Media Bawean, 25 Februari 2009
Sumber : Duta Masyarakat
VLADIVOSTOK, Sebuah kapal China, The New Star, dengan nakhoda dan lima ABK warga negara Indonesia (WNI) serta ABK lain warga Tiongkok, diberondong tembakan oleh pasukan penjaga pantai Vladivostok, Rusia. Tujuh pelaut China tewas dan satu ABK WNI, Dwi Sutrisno, sampai Selasa (24/2) kemarin dilaporkan masih hilang. ABK ini diketahui kelahiran Sangkapura Bawean Gresik dan tinggal di Sidoarjo.
Kapal The New Star itu tenggelam pekan lalu di perairan Vladivostok, Rusia, setelah ditembaki kapal tempur Rusia. Aparat keamanan Rusia menuding kapten kapal bertanggung jawab atas penembakan tersebut sebab kapal itu secara ilegal telah melewati perbatasan laut negeri tersebut. Namun ada versi lain kapal itu bermasalah saat berada di pelabuhan tapi nakhoda dipaksa kabur oleh pemilik kapal sehingga ditembaki aparat keamanan negeri tersebut hingga hampir karam. Para ABK lalu berupaya menyelamatkan diri dengan naik sekoci. Sebagian dari mereka telah ditemukan, sebagian lagi masih dinyatakan hilang, termasuk seorang WNI. Sedang nakhoda kapal, Adi Mazwir, asal Padang, dan empat ABK lain, Alwi asal Binjai (Medan), Fachruddin Fahmi asal Sangkapura Bawean Gresik, Bernet Deny Pekayon asal Bekasi, dan Andrianus Kudato dari Tanjung Priok Jakarta dilaporkan selamat dalam insiden tersebut.
Untuk itu Departemen Dalam Negeri (Deplu) RI segera memastikan pemulangan kelima korban selamat tersebut. Nani, istri korban Kudato, Selasa (24/2) kemarin, mendapat kepastian itu dari Deplu. Kudato adalah first engineer kapal The New Star.
"Kemarin Deplu kabari saya. Dan saya tanya kapan pulang. Katanya dalam 1-2 hari ini akan memberikan perkembangan lagi," kata Nani.
Nani mengatakan, saat ini kondisi Kudato dan rekannya dalam keadaan sehat. Kelimanya akan melakukan temu pisah bersama rekan lain di salah satu hotel di Vladivostok, Rusia.
"Kita sudah hubungi Bapak. Keadaan sehat. Nanti mau bertemu pisah dulu dengan rekannya, baru akan pulang. Dari KBRI Moskow juga kemarin sudah mendatangi mereka," katanya.
Deplu juga sudah mengabari Nani bila ada satu orang ABK Indonesia yang hilang yakni Dwi Sutrisno. "Tujuh orang dari China," katanya.
KBRI Moskow akan memberikan perlindungan hukum maksimal bagi para ABK WNI yang terlibat insiden Vladivostok. "Kami terus memantau perkembangan kasus ini dari waktu ke waktu," kata
Dubes RI di Moskow Hamid Awaluddin Selasa kemarin.
Dikatakan, saat ini para petugas Rusia masih terus melakukan penyelidikan atas kasus penembakan kapal New Star berbendera Sierra Leone milik perusahaan China itu. Yang menggembirakan, empat ABK WNI oleh petugas pemeriksa sudah dinyatakan tidak bersalah sehingga bisa kembali ke tanah air, setelah menyelesaikan urusan gaji dengan pemilik kapal serta administrasi lainnya.
Sedang nahkoda Adi Mazwir sementara harus tetap berada di Rusia untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami memberikan perlindungan maksimal kepada kapten kapal. KBRI akan mengupayakan bebas dari jeratan hukum karena yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya di bawah tekanan," katanya.
Hamid mengaku untuk mendapat akses cepat guna menolong ABK WNI dia sudah mengontak Dubes Rusia di Jakarta, Ivanov, untuk ikut membantu. "Ini menyangkut perlindungan warga Indonesia, saya harus serius," katanya seperti disampaikan Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Moskow M. Aji Surya.
