Media Bawean, 13 Februari 2009
Oleh : Mr. Gerbang Bawean
Ayatullah Akhmad Ali Akbar alias Ki Ageng Temu Kunci adalah seorang dukun yang diyakini oleh pengikutnya memiliki kekuatan sakti mandra guna. Bisa menyembuhkan segala macam penyakit, seperti mata buta, kaki pincang, kecing manis, dan lain-lain.
Pertama Ali Akbar diketahui banyak orang, bermukim di Gunung Malokok sedang melakukan pertapaan. Disaat di Sangkapura sudah melakukan pengobatan secara berjalan kepada orang-orang di Bawean.
Ada dua orang pengikutnya didaerah bululanjang, sekarang keduanya mengalami gangguan jiwa (gila). Setelah bertapa di Gunung Malokok Ali Akbar dibawa seseorang ke desa Diponggo. Sampai Diponggo, Ali Akbar membuka pengobatan disebuah rumah dan paseinnya setiap hari sangat banyak, jumlah paseinnya diperkirakan sampai 600 orang.
Setelah berjalan satu bulan, oleh pemilik rumah yang ditempati Ali Akbar diusir dari rumahnya. Alasannya tidak sesuai dengan tujuan awalnya kedatangannya di Diponggo. Setelah diusir oleh paseinnya diminta datang ke desa Daun, dan Ali Akbar sendiri menerima dan langsung pindah tempat ke Daun Sangkapura dan membuka pengobatan di daerah Daun Timur.
Setelah membuka pengobatan di Daun, setiap harinya ramai orang-orang berdatangan ke tempatnya untuk berobat. Selain itu Ali Akbar dikenal sosial dengan banyaknya sumbangan yang diberikan kepada masjid, musallah dan lembaga pendidikan di desa Daun.
Berselang beberapa hari melakukan pengobatan di Daun, Ali Akbar sudah diramaikan oleh orang Bawean bahwa bacaan syahadatnya berbeda dan menginjak Al Qur'an saat melakukan pengobatan di desa Diponggo. Serta bertunangan dengan membaca syahadatnya maka dianggap sah sebagai isterinya meskipun tanpa wali dan saksi.
Setelah ramai menjadi bahan pembicaraan orang-orang Ali Akbar pindah ke gunung temu kunci di kawasan Daun Timur desa Daun. Anehnya, pengikutnya masih mempercayai bahwa Ali Akbar memiliki kekramatan dan layak dipertahankan di desa Daun, sehingga pengkutnya tetap setia mendampinginya di gunung temu kunci.
Saat Media Bawean mengikuti kepolisian melakukan pengamanan terhadap Ali Akbar ke gunung temu kunci, ternyata Ali Akbar menyatakan bahwa dirinya sudah mati, sedangkan yang ada sekarang adalah Ki Ageng Temu Kunci. Saat ditanya tentang bacaan syahadatnya Ali Akbar menyatakan sama, sedangkan soal menginjak Al Qur'an, kata Ali Akbar, "justru Ustdaz Shodiq yang menginjak Al Qur'an"katanya.
Media Bawean minta agar wawancara mau rekam, tapi tidak mau. Termasuk mau difoto juga menolak. Lalu berkata, "silahkan foto kuburan saya, tapi setelahnya kamu akan mati," kata Ali Akbar.
Sekarang di Pulau Bawean banyak paseinnya yang tidak sembuh, seperti Pak Mut di Gili. Saat pertama berobat matanya tidak bisa melihat terang, setelah berobat matanya sembuh dan bisa melihat terang. Tapi sekarang justru tidak bisa melihat total.
Sedangkan menurut Pak Sudarman, Ali Akbar pernah berkata tujuannya ke Bawean ingin membangunkan macan-macan Pulau Bawean, terbukti sekarang macan-macannya sudah bangun untuk mengusirnya dari Pulau Bawean.
Ali Akbar pernah berkata kepada pengikutnya tentang kuburan yang ada di gunung temu kunci, bahwa nanti bila Ali Akbar mati dan dikuburkan di gunung temu kunci, maka kuburan Waliyah Zaenab di desa Diponggo akan sepi, semua orang Bawean akan berziarah ke gunung temu kunci.
Seorang Ali Akbar bisa membuat repot semua orang di Pulau Bawean, kenapa kok repot? Karena kedatangan pertama Ali Akbar juga direspon positip sama tokoh dan kyai di Pulau Bawean. Banyak kyai yang berobat dan mendukung gerakan yang dilakukan oleh Ali Akbar, tapi akhirnya berbalik arah dan menantang keberadaannya di Pulau Bawean.
Anenya sudah jelas Ali Akbar meletakkan kakinya di Al Qur'an terjemahan diperlihatkan kepada banyak orang saat di Diponggo, tapi untuk mencari saksi yang bersedia untuk proses secara hukum sampai sekarang tidak ada yang bersedia. Padahal perilaku yang dilakukan oleh Ali Akbar, jelas penghinaan kepada kita sebagai ummat Islam.
Ali Akbar sesuai hasil rapat gabungan MUI, NU, Muhammadiyah dan Muspika Sangkapura (13/2) sepakat untuk mendeportasi atau mengusir dari Pulau Bawean.
