengaku hanya mengenakan sarung tanpa baju, dan merebah di lantai ubin teras tanpa tikar.
“Tetangga kanan dan kiri rumah saya ternyata juga sama. Mereka mengungsi tidur ke teras rumah masing-masing,” ucap Rifai.
Bahkan, gara-gara cuaca panas itu, istrinya, Ny Zubaidah, 41, jatuh sakit. Tak tahan cuaca panas, kondisi Ny Zubaidah drop dan kemudian demam sehingga harus dibawa ke Puskesmas setempat.
Kesehatan yang menurun juga dialami empat anak Rifai, yang di antaranya masih balita. “Badannya agak hangat dan batuk-batuk. Mungkin ini pengaruh cuaca ya. Anak saya yang besar bilang, saat salat di musala yang kebetulan beratap seng, dia mengaku agak pusing,” tutur Rifai.
Pengakuan sama disampaikan Ilham Syifa, 32, Kepala Desa Tanjung Ori Kecamatan Sangkapura. Menurut dia, sebagian besar warganya bahkan ramai-ramai `mengungsi` tidur di teras rumah, mulai pukul 21.00 WIB. Mereka tidak bisa tidur di dalam rumah, apalagi di dalam kamar, dengan hawa yang hangat.
“Keringat mengucur terus, sehingga mata tak bisa terpejam. Saat berkeliling, saya lihat, banyak warga saya yang berbaring langsung di atas lantai keramik tanpa baju dan hanya mengenakan sarung,” ucap Ilham.
Baru menjelang subuh, dia tahu sebagian warganya sudah berpindah ke dalam rumah karena suhu udara mulai sejuk. “Kami saling bertanya kenapa kok panas begini. Apakah mungkin karena efek pemanasan global ya,” Ilham bertanya pada Surya. .
Halili, 35, salah satu warga Desa Sungairujing Kecamatan Tambak, Bawean, juga merasakan hal yang sama. Saking panasnya cuaca, pada saat berada di balai desa untuk suatu urusan Jumat (17/10) kemarin, Halili sempat menyatakan kepada Kades agar sejumlah ruangan di balai desa dilengkapi alat pendingin udara (AC).
H Mizan, salah-satu tokoh masyarakat Kecamatan, mengatakan di siang hari dirinya kini banyak bertahan di dalam rumah. “Kalau keluar panasnya minta ampun. Di rumah masih sejuk karena kebetulan kami memasang AC,” kata H Mizan, yang Ketua Pengurus Cabang NU Bawean.st3
Sumber : Surya
Gresik-Surya- Suhu Terpanas Tepat di Pulau Itu , Panas matahari yang menyengat membuat banyak warga pulau Bawean, Kabupaten Gresik, terpaksa tidur di lantai teras rumah mereka dalam beberapa hari terakhir agar bisa mendapatkan udara agak sejuk. Warga mengaku serasa dibakar jika tetap tidur di dalam rumah, karena hawa panas sisa sengatan matahari di siang hari masih terasa pada malam hari.
Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Maritim Tanjung Perak, Surabaya, pergerakan semu matahari menuju selatan katulistiwa, kemarin pada posisi terdekat di 6° Lintang Selatan (LS). Tepatnya di atas Pulau Bawean. Akibatnya, panas matahari terasa paling menyengat pada sekitar pukul 12.00 WIB, Jumat (17/10) kemarin, di pulau tersebut.
Diperkirakan, suhu di luar ruangan di Bawean pada siang bolong itu mencapai 45° Celcius, dan di dalam ruangan sekitar 39° Celcius . Sebagai gambaran, ketika demam dan masih tersadar, suhu badan manusia paling banter sekitar 40° Celcius. Kalau suhu badannya di atas itu, manusia bisa pingsan.
M Rifai, 48, warga Dusun Tanjung Gunung Desa Tanjung Ori Kecamatan Sangkapura Bawean mengatakan, sejak Kamis (16/10) siang, cuaca di desanya terasa beda. Udara terasa lebih panas jika dibandingkan dengan siang-siang sebelumnya.
“Kami tidak tahu kenapa. Tetapi hawanya lebih panas, “ kata Rifai kepada Surya, Jumat (17/10) malam.
Karena di malam hari pun udara masih terasa hangat, Rifai terpaksa berpindah tidur ke teras rumahnya agar diterpa angin. Saking panasnya, dia mengaku hanya mengenakan sarung tanpa baju, dan merebah di lantai ubin teras tanpa tikar.
“Tetangga kanan dan kiri rumah saya ternyata juga sama. Mereka mengungsi tidur ke teras rumah masing-masing,” ucap Rifai.
Bahkan, gara-gara cuaca panas itu, istrinya, Ny Zubaidah, 41, jatuh sakit. Tak tahan cuaca panas, kondisi Ny Zubaidah drop dan kemudian demam sehingga harus dibawa ke Puskesmas setempat.
Kesehatan yang menurun juga dialami empat anak Rifai, yang di antaranya masih balita. “Badannya agak hangat dan batuk-batuk. Mungkin ini pengaruh cuaca ya. Anak saya yang besar bilang, saat salat di musala yang kebetulan beratap seng, dia mengaku agak pusing,” tutur Rifai.
Pengakuan sama disampaikan Ilham Syifa, 32, Kepala Desa Tanjung Ori Kecamatan Sangkapura. Menurut dia, sebagian besar warganya bahkan ramai-ramai `mengungsi` tidur di teras rumah, mulai pukul 21.00 WIB. Mereka tidak bisa tidur di dalam rumah, apalagi di dalam kamar, dengan hawa yang hangat.
“Keringat mengucur terus, sehingga mata tak bisa terpejam. Saat berkeliling, saya lihat, banyak warga saya yang berbaring langsung di atas lantai keramik tanpa baju dan hanya mengenakan sarung,” ucap Ilham.
Baru menjelang subuh, dia tahu sebagian warganya sudah berpindah ke dalam rumah karena suhu udara mulai sejuk. “Kami saling bertanya kenapa kok panas begini. Apakah mungkin karena efek pemanasan global ya,” Ilham bertanya pada Surya. .
Halili, 35, salah satu warga Desa Sungairujing Kecamatan Tambak, Bawean, juga merasakan hal yang sama. Saking panasnya cuaca, pada saat berada di balai desa untuk suatu urusan Jumat (17/10) kemarin, Halili sempat menyatakan kepada Kades agar sejumlah ruangan di balai desa dilengkapi alat pendingin udara (AC).
H Mizan, salah-satu tokoh masyarakat Kecamatan, mengatakan di siang hari dirinya kini banyak bertahan di dalam rumah. “Kalau keluar panasnya minta ampun. Di rumah masih sejuk karena kebetulan kami memasang AC,” kata H Mizan, yang Ketua Pengurus Cabang NU Bawean.st3
Posting Komentar