Hamid menghendaki diberikan akses secepat mungkin sehingga ABK WNI dapat dijumpai dan bisa memberikan keterangan mengenai duduk permasalahan versi mereka. Dan upaya melibatkan Ivanov itu ternyata membuahkan hasil. Setelah komunikasi baik di Moskow maupun di Vladivostok, maka tim KBRI bisa meluncur ke Nakhodka, kota pelabuhan di mana kapal New Star sempat berlabuh untuk menurunkan muatannya. Akhirnya, Ahad siang Tim KBRI tiba di kota tujuan dan ditemani beberapa petugas Rusia menuju hotel, di mana ABK WNI dikabarkan sempat menginap.
Dipaksa Kabur
Hasil penelusuran KBRI Moskow terkait insiden itu, menyebutkan, nakhoda terpaksa mamacu kapal dari pelabuhan dalam keadaan terpaksa. Tidak lupa, surat pengalihan tanggungjawab juga sudah diteken sebelumnya.
Adi Mazwir, sang nakhoda, belum lama bekerja di kapal The New Star. Pada November 2008 yang bersangkutan menerima tawaran dari seorang agen kapal di Jakarta untuk bekerja di kapal The New Star yang berada di Bangkok.
Setelah selesai pengurusan segala sesuatunya, termasuk ongkos tiket, Adi Mazwir berangkat ke Bangkok sendirian. Setibanya di Bangkok, Adi Mazwir mengetahui bahwa kapal tersebut milik perusahaan China namun dia tidak bisa menolak karena untuk kembali ke Indonesia tidak mempunyai biaya.
Akhirnya Adi Mazwir menandatangani perjanjian kontrak kerja di kapal tersebut dan menerima pelimpahan tugas dari kapten kapal sebelumnya pada 2 Januari 2009.
Di kapal berbendera Sierra Leone itu sudah terdapat 5 ABK WNI dan 10 ABK China lain, termasuk salah satunya keponakan pemilik kapal tersebut. Adi Mazwir lalu diperintahkan untuk berangkat ke Rusia membawa 4.991 ton beras Thailand.
Pada 3 Januari 2009 kapal mulai berlayar dari Bangkok menuju Nakhodka, Rusia. Perjalanan menuju Nakhodka rupanya lancar-lancar saja, meskipun bumi bagian utara sudah memasuki musim dingin di mana beberapa bagian laut dihiasi oleh es.
Pada 29 Januari 2009 kapal melakukan bongkar muatan beras. "Sayang, pihak perusahaan penerima beras dari Rusia menyatakan tidak puas dengan kualitas beras yang dikirim, karena sebagian beras mengandung air atau berkeringat. Karena kualitas beras yang rendah tersebut perusahaan Rusia bermaksud mengadukan ke pengadilan dan meminta ganti rugi pada kisaran US$ 340 ribu," ujar salah seorang ABK.
Selain itu, sampai selesai urusan, maka kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kota kecil Nakhodka. Setelah lebih dari seminggu di tempat tersebut, maka Adi Mazwir mulai dibujuk oleh sang pemilik kapal agar bersedia kabur meninggalkan pelabuhan, namun ditolaknya karena harus seizin dari petugas.
Setelah ditekan beberapa kali oleh pemilik dan keponakannya yang juga menjadi ABK, Adi pun membuat pernyataan untuk ditandatangani oleh keponakan sang pemilik, yang menyebutkan bahwa tanggungjawab kapal dan segala risikonya di tangan sang keponakan.
Surat pernyataan tersebut ditandatangani sang keponakan yang warga China dan berhasil dipegang oleh Fakhruddin Fahmi. Surat tersebut saat ini berada
di tangan petugas pemeriksa.
"Kita sangat bersyukur bahwa ternyata apa yang dilakukan oleh nahkoda adalah sebuah keterpaksaan, force majeur, dan bahkan sudah melakukan pengalihan tanggung jawab," kata Dubes Hamid.
China Protes
Pemerintah China sendiri memprotes Rusia. "Sikap Rusia menenggelamkan kapal tersebut tak bisa diterima," kata Zhang Xiyun, pejabat Kementerian Luar Negeri China kepada Konselor Menteri Rusia untuk China Morgulov Igor seperti dilansir Xinhua.
Dikatakan Zhang, sikap Kementerian Luar Negeri Rusia mengenai insiden itu "sulit dipahami dan tidak bisa diterima" oleh China.