Kami salut dengan Ketua PCNU Bawean (Ir. H. Syariful Mizan) dari sejak awal sudah menolak keberadaan Ali Akbar di Pulau Bawean. Termasuk Ustadz Fathoni dan Esfar dari Daun yang sejak awal sudah menolak Ali Akbar karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Pertama Ali Akbar diketahui banyak orang, bermukim di Gunung Malokok sedang melakukan pertapaan. Disaat di Sangkapura sudah melakukan pengobatan secara berjalan kepada orang-orang di Bawean.
Ada dua orang pengikutnya didaerah bululanjang, sekarang keduanya mengalami gangguan jiwa (gila). Setelah bertapa di Gunung Malokok Ali Akbar dibawa seseorang ke desa Diponggo. Sampai Diponggo, Ali Akbar membuka pengobatan disebuah rumah dan paseinnya setiap hari sangat banyak, jumlah paseinnya diperkirakan sampai 600 orang.
Setelah berjalan satu bulan, oleh pemilik rumah yang ditempati Ali Akbar diusir dari rumahnya. Alasannya tidak sesuai dengan tujuan awalnya kedatangannya di Diponggo. Setelah diusir oleh paseinnya diminta datang ke desa Daun, dan Ali Akbar sendiri menerima dan langsung pindah tempat ke Daun Sangkapura dan membuka pengobatan di daerah Daun Timur.
Setelah membuka pengobatan di Daun, setiap harinya ramai orang-orang berdatangan ke tempatnya untuk berobat. Selain itu Ali Akbar dikenal sosial dengan banyaknya sumbangan yang diberikan kepada masjid, musallah dan lembaga pendidikan di desa Daun.
Berselang beberapa hari melakukan pengobatan di Daun, Ali Akbar sudah diramaikan oleh orang Bawean bahwa bacaan syahadatnya berbeda dan menginjak Al Qur'an saat melakukan pengobatan di desa Diponggo. Serta bertunangan dengan membaca syahadatnya maka dianggap sah sebagai isterinya meskipun tanpa wali dan saksi.
Setelah ramai menjadi bahan pembicaraan orang-orang Ali Akbar pindah ke gunung temu kunci di kawasan Daun Timur desa Daun. Anehnya, pengikutnya masih mempercayai bahwa Ali Akbar memiliki kekramatan dan layak dipertahankan di desa Daun, sehingga pengkutnya tetap setia mendampinginya di gunung temu kunci.
Saat Media Bawean mengikuti kepolisian melakukan pengamanan terhadap Ali Akbar ke gunung temu kunci, ternyata Ali Akbar menyatakan bahwa dirinya sudah mati, sedangkan yang ada sekarang adalah Ki Ageng Temu Kunci. Saat ditanya tentang bacaan syahadatnya Ali Akbar menyatakan sama, sedangkan soal menginjak Al Qur'an, kata Ali Akbar, "justru Ustdaz Shodiq yang menginjak Al Qur'an"katanya.
Media Bawean minta agar wawancara mau rekam, tapi tidak mau. Termasuk mau difoto juga menolak. Lalu berkata, "silahkan foto kuburan saya, tapi setelahnya kamu akan mati," kata Ali Akbar.
Sekarang di Pulau Bawean banyak paseinnya yang tidak sembuh, seperti Pak Mut di Gili. Saat pertama berobat matanya tidak bisa melihat terang, setelah berobat matanya sembuh dan bisa melihat terang. Tapi sekarang justru tidak bisa melihat total.
Sedangkan menurut Pak Sudarman, Ali Akbar pernah berkata tujuannya ke Bawean ingin membangunkan macan-macan Pulau Bawean, terbukti sekarang macan-macannya sudah bangun untuk mengusirnya dari Pulau Bawean.
Ali Akbar pernah berkata kepada pengikutnya tentang kuburan yang ada di gunung temu kunci, bahwa nanti bila Ali Akbar mati dan dikuburkan di gunung temu kunci, maka kuburan Waliyah Zaenab di desa Diponggo akan sepi, semua orang Bawean akan berziarah ke gunung temu kunci.
Seorang Ali Akbar bisa membuat repot semua orang di Pulau Bawean, kenapa kok repot? Karena kedatangan pertama Ali Akbar juga direspon positip sama tokoh dan kyai di Pulau Bawean. Banyak kyai yang berobat dan mendukung gerakan yang dilakukan oleh Ali Akbar, tapi akhirnya berbalik arah dan menantang keberadaannya di Pulau Bawean.
Anenya sudah jelas Ali Akbar meletakkan kakinya di Al Qur'an terjemahan diperlihatkan kepada banyak orang saat di Diponggo, tapi untuk mencari saksi yang bersedia untuk proses secara hukum sampai sekarang tidak ada yang bersedia. Padahal perilaku yang dilakukan oleh Ali Akbar, jelas penghinaan kepada kita sebagai ummat Islam.
Ali Akbar sesuai hasil rapat gabungan MUI, NU, Muhammadiyah dan Muspika Sangkapura (13/2) sepakat untuk mendeportasi atau mengusir dari Pulau Bawean.
Kami salut dengan Ketua PCNU Bawean (Ir. H. Syariful Mizan) dari sejak awal sudah menolak keberadaan Ali Akbar di Pulau Bawean. Termasuk Ustadz Fathoni dan Esfar dari Daun yang sejak awal sudah menolak Ali Akbar karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
Posting Komentar