Media Bawean, 5 Februari 2009
Sumber : Republika
GRESIK--Distribusi kebutuhan bahan pokok ke Pulau Bawean Kabupaten Gresik lumpuh, pasalnya semua jenis kapal di pelabuhan Gresik dilarang berlayar hingga empat hari kedepan karena masih memburuknya cuaca.
Gelombang diperairan Bawean-Gresik masih setinggi 3 hingga 5 meter yang disertai dengan tiupan angin kencang. Bahkan akibat cuaca buruk ini ratusan warga Bawean yang berada di Gresik tidak masih terlantar di Gresik
Saat ini stok barang kebutuhan pokok di pulau Bawean mulai menipis, menurut sejumlah pedagang barang daganganya juga masih menumpuk di pelabuhan Gresik lantaran larangan berlayar masih empat hari lagi
."Barang-barang saya masih tertahan di Gresik. Kami belum bisa membawa ke Bawean karena tidak ada kapal yang berlayar, " kata Buang Idang Guntur, salah satu pedagang asal Bawean saat dihubungi melalui saluran telephon , Kamis (5/2).
Menurut Buang, seharusnya barang-barang itu sudah dikirim ke Bawean Senin-Selasa (2-3/2). Namun, tiba-tiba ia mendapatkan informasi kalau semua jenis kapal dilarang berlayar Adpel (administrator pelabuhan) Gresik. Sebab, cuaca kembali buruk. "Saya sendiri sejak Senin (2/2) ingin berlayar ke Gresik. Tapi, tidak bisa, karena tidak ada kapal berlayar, " tuturnya.
Terlantar
Warga Bawean yang sudah satu minggu terlantar di Gresik mengaku mulai kehabisan uang, karena selama enam hari itu mereka harus membayar penginapan semalam sebesar Rp 60 ribu. Tetapi yang mempunyai sanak saudara mereka memilih menginap di saudaranya agar tidak menguras uangnya atau setidaknya sambil menunggu cuaca mereda mereka masih mampu bertahan hidup di Gresik.
"Kami sudah se minggu terlantar di Gresik, karena tidak ada kapal berlayar, karena ombak besar, " kata Ahmad Hadi, salah satu penumpang di Pelabuhan Gresik, Kamis (5/2).
Hadi sendiri mengaku baru datang dari negeri Jiran, Malaysia. Ia sudah se tahun lebih tidak pulang. Karena itu, ia pulang untuk melihat kondisi keluarga.
"Saya sebetulnya tidak ingin lama-lama di Bawean. Karena saya terikat kontrak kerja. Karena sudah 4 hari saya tertahan di Gresik tidak bisa pulang ke Bawean, ya terpaksa saya tidak bisa cepat-cepat balik ke Malaysia, " tutur pria yang mengaku tidak punya kerabat di Gresik.
Karena itu, untuk tempat tinggal sementara, dirinya harus sewa tempat penginapan. Praktis, ia harus keluarkan uang untuk biaya hidup selama bermukim di Gresik.
Tidak Serius
Menurut Hepni, salah satu tokoh warga Bawean yang bermukim di Gresik, pemerintah tidak pernah serius mengupayakan warga Bawean agar kesulitan tranportasi tahunan ini bisa diatasi.
"Banyak yang pindah kerumah saya, karena mereka kehabisan bekal, semula menginap di penginapan. Dari pada harus habis untuk bayar baiaya penginapan sedangkan cuaca tak kunjung membaik lebih baik tak suruh ke rumah saya saja kasihan mereka," ungkap Hepni.
Sementara Kepala Bidang Perhubungan Laut Dishub (Dinas Perhubungan), Drs Ach Nuruddin MM mengatakan, ombak hingga Kamis (5/2) masih tinggi, mencapai 4-5 meter. Karena itu, kapal tujuan Gresik-Bawean dilarang berlayar, begitu sebaliknya. "Ombak masih besar, semua jenis kapal dilarang berlayar, "kata Nuruddin, Kamis (5/2).
Ditambahkan, larangan kapal berlayar batas waktunya belum bisa ditentukan. Tapi, berdasarkan data dari BMG (badan meteorologi dan geofisika) Perak, Surabaya, Ahad (8/2) mendatang cuaca sudah membaik. "Mudah-mudahan Minggu (8/2) cuaca sudah baik, sehingga kapal diperbolehkan berlayar. Kasihan warga Bawean kebutuhan pokok sudah mulai menipis, " terangnya. - uki/ah
Sumber : Republika
GRESIK--Distribusi kebutuhan bahan pokok ke Pulau Bawean Kabupaten Gresik lumpuh, pasalnya semua jenis kapal di pelabuhan Gresik dilarang berlayar hingga empat hari kedepan karena masih memburuknya cuaca.