Wakil Menteri Luar Negeri China Li Hui telah memanggil Duta Besar Rusia Sergei Razov terkait insiden ini. Li mendesak otoritas Rusia menyelesaikan investigasi atas insiden tersebut secepatnya. Li juga menyerukan Rusia mengerahkan segenap upaya untuk mencari ABK yang masih hilang. (det/wis/inc)
Sumber : Duta Masyarakat

Kapal The New Star itu tenggelam pekan lalu di perairan Vladivostok, Rusia, setelah ditembaki kapal tempur Rusia. Aparat keamanan Rusia menuding kapten kapal bertanggung jawab atas penembakan tersebut sebab kapal itu secara ilegal telah melewati perbatasan laut negeri tersebut. Namun ada versi lain kapal itu bermasalah saat berada di pelabuhan tapi nakhoda dipaksa kabur oleh pemilik kapal sehingga ditembaki aparat keamanan negeri tersebut hingga hampir karam. Para ABK lalu berupaya menyelamatkan diri dengan naik sekoci. Sebagian dari mereka telah ditemukan, sebagian lagi masih dinyatakan hilang, termasuk seorang WNI. Sedang nakhoda kapal, Adi Mazwir, asal Padang, dan empat ABK lain, Alwi asal Binjai (Medan), Fachruddin Fahmi asal Sangkapura Bawean Gresik, Bernet Deny Pekayon asal Bekasi, dan Andrianus Kudato dari Tanjung Priok Jakarta dilaporkan selamat dalam insiden tersebut.
Untuk itu Departemen Dalam Negeri (Deplu) RI segera memastikan pemulangan kelima korban selamat tersebut. Nani, istri korban Kudato, Selasa (24/2) kemarin, mendapat kepastian itu dari Deplu. Kudato adalah first engineer kapal The New Star.
"Kemarin Deplu kabari saya. Dan saya tanya kapan pulang. Katanya dalam 1-2 hari ini akan memberikan perkembangan lagi," kata Nani.
Nani mengatakan, saat ini kondisi Kudato dan rekannya dalam keadaan sehat. Kelimanya akan melakukan temu pisah bersama rekan lain di salah satu hotel di Vladivostok, Rusia.
"Kita sudah hubungi Bapak. Keadaan sehat. Nanti mau bertemu pisah dulu dengan rekannya, baru akan pulang. Dari KBRI Moskow juga kemarin sudah mendatangi mereka," katanya.
Deplu juga sudah mengabari Nani bila ada satu orang ABK Indonesia yang hilang yakni Dwi Sutrisno. "Tujuh orang dari China," katanya.
KBRI Moskow akan memberikan perlindungan hukum maksimal bagi para ABK WNI yang terlibat insiden Vladivostok. "Kami terus memantau perkembangan kasus ini dari waktu ke waktu," kata
Dubes RI di Moskow Hamid Awaluddin Selasa kemarin.
Dikatakan, saat ini para petugas Rusia masih terus melakukan penyelidikan atas kasus penembakan kapal New Star berbendera Sierra Leone milik perusahaan China itu. Yang menggembirakan, empat ABK WNI oleh petugas pemeriksa sudah dinyatakan tidak bersalah sehingga bisa kembali ke tanah air, setelah menyelesaikan urusan gaji dengan pemilik kapal serta administrasi lainnya.
Sedang nahkoda Adi Mazwir sementara harus tetap berada di Rusia untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami memberikan perlindungan maksimal kepada kapten kapal. KBRI akan mengupayakan bebas dari jeratan hukum karena yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya di bawah tekanan," katanya.
Hamid mengaku untuk mendapat akses cepat guna menolong ABK WNI dia sudah mengontak Dubes Rusia di Jakarta, Ivanov, untuk ikut membantu. "Ini menyangkut perlindungan warga Indonesia, saya harus serius," katanya seperti disampaikan Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Moskow M. Aji Surya.
Hamid menghendaki diberikan akses secepat mungkin sehingga ABK WNI dapat dijumpai dan bisa memberikan keterangan mengenai duduk permasalahan versi mereka. Dan upaya melibatkan Ivanov itu ternyata membuahkan hasil. Setelah komunikasi baik di Moskow maupun di Vladivostok, maka tim KBRI bisa meluncur ke Nakhodka, kota pelabuhan di mana kapal New Star sempat berlabuh untuk menurunkan muatannya. Akhirnya, Ahad siang Tim KBRI tiba di kota tujuan dan ditemani beberapa petugas Rusia menuju hotel, di mana ABK WNI dikabarkan sempat menginap.