Gelombang diperairan Bawean-Gresik masih setinggi 3 hingga 5 meter yang disertai dengan tiupan angin kencang. Bahkan akibat cuaca buruk ini ratusan warga Bawean yang berada di Gresik tidak masih terlantar di Gresik
Saat ini stok barang kebutuhan pokok di pulau Bawean mulai menipis, menurut sejumlah pedagang barang daganganya juga masih menumpuk di pelabuhan Gresik lantaran larangan berlayar masih empat hari lagi
."Barang-barang saya masih tertahan di Gresik. Kami belum bisa membawa ke Bawean karena tidak ada kapal yang berlayar, " kata Buang Idang Guntur, salah satu pedagang asal Bawean saat dihubungi melalui saluran telephon , Kamis (5/2).
Menurut Buang, seharusnya barang-barang itu sudah dikirim ke Bawean Senin-Selasa (2-3/2). Namun, tiba-tiba ia mendapatkan informasi kalau semua jenis kapal dilarang berlayar Adpel (administrator pelabuhan) Gresik. Sebab, cuaca kembali buruk. "Saya sendiri sejak Senin (2/2) ingin berlayar ke Gresik. Tapi, tidak bisa, karena tidak ada kapal berlayar, " tuturnya.
Terlantar
Warga Bawean yang sudah satu minggu terlantar di Gresik mengaku mulai kehabisan uang, karena selama enam hari itu mereka harus membayar penginapan semalam sebesar Rp 60 ribu. Tetapi yang mempunyai sanak saudara mereka memilih menginap di saudaranya agar tidak menguras uangnya atau setidaknya sambil menunggu cuaca mereda mereka masih mampu bertahan hidup di Gresik.
"Kami sudah se minggu terlantar di Gresik, karena tidak ada kapal berlayar, karena ombak besar, " kata Ahmad Hadi, salah satu penumpang di Pelabuhan Gresik, Kamis (5/2).
Hadi sendiri mengaku baru datang dari negeri Jiran, Malaysia. Ia sudah se tahun lebih tidak pulang. Karena itu, ia pulang untuk melihat kondisi keluarga.
"Saya sebetulnya tidak ingin lama-lama di Bawean. Karena saya terikat kontrak kerja. Karena sudah 4 hari saya tertahan di Gresik tidak bisa pulang ke Bawean, ya terpaksa saya tidak bisa cepat-cepat balik ke Malaysia, " tutur pria yang mengaku tidak punya kerabat di Gresik.
Karena itu, untuk tempat tinggal sementara, dirinya harus sewa tempat penginapan. Praktis, ia harus keluarkan uang untuk biaya hidup selama bermukim di Gresik.
Tidak Serius
Menurut Hepni, salah satu tokoh warga Bawean yang bermukim di Gresik, pemerintah tidak pernah serius mengupayakan warga Bawean agar kesulitan tranportasi tahunan ini bisa diatasi.
"Banyak yang pindah kerumah saya, karena mereka kehabisan bekal, semula menginap di penginapan. Dari pada harus habis untuk bayar baiaya penginapan sedangkan cuaca tak kunjung membaik lebih baik tak suruh ke rumah saya saja kasihan mereka," ungkap Hepni.
Sementara Kepala Bidang Perhubungan Laut Dishub (Dinas Perhubungan), Drs Ach Nuruddin MM mengatakan, ombak hingga Kamis (5/2) masih tinggi, mencapai 4-5 meter. Karena itu, kapal tujuan Gresik-Bawean dilarang berlayar, begitu sebaliknya. "Ombak masih besar, semua jenis kapal dilarang berlayar, "kata Nuruddin, Kamis (5/2).
Ditambahkan, larangan kapal berlayar batas waktunya belum bisa ditentukan. Tapi, berdasarkan data dari BMG (badan meteorologi dan geofisika) Perak, Surabaya, Ahad (8/2) mendatang cuaca sudah membaik. "Mudah-mudahan Minggu (8/2) cuaca sudah baik, sehingga kapal diperbolehkan berlayar. Kasihan warga Bawean kebutuhan pokok sudah mulai menipis, " terangnya. - uki/ah