Dipaksa Kabur
Hasil penelusuran KBRI Moskow terkait insiden itu, menyebutkan, nakhoda terpaksa mamacu kapal dari pelabuhan dalam keadaan terpaksa. Tidak lupa, surat pengalihan tanggungjawab juga sudah diteken sebelumnya.
Adi Mazwir, sang nakhoda, belum lama bekerja di kapal The New Star. Pada November 2008 yang bersangkutan menerima tawaran dari seorang agen kapal di Jakarta untuk bekerja di kapal The New Star yang berada di Bangkok.
Setelah selesai pengurusan segala sesuatunya, termasuk ongkos tiket, Adi Mazwir berangkat ke Bangkok sendirian. Setibanya di Bangkok, Adi Mazwir mengetahui bahwa kapal tersebut milik perusahaan China namun dia tidak bisa menolak karena untuk kembali ke Indonesia tidak mempunyai biaya.
Akhirnya Adi Mazwir menandatangani perjanjian kontrak kerja di kapal tersebut dan menerima pelimpahan tugas dari kapten kapal sebelumnya pada 2 Januari 2009.
Di kapal berbendera Sierra Leone itu sudah terdapat 5 ABK WNI dan 10 ABK China lain, termasuk salah satunya keponakan pemilik kapal tersebut. Adi Mazwir lalu diperintahkan untuk berangkat ke Rusia membawa 4.991 ton beras Thailand.
Pada 3 Januari 2009 kapal mulai berlayar dari Bangkok menuju Nakhodka, Rusia. Perjalanan menuju Nakhodka rupanya lancar-lancar saja, meskipun bumi bagian utara sudah memasuki musim dingin di mana beberapa bagian laut dihiasi oleh es.
Pada 29 Januari 2009 kapal melakukan bongkar muatan beras. "Sayang, pihak perusahaan penerima beras dari Rusia menyatakan tidak puas dengan kualitas beras yang dikirim, karena sebagian beras mengandung air atau berkeringat. Karena kualitas beras yang rendah tersebut perusahaan Rusia bermaksud mengadukan ke pengadilan dan meminta ganti rugi pada kisaran US$ 340 ribu," ujar salah seorang ABK.
Selain itu, sampai selesai urusan, maka kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kota kecil Nakhodka. Setelah lebih dari seminggu di tempat tersebut, maka Adi Mazwir mulai dibujuk oleh sang pemilik kapal agar bersedia kabur meninggalkan pelabuhan, namun ditolaknya karena harus seizin dari petugas.
Setelah ditekan beberapa kali oleh pemilik dan keponakannya yang juga menjadi ABK, Adi pun membuat pernyataan untuk ditandatangani oleh keponakan sang pemilik, yang menyebutkan bahwa tanggungjawab kapal dan segala risikonya di tangan sang keponakan.
Surat pernyataan tersebut ditandatangani sang keponakan yang warga China dan berhasil dipegang oleh Fakhruddin Fahmi. Surat tersebut saat ini berada
di tangan petugas pemeriksa.
"Kita sangat bersyukur bahwa ternyata apa yang dilakukan oleh nahkoda adalah sebuah keterpaksaan, force majeur, dan bahkan sudah melakukan pengalihan tanggung jawab," kata Dubes Hamid.
China Protes
Pemerintah China sendiri memprotes Rusia. "Sikap Rusia menenggelamkan kapal tersebut tak bisa diterima," kata Zhang Xiyun, pejabat Kementerian Luar Negeri China kepada Konselor Menteri Rusia untuk China Morgulov Igor seperti dilansir Xinhua.
Dikatakan Zhang, sikap Kementerian Luar Negeri Rusia mengenai insiden itu "sulit dipahami dan tidak bisa diterima" oleh China.
Wakil Menteri Luar Negeri China Li Hui telah memanggil Duta Besar Rusia Sergei Razov terkait insiden ini. Li mendesak otoritas Rusia menyelesaikan investigasi atas insiden tersebut secepatnya. Li juga menyerukan Rusia mengerahkan segenap upaya untuk mencari ABK yang masih hilang. (det/wis/inc)
Posting Komentar